Jumat, 17 Agustus 2012

Khutbah Idul Fitri 1433 H


Khutbah Idul Fitri 1433 H
Peduli dengan Sesama
(Tanamkan Kepedulian hakiki pasca Ramadhan)

Ust H Hasbullah Ahmad, MA
(Dosen Tafsir Hadis IAIN STS Jambi)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللهُ أكْبَرُ × 9 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

الحمدُ لله الَّذِي أرْشَدَ الخلقَ إلى أكْملِ الاداب، وفتَحَ لهم من خزائنِ رحمتِهِ وجودِهِ كُلَّ باب، أنَار بصائرَ المؤمنينَ فأدركوا الحقائقَ وطلبُوا الثَّواب، وأعْمَى بصائرَ المُعْرِضين عن طاعتِهِ فصار بينهم وبين نوره حجاب، هدى أولئك بفضله ورحمته وأضلَّ الآخرين بعدله وحكمته، إن في ذلك لذِكْرى لأولى الألبَاب، وأشْهدُ أنْ لا إِله إِلاَّ الله وحده لا شريكَ له، له الملكُ الْعَزيزُ الوَهَّاب، وأشْهدُ أنَّ محمداً عبده ورسولهُ المبعوثُ بأجَلِّ العباداتِ وأَكمَلِ الآداب، صلَّى الله عليه وعلى جميع الالِ والأصْحَاب، وعلى التابعين لَهم بإحْسَانٍ إلى يومَ المَآب

أما بعد، أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama'ah Sholat Aidul  Fithri rahimakumullah

Marilah kita sambut hari raya idul fitri ini dengan takbir mengumadangkan kebesaran Allah swt.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر….Karena Allah sajalah yang berhak untuk diagung-agungkan, barang siapa yang mengagungkan selain Allah maka ia termasuk orang yang melampaui batas dan telah berbuat kesyirikan yang nyata.
Lihatlah diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling besar, seolah-olah semua manusia kecil dan harus takluk dihadapan kita. Kita berlagak seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas segala keadaan. Tidakkah kita sadar, bahwa kita sesungguhnya tidak lain adalah makhluk yang sangat-sangat lemah, maka kepada siapa lagi kita berharap selain kepada Allah swt yang telah menciptakan kita dan dengan kasih sayang Allahlah kita diberi kesempatan menikmati hidup di dunia milik Allah ini.
Maka apa sesungguhnya yang menahan kaki kita tidak mau melangkah ke masjid?
Apakah yang menahan kepala kita sehingga tidak mau menunduk ke tanah bersujud di hadapan Allah ?
Apakah yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu mengucapkan dzikir dan takbir ?
Apakah yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah ?
Apakah yang menahan pikiran kita sehingga tidak mendambakan surga ?
Apakah yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka ?
Apakah yang menahan diri kita sehingga mengabaikan hak-hak Allah dan cenderung memperturutkan hawa nafsu padahal hawa nafsu itu mendorong kepada kejelekan?
Apakah kesombongan kita sudah demikian memuncak, sehingga sedemikan lantang kita durhaka kepada Allah. Na’udzu billah min dzalik…

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama'ah Sholat Aidul  Fithri rahimakumullah
Berbahagialah kita karena hingga saat ini kita dimudahkan oleh Allah untuk bersujud, rukuk, dihadapan Allah. Janganlah karena perilaku kita yang menetang Allah menjadikan Allah semakin murka kepada kita. Janganlah karena kesombongan dan kebodohan kita menjadi sebab terhalangnya kita dari jalan surga dan menghalangi kita mendekati Allah swt. Maka bersyukur kepada Allah atas segala karunia ini. Karunia iman dan islam. Apalah artinya kesenangan sesaat di dunia tapi membawa penyesalan berkepanjangan di akherat kelak.
Apakah selepas ramadhan semakin dekat dengan Islam ataukah justru semakin jauh ?? hanya diri kita sendiri yang nanti akan membuktikan.

