Selasa, 17 Januari 2012

Stabilitas Ekonomi Qur'ani


Stabilitas Ekonomi Qur'ani
Hasbullah Ahmad 081366174429

Apabila kita memperhatikan dan mempelajari Al Qur’an secara mendalam dengan mata hati kita maka kita akan menemukan keluasannya, Universalitas Al Qur’an dapat mencakup seluruh aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrowi , maka tak heran kalau Al Qur’an selalu dijadikan sebagai objek referensi dalam setiap pembicaraan. Hal tersebut telah diisyaratkan oleh Al Qur’an Surat Thaha 123-124:
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلايَشْقَى&   وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى 
Artinya : “Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta.

Yang menjadi masalah adalah Al Qur’an sekarang hanya dijadikan sebagai simbol dalam hidup, sedang hakekat aplikasi atau penerapannya belum dilaksanakan sebagaimana mestinya, Al-Qur’an dilupakan begitu saja, apalagi diera transisi seperti sekarang ini dengan terjadinya berbagai macam gejolak baik politik, ekonomi dan sosial budaya. orang lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat politis daripada religi.

Politik Ekonomi Kapitalis adalah tujuan  yang ingin dicapai oleh hukum-hukum yang dipergunakan untuk memecahkan mekanisme serta mengatur urusan manusia dalam ekonomi kapitalis tersebut. Sedangkan politik Ekonomi Qur’ani adalah jaminan tercapainya pemenuhan semua kebutuhan primer ( Basic Needs ) tiap orang secara menyeluruh, berikut kemungkinan tiap orang akan memenuhi kebutuhan sekunder sesuai dengan kadar kemampuannya, sebagai individu yang hidup dalam sebuah masyarakat yang memilki gaya hidup (Life Style ) tertentu, Islam memandang tiap orang secara pribadi, bukan secara kolektif sebagai komunitas yang hidup dalam sebuah negara, pertama sekali Islam memandang tiap orang sebagai manusia yang harus dipenuhi semua kebutuhan primernya secara menyeluruh. Baru, berikutnya, Islam memandangnya dengan kapasitas pribadinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder sesuai dengan kadar kemampuannya. Kemudian pada hal yang sama, Al Qur’an  memandangnya sebagai orang yang terikat dengan sesamanya dalam interaksi tertentu, sesuai dengan gaya hidup yang tertentu pula. 

Oleh  karena itu, Ekonomi Qur’ani bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan sebuah negara semata, tanpa memperhatikan terjamin tidaknya tiap orang untuk menikmati kehidupan tersebut. Dan juga Ekonomi Qur’ani bukan hanya bertujuan untuk mengupayakan kemakmuran individu dengan membiarkan mereka sebebas-bebasnya untuk memperoleh kemakmuran tersebut dengan cara apapun, tanpa memperhatikan terjamin tidaknya hak hidup tiap orang, akan tetapi Ekonomi Qur’ani semata mata merupakan pemecahan masalah utama yang dihadapi tiap orang.  jadi ada perbedaan antara Ekonomi Qur’ani dengan bentuk Ekonomi Kapitalis atau sekuler lainnya.

Sebagaimana negara kita Indonesia Diawal  bulan juli 1997 telah mengalami krisis dalam berbagai bidang, maka bangsa kitapun berjuang dan berusaha untuk keluar dari hal tersebut, dengan berbagai macam cara yang diantaranya yaitu gerakan cinta rupiah, yang ini juga merupakan hakikat dari salah satu usaha memulihkan kembali nilai rupiah atas mata uang asing. Penguatan nilai rupiah sama halnya dengan mengembalikan kehormatan dan kejayaan bangsa Indonesia, dengan merosotnya nilai rupiah, kehidupan rakyat menjadi susah. Pendapatan secara riil berkurang dengan sendirinya, sementara di lain pihak biaya hidup semangkin  meningkat. dengan dikampanyekannya cinta rupiah maka tidak akan melahirkan embrio keborosan atau menggunakan rupiah bukan pada kegunaannya, hal tersebut telah juga disinyalir oleh Allah SWT dalam Al Qur’an Al Isro 29 :
وَلا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا
Artinya :“dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya. Karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.