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama'ah Sholat Aidul  Fithri rahimakumullah

Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari ini kita dapat berhari raya bersama, maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita bergembira, merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat limpahan rahmat dan maghfiroh-Nya sebagaimana yang tersurat dalam sebuah hadis Qudsi:
اِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوْا اِلىَ عِيْدِكُمْ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالىَ: يَا مَلاَئِكَتِى كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ اُجْرَهُ اَنِّى قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُنَادِى مُنَادٌ: يَا اُمَّةَ مُحَمَّدٍ اِرْجِعُوْااِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِى صُمْتُمْ لِى وَاَفْطَرْتُمْ لِى فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُم
ْArtinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya kamu sekalian maka Allah pun berkata: 'Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal kebajikan dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka'. Sesorang kemudian berseru: 'Wahai ummat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan'. Kemudian Allah pun berkata: 'Wahai hambaku, kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan.”
29 hari dimana kemuliaan menemani kita, satu bulan yang suci, berkah dan penuh rahmat serta ampunan yang mengantarkan kita untuk merasakan sentuhan kasih sayang Sang Maha Penyayang yang barang kali kita lupakan pada bulan-bulan yang lain. Sebelas bulan dalam setahun kita sibuk mengejar kemewahan, superioritas, gelimang gemerlapnya dunia, dan tanpa kita sadari bertumpuk-tumpuk dosa dan kesalahan dipundak kita dan kita sudah terbiasa melupakannya, mengkristalkan bongkahan-bongkahan batu kesombongan dalam hati kita, mengobarkan api permusuhan terhadap siapa saja yang menghalangi kita serta buta kepada yang ada di “bawah” dan sekitar kita.

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْد
Jama'ah Sholat Aidul  Fithri rahimakumullah
Jika kita ingin kembali kepada kesucian secara hakiki, maka kita semestinya mampu menjadikan momen-momen Ramadhan yang telah berlalu sebagai sebuah I’tibar atau pelajaran untuk menjalani kehidupan kedepan, Jika setelah ramadhan kita dapat meningkatkan kualitas hidup kita lebih baik secara Agama dan Sosial dibandingkan tahun lalu, maka inilah indikasi ramadhan sukses dan berkah. Namun jika sebaliknya justru menjadi lebih buruk dibanding sebelum ramadhan, maka keberkahan ramadhan tidak pernah menghampiri kita.
Puasa merupakan penyucian jiwa, peninggian spirit; mengajarkan kepada manusia bagaimana mengangkat diri dari derajat hewan yang kebutuhannya hanya memenuhi perut; makan dan minum, mengajarkan kepada manusia bagaimana meninggikan diri mereka sampai ke derajat para malaikat yang menjadikan kedekatan kepada Allah, ibadah, dan takwa kepada-Nya sebagai makanan bagi ruh mereka. Puasa mendidik untuk membiasakan sifat sabar, mengekang hawa nafsu, membiasakan untuk menanggung beban berat, dan tabah dalam menghadapi liku-liku kehidupan. Puasa menumbuhkan keutamaan sifat amanah dan ikhlas dalam berbuat; beribadah hanya karena Allah, bukan karena mengharapkan pujian dan mencari muka. Puasa merupakan penjernihan jiwa dari noda-noda dunia dan godaan-godaannya; puasa merupakan pembebas jiwa dari jeratan kenikmatan dan keasyikan rendah dunia.

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama'ah Sholat Aidul  Fithri rahimakumullah
Dalam konteks syariat Islam, motivasi puasa atau shiyâm tidak lain kecuali untuk meninggikan derajat manusia ke puncak kehidupan ruhaniyah yang tinggi dan mulia dalam pandangan Allah. Dalam pandangan Islam, derajat tertinggi manusia adalah yang bertakwa. Allah menegaskan dalam firmannya:
 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4
"sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa" (QS. al-Hujurat:13).
Siapa pun dapat mencapai derajat ini tanpa memandang status sosial. Takwa inilah yang menjadi tujuan utama disyariatkannya puasa Ramadan. Inilah motivasi dasar dari segala bentuk ritual Ramadan. Kaum muslimin hendaknya mempunyai tujuan yang sama agar mencapai puncak rohaniah yang tertinggi dan termulia di sisi Allah swt. Untuk apa menjadi pejabat jika mempermudah kita berlumur dosa? Untuk apa menjadi konglomerat jika hanya akan menyengsarakan kehidupan kita di dunia dan akhirat?.
Kita sekarang  sedang mengalami defisit atau kekurangan orang-orang bertaqwa, orang yang bertaqwa jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang jahat, kotor dan tak bermoral, Naudzu billah wa astaghfirullah. Semoga pelajaran dan hikmah ramadhan yang telah lalu melekat dalam jiwa kita sehingga kita terlahir menjadi orang yang bertaqwa.
Seandainya negara seperti Indonesia ini dipenuhi orang-orang yang bertakwa, krisis yang melanda tentu akan mudah teratasi. Kenapa demikian? Orang yang bertakwa akan selalu dibimbing Allah, diberi petunjuk ke jalan yang benar, sehingga mereka akan mampu memecahkan setiap permasalahan.
ª!$#ur Í<ur šúüÉ)­GßJø9$# ÇÊÒÈ
Allah berjanji, Allah akan menjadi pembimbing bagi orang-orang yang bertakwa (QS. al-Jatsiyah: 19).
Jika Allah sudah menjadi pembimbing kita, tentu dia menunjuki kita ke jalan yang terang benderang. Allah pasti akan menuntun kita agar kaki kita tidak terperosok ke dalam lubang krisis yang sulit dilepaskan.

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْد
Jama'ah Sholat Aidul  Fithri rahimakumullah
Ramadhan menanamkan Pesan moral atau Tahdzibun Nafsi pada diri kita Artinya, kita harus selalu mawas diri pada musuh terbesar umat manusia, yakni hawa nafsu sebagai musuh yang tidak pernah berdamai. Rasulullah SAW bersabda:   اشد الجهاد جهاد الهوىJihad yang paling besar adalah jihad melawan diri sendiri. Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan. Pertama, sifat kebinatangan (بَهِيْمَةْ); tanda-tandanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas (سَبُعِيَّةْ) ; tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. ketiga sifat syaithaniyah; tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia.
Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai sebuah masyarakat atau bangsa niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan sosial yang sangat mengkhawatirkan. Dimana keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli dengan rupiah, undang-undang bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana yang hibah mana yang suap, penguasa lupa akan tanggungjawabnya, rakyat tidak sadar akan kewajibannya, seluruh tempat akan dipenuhi oleh keburukan dan kebaikan menjadi sesuatu yang terasing, ketaatan akhirnya dikalahkan oleh kemaksiatan dan seterusnya dan seterusnya.
Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah (رُبُوْبِيَّةْ); ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan. Orang yang dapat dengan baik mengoptimalkan sifat rububiyah di dalam jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an, prilakunya dihiasi budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah). Selanjutnya, ia akan menjadi insan muttaqin, insan pasca Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari raya ini menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya: menahan diri dari hawa nafsu, memberi ma`af dan berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana firman Allah:
tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä šúüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ
"…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْد
Jama'ah Sholat Aidul  Fithri rahimakumullah
Ramadhan menanamkan pesan sosial dalam dalam hidup kita Pesan sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah indah justru pada detik-detik akhir Ramadhan dan gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana, ketika umat muslim mengeluarkan zakat fithrah kepada Ashnafuts Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat yang berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin tampak bagaimana tali silaturrahim serta semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi. Kebuntuan dan kesenjangan komunikasi dan tali kasih sayang yang sebelumnya sempat terlupakan tiba-tiba saja hadir, baik di hati maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah ini melahirkan kesadaran untuk tolong menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, antara orang-orang yang hidupnya berkecukupan dan orang-orang yang hidup kesehariannya serba kekurangan, sejalan hatinya sebab كُلُّكُمْ عِيَالُ اللهِ , kalian semua adalah ummat Allah. Semua orang pernah merasakan kenyang tapi tidak semua orang pernah merasakan lapar. Padahal Allah telah mengingatkan didalam al Qur’an semua kita adalah sama dalam pandangan Allah :
yang artinya : Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah? (An Nahl 71).
Jama'ah Sholat Aidul  Fithri rahimakumullah, puasa ramadhan memerdekakan jiwa hamba Allah dari sifat bakhil dan serakah. Hal ini dibuktikan dengan dorongan jiwa yang berangkat dari keyakinan ajaran Rasulullah SAW yang mendorong umat untuk berbagi dengan sesama hamba yang tidak mampu secara ekonomi. Di bulan ramadhan itulah, Rasulullah SAW menunjukkan kedermawanannya yang luar biasa melebihi zakat (mal dan fitrah), sedekah, infak dan amal filantropis yang dikeluarkan pada bulan selain ramadhan sebagaimana diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah RA. Artinya puasa ramadhan juga sukses mengantarkan hamba Allah agar memiliki “Kesalehan Sosial” dengan sikap kedermawanan dan saling berbagi rizki kepada sesama. Kita tak hanya memerdekakan diri kita dari sifat bakhil dan zalim, tetapi juga sekaligus memerdekakan kaum dhuafa dan fakir miskin dari belenggu ekonomi yang melilit mereka..!