Dari itulah penanaman Ekonomi Qur’ani dalam kehidupan bermasyarakat yang Islami adalah mutlak, untuk mewujudkan hakikat Islam yang hakiki karena Al Qur’an mengequalkan manusia antara satu dengan yang lain, tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin walaupun ia dibedakan dengan harta dan kedudukan, itu hanyalah perbedaan secara wujud dzhahir.

Guna untuk membangun tatanan Ekonomi Qur’ani yang efektif,  maka penulis menawarkan  dua  asas  yang urgen untuk dijadikan landasan dasar dari Qur’an itu sendiri  yaitu :

1. Tasry’ yaitu kebijakan Ekonomi yang bersandarkan kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Yang  menjamin terpenuhinya syarat syarat minimal untuk tumbuh berkembang ditengah tengah persaingan global. Tasry atau jalan yang seperti inilah yang digunakan untuk menstabilisasikan Ekonomi Qur’ani yang  ditanamkan  dalam  individual  muslim secara Internal, dengan menanamkan Konsep dan nilai Al Qur’an. Asas Tasry adalah azas yang yang bersifat tetap dan mengikat, tidak menerima Ijtihad yang akan mengalami perbedaan sesuai dengan perbedaan masa, tempat, lingkungan, keadaan, dan faktor-faktor lainnya. Tetapnya masalah-masalah ini dalam sistem islam mengandung maksud pemeliharaan Ilahi, untuk mewujudkan kemapanan hidup dan ketenangan dalam masyarakat. Dengan demikian, sistem ini dari waktu ke waktu, tidak mengalami perubahan dan pergantian yang akan mengakibatkan kegoncangan dan kehancuran. Hal-hal yang tetap inilah yang merealisir kesatuan pikiran, perasaan, dan pengalaman bagi ummat. Dan pada gilirannya akan menjadikan ummat satu pandangan, tujuan dan satu pemikiran. Pemilikan pribadi, kewarisan, perbedaan tingkat manusia dalam rezeki, kewajiban menyerahkan zakat kepada yang berhak menerimannya, kewajiban Infaq di Jalan Allah, haramnya kikir, mubazir, dan hidup mewah, haramnya riba, penimbunan dan mempermainkan harga, larangan memakan makanan anak yatim dengan bathil, menghalalkan yang baik-baik, mengharamkan yang buruk-buruk, dorongan untuk bekerja dan berjalan di penjuru bumi, wajib memelihara harta individu dan jama’ah, dan larangan menyerahkan harta ketangan orang-orang bodoh dan pemboros. Semua itu merupakan hal-hal mengikat yang bersifat pasti dan tetap dengan tetapnya kehidupan manusia. Demikianlah sebahagian dari pada prinsip azas yang harus dipegang teguh agar tidak terjadinya kerusakan dan kehancuran dalam bidang ekonomi.

2. Taujih yaitu  Ajaran tentang Kemuliaan, Keluhuran, dan Keshalehan Sosial untuk mensyukuri segala Nikmat yang diberikan Allah SWT. Hal yang seperti ini menerima perubahan dan tunduk dari pada perkembangan zaman. Inilah hal yang oleh Islam dijadikan Medan Ijtihad bagi para Mujtahid. Allah tidak menghendaki kesempitan dalam masalah ini kepada hamba-Nya dengan memberikan nash-nash yang tegas dan gamblang yang mengikat mereka. Tetapi Allah membiarkan tanpa nash, atau memberikan nash tetapi dengan nash yang mengandung berbagai kemungkinan penafsiran, untuk membuka peluang munculnya berbagai pandangan dan pendapat yang menginginkan Kebenaran dan mencari Kemashlahatan. Sedangkan segala hal yang diwajibkan, segala aturan dan segala hal yang diharamkan adalah hal yang bersifat tetap yang menjadi landasan dan tiang bagi bangunan sistem azas Islami.

Jadi, konsep Ekonomi Qur’ani dibangun diatas dua landasan, yaitu Tasry’ atau Struktural sebagai landasan yang bersifat tetap dan mengikat dan Taujih atau Kultural sebagai landasan yang bersifat dinamis dan memerlukan banyak perspektif dalam mengambil suatu istimbath dari padanya. Kesetaraan ekonomi atau ekonomi merata dalam konsep kemasyarakatan adalah hal yang sangat diharapkan, sebagaimana yang telah termaktub dalam firman Allah SWT :
وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ فَمَا الَّذِينَ فُضِّلُوا بِرَادِّي رِزْقِهِمْ عَلَى مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَهُمْ فِيهِ سَوَاءٌ أَفَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ 
Artinya : “dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang orang yang dilebihkan rezkinya itu tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak budak yang mereka miliki, agar mereka sama merasakan rezki itu, maka mengapa mereka mengingkari ni’mat Allah SWT”.

Krisis Ekonomi yang telah melanda kita ini biasanya membuat diri setiap orang lupa akan jati dirinya sehingga akibat merosoknya ekonomi akhlaknyapun ikut merosok dan banyak melakukan tindak anarkhis. Itulah sebabnya penulis berani mengambil judul Stabilitas Ekonomi dalam Perspektif Al Qur’an sebagai kajian Tafsir Ilmi, yang inti bahasannya mengembalikan Jati diri Masyarakat  kepada konseptual Al Qur’an dalam menstabilisasikan Ekonomi Negara Indonesia. [...] Taken from Latar belakang Skripsi S1 Hasbullah IAIN STS Jambi

Jumat, 06 Januari 2012

“ DO'A SA'ADATUD DARAIN ” Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghazali ra


Ust Hasbullah Ahmad 081366174429
“ DO'A SA'ADATUD DARAIN ” 
Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghazali ra

بِسْـــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِـــيْمِ
أَللَّــهُمَّ إِناَّ نَسْـأَلُكَ مِنَ النِّعْمَةِ تَمَامَهَا ، وَمِنَ الْعِصْمَةِ دَوَامَهَا ، وَمِنَ الرَّحْمَةِ شُمُوْلَهَا ، وَمِنَ اْلعَافيَـة ِحُصُوْلَهَا ، وَمِنَ الْعَيْشِ أَرْغَدَه ُ ، وَمِنَ الْعُمْرِأَسْعَـدَه ُ، وَمِنَ اْلإِحْـسَانِ اَتـَمَّهُ ، وَمِنَ اْلإِنْعَامِ  أَعَمَّهُ ، وَمِنَ الْفَضْلِ أَعْذَبَهُ ، وَمِنَ اْللُطْـفِ أَقْـرَبه ُ ، وَمِنَ الْعَمَلِ أَصْلَحَه ُ، وَمِنَ الْعِلمِ أَنْفَعَـَه ُ، وَمِنَ الرِّزْقِ أَوْسَعَـهُ .
اَللَّــهُمَّ كُنْ لَناَ وَلاَ تَكُـنْ عَلَيْناَ ، وَاخْتِـمْ  بِالسَّعَادَةِ آجَالَناَ ، وَحَقِّقْ بِالزِّياَدَة ِ أَعْـمَالَناَ ، وَاقْـرُنْ بِالْعَافِيَةِ غُدُوَناَ وَآصَالَناَ ، وَاجْعَلْ اِلىَ رَحْمَتِكَ  مَصِيْرَناَ وَمَآلَناَ ، وَاصْـبُبْ سِجَالَ عَفْوِكَ عَلَى ذُنُوْبِناَ ، وَمُـنَّ عَلَيْناَ بِـإِصْلاَحِ عُيُوْبِـناَ ، وَاجْعَلِ التًّقْوَى زَادَناَ ، وَفِى دِيْنِكَ اجْتِـهَادَناَ ،  وَعَلَيْكَ  تَوَكُّلَناَ وَاعْتِمَادَناَ .
اَللَّــهُمَّ ثَبِّتْناَ عَلَى نَهْـجِ اْلإِسْتِقَامَـةِ ، وَأَعِذْناَ مِنْ مُوْجِباَتِ النَّدَامَةِ يَوْمَ اْلقِياَمَـةِ ، وَخَفِّفْ عَناَّ ثِقَلَ اْلأَوْزَارِ ، وَارْزُقْناَ عَيْشَةَ اْلأَبْرَارِ ، وَاكْفِناَ وَاصْرِفْ عَنَّا شَرَّ اْلأَسْرَارِ ، وَاعْتِقْ رِقَابَنَا وَرِقاَبَ آباَئِناَ وَأُمَّهَاتِـنَا وَمَشَايِخِناَ وَإِخْـوَانِناَ مِنَ النَّارِ ، بِرَحْمَتِكَ يَا عَزِيْزُ يَا غَفَّارُ ، يَا كَرِيْمُ  يَا سَـتَّارُ ،  يَا حَلِيْـمُ  يَا جَبـَّارُ ، يَا أَوَّل َ اْلأَوَّلِيْنَ ،  وَياَ آخِـرَ اْلآخِـرِيْنَ ،
وَياَ ذَا اْلقُوَّةِ الْمَتِـيْنَ  ، وَياَ رَاحِـمَ الْمَسَاكِيْنَ ، لآ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ سُـبْحَانَكَ إِنِّيْ كُـنْتُ مِنَ الظَّالِمِـيْنَ .
رَبَّناَ زِدْناَ عِلْماً نَافِعاً وَارْزُقْناَ فَهْماً وَأَلْحِقْناَ بِالصَّالِحِـيْنَ ، وَصَلَّى الله ُعَلَى سَـيِّدِناَ مُحَمَّدٍ خَيْرِ خَلْقِهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَـلَّمَ ، بِفَضْلِ سُـبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَـلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَـلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِـيْنَ .
 Artinya :
Ya Allah, sesungguhnya kami mohon kepada-Mu Kenikmatan yang sempurna, dan dari Perlindungan yang senantiasa (melindungi kami), dan dari limpahan Rahmat yang meliputi (kehidupan kami), dan dari limpahan 'Afiat yang tetap (pada kami), dan dari Kehidupan yang paling menyenangkan, dan dari Umur yang paling membahagiakan, dan dari Kebaikan yang paling sempurna, dan dari Nikmat yang paling merata, dan dari Anugerah yang paling enak, dan dari Pemberian yang paling dekat, dan dari segala amal yang paling baik, dan dari Ilmu yang paling bermanfa'at, dan dari Rizki yang paling luas.
       Ya Allah, jadilah Engkau sebagai Penolong kami, dan bukan menjadi lawan kami.  Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan kebahagia'an, dan wujudkanlah amal kami semakin bertambah, dan sertailah sa'at pagi dan petang kami dengan 'afiat, dan jadikanlah akhir perjalanan kami dan harapan kami untuk menggapai Rahmat-Mu, dan tuangkanlah limpahan ampunan-Mu atas dosa-dosa kami, dan berikanlah kepada kami anugerah untuk dapat memperbaiki aib-aib (kekurangan) kami, dan jadikanlah Taqwa sebagai bekal kami, dan agama (Islam) sebagai sarana perjuangan kami, dan hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan bersandar.   
       Ya Allah, tetapkanlah kami pada jalur Istiqomah, dan lindungilah kami dari perbuatan-perbuatan yang dapat membuat kami menyesal pada hari kiamat, dan ringankanlah beratnya beban-beban dosa kami, dan berikanlah kepada kami kehidupan orang-orang yang baik, dan peliharalah serta jauhkanlah kami dari kejahatan orang-orang yang berkarakter jahat, dan bebaskanlah kami, serta bebaskanlah ayah–ibu serta guru-guru kami dan saudara-saudara kami (se-agama) dari siksa api neraka.
       Wahai Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, Dzat yang Maha Mulia lagi Maha Menutup, Dzat yang Maha Lembut lagi Maha Perkasa, Dzat yang Maha Awal lagi Maha Akhir. Dengan Rahmat-Mu, wahai Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allah SWT, melimpahkan Rahmat-Nya kepada pemimpin kami Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga dan para sahabatnya, Amien.