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama'ah Sholat Aidul  Fithri rahimakumullah
Rasanya akan terhiris hati kita ketika melihat kesenjangan sosial menjadi pembeda antara kaum kaya dan papa, seperti terhirisnya hati kita ketika melihat fenomena dua anak yang berbeda latar belakang, yang satu anak yang kaya lengkap dengan berbagai kemewahan, ketika hari raya tiba mereka dengan semangat menyampaikan kepada kedua orang tua mereka ”Pa... belikan sepatu baru dong”, si ayahpun dengan tegas menjawab ”nanti ayah belikan” terus kembali lagi meminta kepada ibundanya ”ma... belikan adek baju baru dong” si ibupun menjawab dengan lugas ”ya pasti mama belikan yang paling bagus”... dan banyak lagi permintaan lain yang dipintanya semua terkabulkan karena kemewahan dan kekayaan yang mereka miliki.
Sementara disisi lain seorang anak yatim piatu tanpa ayah dan ibu, ketika hari raya tiba mereka hanya bisa menghadiri pusara ayah dan ibunya dengan semangat sambil membacakan al Fatihah sebagai dedikasi cinta kepada kedua orang tuanya, sembari mengucapkan diatas pusara ayahnya : ” Yah... sepatu yang ayah belikan dulu sudah usang dan rusak, maukan ayah belikan adek sepatu baru... yang diterima hanyalah tiupan angin sepoi-sepoi, lalu berlanjut ke pusara ibundanya sambil bergumam : ”mak... baju adek sudah jelek mak, maukan mak belikan adek baju baru, kawan-kawan adek pake baju baru semua” tiada sedikitpun jawaban yang diterima namun sianak tetap bahagia walau hampa tanpa jawaban. SubhanaLLAH wa AstaghfiruLLAH. Maka melalui zakat, Infaq dan Shadaqah yang telah kita tunaikan bisa menjadi penyambung silaturahim dan perwujudan nilai kepekaan bagi diri kita dalam kehidupan bermasyarakat untuk dapat memahami bagaimana susahnya fakir dan miskin melawan jalan kehidupan yang penuh duri ini. 
اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama'ah Sholat Aidul  Fithri rahimakumullah

Demikianlah pesan yang disampaikan oleh Ramadhan. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama memikul tanggung jawab untuk merealisasikan pesan dan hikmah ramadhan ini ke dalam bingkai kehidupan nyata. Marilah kita bersama-sama mengendalikan hawa nafsu kita sendiri, untuk tidak terpancing pada hal-hal yang terlarang dan merugikan orang lain; menjalin hubungan silaturrahim serta kerjasama sesama muslim tanpa membeda-bedakan status sosial supaya kehidupan kita terbangunn sebuah sistem sosial yang adil, bermartabat dan penuh dengan kesejahteraan.

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama'ah Sholat Aidul  Fithri rahimakumullah

Semoga dengan kita saling memaafkan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kita sekalian, sehingga negara dan daerah kita ini menjadi dambaan yang senantiasa diberkahi Allah sehingga terwujud بلدة طيبة ورب غفور ”Bersihkan Hati Sucikan Pikiran di hari nan Fitri”Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H
من العائدين والفائزين فى كل عام وأنتم بخير
جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Transito Kota Baru
29 Ramadhan 1433 H/18 Agustus 2012.
Ust H. Hasbullah Ahmad, S.Th.I, MA.
Dosen Tafsir Hadis IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi