Kamis, 23 Mei 2013

Welcome ! pemimpin Ummat...


Welcome !… Pemimpin Ummat
oleh Ust H Hasbullah Ahmad
081366174429  
Pemilihan Kepada Daerah diambang pintu, kita ditawarkan oleh para cawako & Cawawako berbagai program dan Janji. Mungkin ada yang menggiurkan dan ada pula yang membosankan, kita maklumi itu karena tahap PILWAKO ada tahap sosialisasi, dengan tahap itu kita diperkenalkan oleh para calon berbagai visi, misi dan program. Namun kita harus sadar bahwa bukan karena tampilan baleho mereka atau juga fisik mereka atau juga pengaruh mereka yang membuat kita harus memilih tetapi kita berusaha memilih mereka dengan hati nurani kita dengan mengharap bimbingan Allah SWT. Allah SWT mengingatkan kita "Dan apabila melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka: semoga Allah membinasakan mereka". (QS al-Munafiqun 63:4)

Maka dalam memilih pemimpin, yang utama adalah mereka yang komitmen mewujudkan ummat yang sejahtera dengan jargon Baldatun Thayibatun wa Rabbun Ghafur. Allah SWT berfirman : "Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu mengabdi" (QS al-Anbiya 21:73) di lain ayat Allah SWT berfirman : “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. (QS As-Sajdah 32:24)

QS al-Anbiya 21:73 berbicara pada tataran ideal tentang sosok pemimpin yang akan memberikan dampak kebaikan dalam kehidupan rakyat secara keseluruhan, seperti yang ada pada diri para nabi manusia pilihan Allah. Karena secara korelatif, ayat-ayat sebelum dan sesudah ayat ini dalam konteks menggambarkan para nabi yang memberikan contoh keteladanan dalam membimbing umat ke jalan yang mensejahterakan umat lahir dan bathin. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ayat ini merupakan landasan prinsip dalam mencari figur pemimpin ideal yang akan memberi kebaikan dan keberkahan bagi bangsa dimanapun dan kapanpun

QS al-Sajadah 32:24 menambahkan bahwa kesabaran dalam menegakkan kebenaran dengan tetap komitmen menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah dengan penuh keyakinan. Tentu bagi seorang pejabat tinggi, harus tetap komitmen dengan kebenaran dan hal itu membutuhkan mujahadah dan kesabaran yang jauh lebih besar karena akan berhadapan dengan warna-warni kemaksitan yang justru menginginkan tersebarnya kebathilan dan kemaksiatan di tengah-tengah umat. Iyadzu biLLAH

Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim, menyatakan ciri utama yang disebutkan di awal kedua ayat yang berbicara tentang kepemimpinan ideal adalah bahwa para pemimpin itu senantiasa mengajak rakyatnya kepada jalan Allah dan kemudian secara aplikatif mereka memberikan keteladanan dengan terlebih dahulu mencontohkan pengabdian dalam kehidupan sehari-hari yang dicerminkan dengan menegakkan shalat (Ibadah langsung kepada Allah SWT) dan menunaikan zakat (Sebagai komitmen kepedulian terhadap kehidupan sosial), sehingga mereka termasuk kelompok ‘Abid yang senantiasa tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah SWT dengan merealisasikan ajaran-ajaranNya yang mensejahterakan.

QS al-Anbiya 21:73 termaktub kalimat wa kaanu lana 'Abidin bukan Wa Kaanu 'Abidin ini merupakan penegasan bahwa perbuatan baik yang dilakukan oleh seorang pemimpin adalan perbuatan yang lahir dari rasa iman kepada Allah dan jauh dari kepentingan politik maupun semata-mata malu dengan jabatannya. Maka kata Lanaa (hanya kepada Kami) adalah batasan bahwa hanya kepada dan karena Allah mereka berbuat kebaikan selama masa kepemimpinannya.

Imam Asy-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menambahkan bahwa kriteria pemimpin yang memang harus ada adalah keteladanan dalam kebaikan secara universal sehingga secara eksplisit Allah menegaskan QS al-Anbiya 21:73 tentang mereka: Telah Kami wahyukan kepada mereka  untuk senantiasa mengerjakan beragam kebajikan. yang senantiasa mendapat bimbingan Allah adalah beramal dengan seluruh syariat Allah secara integral dan paripurna dalam seluruh segmen kehidupan.

Yang sangat menarik untuk dicermati dalam kedua ayat ini secara redaksional adalah pilihan kata A'imah. Kepemimpinan umumnya menggunakan terminologi khalifah atau Amir. Tentu pilihan kata tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi aspek keindahan bahasa Al-Qur’an sebagai bagian dari kemu’jizatan al-Qur’an, tetapi lebih dari itu merupakan sebuah isyarat tentang sosok pemimpin yang sesungguhnya diharapkan, yaitu sosok pemimpin dalam sebuah negara atau masyarakat idealnya adalah juga layak menjadi pemimpin dalam kehidupan beragama bagi mereka. Mereka bukan hanya tampil di depan dalam urusan dunia, tetapi juga tampil di barisan terdepan dalam urusan agama. Inilah yang sering diistilahkan dengan agamawan yang negarawan atau negarawan yang agamawan.

Dan memang sejarah kesuksesan kepemimpinan terdahulu yang berdampak pada kebaikan dan kesejahteraan masyarakatnya seperti kepemimpinan di era Rasulullah dan para sahabatnya adalah bahwa pemimpin negara di masa itu juga pada masa yang sama adalah pemimpin shalat. Tidak pernah terjadi, bahwa pemimpin Negara saat itu hanya memiliki kualifikasi kepemimpinan dalam memenej negara, tetapi juga dalam memelihara dan mempertahankan kehidupan beragama umat.  Karena urusan duniawi dan ukhrawi sesungguhnya merupakan satu kesatuan yang sinergis dalam totalitas ajaran Islam. Perhatian pemimpin yang parsial pada salah satu aspek tertentu menunjukkan minimnya atau ketidak mampuannya menjadi ‘imam’ atau pemimpin.

Track record merupakan kunci membuka kepribadian seorang pemimpin; bagaimana shalatnya, amalnya, kiprahnya, kinerjanya dan kehidupan sehari-harinya bersama keluarga, masyarakat dan sebagainya yang sangat layak untuk dijadikan parameter untuk mengukur kelayakan seseorang menjadi pemimpin dalam semua levelnya, baik pemimpin dalam skala lokal maupun nasional. Apalagi dalam suksesi Pilkada Kota Jambi. Sehingga seorang sahabat yang sangat Zuhud dan Profesional dalam memimpin yaitu Umar bin Khattab sangat selektif dalam memilih atau mengangkat pejabat yang akan membantunya dalam mensukseskan kepemimpinanya secara kolektif. Beliau hanya akan mengangkat pejabat yang dikenal kebaikannya secara umum. Bahkan Umar pernah marah kepada sahabat yang mengangkat pejabat dari orang yang tidak dikenalnya. Umar bertanya memastikan pengenalannya terhadap seseorang yang diangkatnya: “Sudahkah kamu pergi bersamanya? Sudahkah kamu bersilaturahim ke rumahnya? Sudahkah kamu berbisnis dengannya? Dan sederetan pertanyaan lain yang membuka sosok pejabat yang akan dilantiknya tersebut”.SubhanaLLAH.

Membangun kebaikan sebuah masyarakat atau bangsa harus diawali dengan menciptakan para pemimpin yang Harasatu al-Din (memelihara dan mempertahankan ajaran agama) dan Siyaasatu al-Dunya (merancang strategi untuk kebaikan duniawi) dalam seluruh levelnya yang shalih dan profesional yang akan menyebarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat mereka dalam mewujudkan kesejahteraan.

Pemimpin yang profesional dan proporsional adalah faktor penting dalam kehidupan bermasyarakat. Jika pemimpin itu jujur, baik, cerdas dan amanah, niscaya membuahkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur, korup, serta menzalimi rakyatnya, niscaya rakyatnya pun akan sengsara. Iyadzu biLLAH

Islam memberikan pedoman dalam memilih pemimpin yang baik Dalam Al Qur’an, Allah SWT memerintahkan ummat Islam untuk memilih pemimpin yang baik dan beriman. Selain beriman, seorang pemimpin juga harus adil: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akamu kerjakan.” (Q.s. Al-Maidah 5: 8)

Keadilan yang diserukan al-Qur’an pada dasarnya mencakup keadilan diseluruh aspek baik dalam bidang ekonomi, sosial, dan bidang hukum yang merupakan sumber kesejahteraan ummat. Seorang pemimpin yang adil, indikasinya adalah selalu menegakkan supremasi hukum; memandang dan memperlakukan semua manusia sama di depan hukum, tanpa pandang bulu. Hal inilah yang telah diperintahkan al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah ketika bertekad untuk menegakkan hukum (dalam konteks pencurian), walaupun pelakunya adalah putri beliau sendiri, Fatimah, sebagaimana sabdanya : "Sesungguhnya telah binasa umat sebelum kalian, karena bila yang mencuri adalah orang kaya atau berpengaruh mereka diamkan dan tinggalkan, akan tetapi bila yang mencuri adalah orang yang lemah meraka menghukumnya dengan keras. Nabi setelah menyampaikan hal tersebut langsung mengatakan "Aku bersumpah atas Nama Allah apabilaAnakku Fathimah mencuri aku sendiri yang akan memotong tangannya". (HR Mutaffaqun 'Alaihi)

Maka, Pilihlah pemimpin yang mau mencegah dan memberantas kemungkaran seperti korupsi, nepotisme, manipulasi, Pilih pemimpin yang bisa mempersatukan ummat, bukan yang fanatik terhadap kelompoknya sendiri. Pilih pemimpin yang amanah, sehingga dia benar-benar berusaha mensejahterakan rakyatnya. Pilih pemimpin yang cerdas, sehingga dia tidak bisa ditipu oleh anak buahnya atau kelompok lain sehingga merugikan masyarakat. Pemimpin yang cerdas punya visi dan misi yang jelas untuk memajukan dan mensejahterakan rakyatnya. Semoga Allah terus melimpahkan berkah dan rahmatnya untuk Jambi dan Indonesia dengan prinsip Jadikan Al-Qur'an Membangun Bangsa Indonesia disingkat JAMBI. WaLLAHu 'Alam

Rabu, 01 Mei 2013

Indahnya Bertetangga (Jiran)




DALIL-DALIL TENTANG BERTETANGGA
Ust H Hasbullah Ahmad 081366174429

Firman Allah tentang Hak Tetangga
Allah berpesan dalam Alquran,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Beribadahlah kepada Allah dan jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim,  orang miskin, tetangga atau kerabat dekat, tetangga atau kerabat jauh, rekan di perjalanan, Ibnu Sabil, dan kepada budak yang kalian miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan apa yang dia miliki.” (QS. An-Nisa: 36).

Setelah menjelaskan banyak hal tentang ayat ini, al-Qurthubi mengatakan,
“Oleh karena itu, bersikap baik kepada tetangga adalah satu hal yang diperintahkan dan ditekankan, baik dia muslim maupun kafir, dan itulah pendapat yang benar.” (Tafsir al-Qurthubi, 5:184)

Hadis-hadis Tentang Bertetangga
Larangan keras mengganggu tetangga
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Tidak akan masuk surga, orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari 6016 dan Muslim 46).

Berikan jaminan bahwa tetangga Anda merasa nyaman dengan keberadaan Anda sebagai tetangganya. Hati-hati, jangan sampai menjadi tukang gosip tetangga, sehingga membuat tetangga Anda selalu tidak nyaman ketika bertindak di hadapan Anda, karena takut digosipin.

Wasiat Jibril untuk memperhatikan tetangga
Dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan,
مَا زَالَ يُوصِينِي جِبْرِيلُ بِالْجَارِ، حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
“Jibril selalu berpesan kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai aku mengira, tetangga akan ditetapkan menjadi ahli warisnya.” (HR. Bukhari 6014 dan Muslim 2624).
Pesan yang sangat penting, diberikan oleh Malaikat (Jibril ‘alaihis salam) terbaik kepada manusia terbaik (Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Mengganggu tetangga halal untuk dilaknat
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
Ada seorang yang mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kezaliman yang dilakukan tetangganya. Setiap kali orang ini mengadu, selalu dinasehatkan oleh beliau untuk bersabar. Ini dilakukan sampai tiga kali. Sampai pengaduan yang keempat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan solusi,
اطْرَحْ مَتَاعَكَ فِي الطَّرِيقِ
“Letakkan semua isi rumahmu di pinggir jalan.”

Orang inipun melakukannya. Setiap ada orang yang melewati orang ini, mereka bertanya: “Apa yang terjadi denganmu. (sampai kamu keluarkan isi rumahmu).” Dia menjawab: “Tetanggaku menggangguku.” Mendengar jawaban ini, setiap orang yang lewat pun mengucapkan: “Semoga Allah melaknatnya!” sampai akhirnya tetangga pengganggu itu datang, dia mengiba: “Masukkan kembali barangmu. Demi Allah, saya tidak akan mengganggumu selamanya.” (HR. Ibnu Hibban 520, Syuaib al-Arnauth menyatakan: Sanadnya kuat).

Menumbuhkan semangat berbagi dengan tetangga
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Sesungguhnya kekasihku (Rasulullah), mewasiatkan kepadaku,
إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ، ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِكَ، فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوفٍ
“Apabila kamu memasak, perbanyaklah kuahnya. Kemudian perhatian penghuni rumah tetanggamu, dan berikan sebagian masakan itu kepada mereka dengan baik.” (HR. Muslim)

Tidak mengganggu tetangga bagian dari iman
Dari Abu Hurairah, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِي جَارَهُ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah dia mengganggu saudaranya.” (HR. Bukhari 5185 dan Muslim 47).

Tidak ada istilah sedikit dalam mengganggu tetangga
Dari Abdah bin Abi Lubabah rahimahullah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا قَلِيلَ مِن أَذَى الجَار
“Tidak ada istilah sedikit dalam mengganggu tetangga.” (HR. Ibn Abi Syaibah dengan sanad shahih namun mursal. Dan dalam riwayat thabrani secara mausul dari Umu Salamah. Syaikh Ali al-Halabi mengatakan, “Hadis ini Hasan”).

Tetangga yang baik akan menjadi lambang kebahagiaan atau kesengsaraan
Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ، وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: الْجَارُ السُّوءُ، وَالْمَرْأَةُ السوء، والمسكن الضيق، والمركب السوء
“Empat hal yang menjadi sumber kebahagiaa: Istri solihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan tunggangan yang nyaman. Empat hal sumber kesengsaraan: tetangga yang buruk, istri yang durhaka, tempat tinggal yang sempit, dan kendaraan yang tidak nyaman.” (HR. Ibn Hibban 4032 dan sanadnya dinilai sahih oleh Syuaib al-Arnauth).

Menyakiti tetangga lebih besar dosanya
Dari Miqdad bin Aswad radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَأَنْ يَزْنِيَ الرَّجُلُ بِعَشْرَةِ نِسْوَةٍ، أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَزْنِيَ بِامْرَأَةِ جَارِهِ
لَأَنْ يَسْرِقَ الرَّجُلُ مِنْ عَشْرَةِ أَبْيَاتٍ، أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَسْرِقَ مِنْ جَارِهِ
“Seseorang yang berzina dengan 10 wanita, dosanya lebih ringan dibandingkan dia berzina dengan satu orang istri tetangganya… seseorang yang mencuri 10 rumah, dosanya lebih besar dibandingkan dia mencuri satu rumah tetangganya.” Naudzu biLLAH (HR. Ahmad 23854 dan dinyatakan Syuaib Al-Arnauth, sanadnya bagus).

Bersikap baik kepada tetangga, tanda muslim sejati
Dari Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan,
كُنْ وَرِعًا، تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَكُنْ قَنِعًا، تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ، وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ، تَكُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ، تَكُنْ مُسْلِمًا
“Jadilah orang yang wara’, kamu akan menjadi manusia ahli ibadah. Jadilah orang yang qanaah, kamu akan menjadi orang yang paling rajin bersyukur. Berikanlah yang terbaik untuk orang lain, sebagaimana kamu memberikan yang terbaik untuk dirimu, niscaya kamu menjadi mukmin sejati. Bersikaplah yang baik kepada tetangga, kamu akan menjadi muslim sejati…” (HR. Ibn Majah 4217 dan dishahihkan al-Albani)

Jangan tinggalkan tetangga Anda kelaparan
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ
“Bukanlah mukmin sejati, orang yang kenyang, sementara tetangga di sampingnya kelaparan.” (HR. Abu Ya’la dalam Musnadnya, dan sanadnya dinilai hasan oleh Husain Salim Asad)
Sedangkan Syekh Al-Albani mengatakan,
وفي الحديث دليل واضح على أنه يحرم على الجار الغني أن يدع جيرانه جائعين، فيجب عليه أن يقدم إليهم ما يدفعون به الجوع، وكذلك ما يكتسون به إن كانوا عراة، ونحو ذلك من الضروريات
Dalam hadis ini terdapat dalil yang tegas, bahwa haram bagi orang yang kaya untuk membiarkan tetangganya dalam kondisi lapar. Karena itu, dia wajib memberikan makanan tetangganya yang cukup untuk mengenyangkannya. Demikian pula dia wajib memberikan pakaian kepada tetangganya jika mereka tidak punya pakaian, dan seterusnya, berlaku untuk semua kebutuhan pokok tetangga. (Silsilah As-Shahihah, 1:280)

Larangan meremehkan pemberian tetangga, meskipun kelihatannya kurang berarti.
Pesan ini pernah disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya, terutama kaum perempuan. Mungkin, karena merekalah yang umumnya memiliki sikap seperti itu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا نِسَاءَ المُسْلِمَاتِ، لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا، وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
“Wahai para wanita muslimah, janganlah satu tetangga meremehkan pemberian tetangga yang lainnya, meskipun hanya kikil yang tak berdaging.” (HR. Bukhari 2566 dan Muslim 1030).

Paling dekat pintunnya, paling berhak mendapat lebih banyak
Dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, saya memiliki dua tetangga dekat. Kemanakah saya akan memberikan hadiah?” beliau menjawab,
إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا
“Ke rumah yang paling dekat pintunya denganmu.” (HR. Bukhari 2259)

Berlindung dari tetangga yang buruk
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita memohon perlindungan kepada Allah dari tetangga yang buruk. Ini menunjukkan betapa bahayanya tetangga yang buruk, sampai manusia terbaik menyarankan doa ini dilantunkan. Dari Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan,
تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ، مِنْ جَارِ السَّوْءِ فِي دَارِ الْمُقَامِ، فَإِنَّ جَارَ الْبَادِيَةِ يَتَحَوَّلُ عَنْكَ
“Mintalah perlindungan kepada Allah dari tetangga yang buruk di tempat tinggal menetap, karena tetangga yang tidak menetap akan berpindah dari kampungmu.” (HR. Nasa’i 5502 dan dinilai al-Albani sebagai hadis hasan shahih).

Sengketa tetangga, sengketa pertama di akhirat
Dari uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَوَّلُ خَصْمَيْنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ جَارَانِ
“Sengketa pertama pada hari kiamat adalah sengketa antar tetangga.” (HR. Ahmad 17372 dan dinilai hasan oleh Syuaib al-Arnauth)
Al-Munawi mengatakan,
أي أول خصمين يقضى بينهما يوم القيامة جاران آذى أحدهما صاحبه اهتماماً بشأن حق الجوار الذي حث الشرع على رعايته
“Maksud hadis, sengketa antara dua orang yang pertama diputuskan pada hari kiamat adalah sengketa dua orang bertetangga. Yang satu menyakiti lainnya. Sebagai bentuk perhatian besar tentang hak tetangga, yang dimotivasi oleh syariat untuk diperhatikan.” (At-Taisir bi Syarh al-Jami’ ash-Shaghir, 1:791).

Berusaha bersabar dengan gangguan tetangga
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثَةٌ يُحِبُّهُمُ اللهُ… وَالرَّجُلُ يَكُونُ لَهُ الْجَارُ يُؤْذِيهِ جِوَارُهُ، فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ حَتَّى يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أَوْ ظَعْنٌ
“Tiga orang yang Allah cintai…., orang yang memiliki tetangga, dan tetangganya suka menyakitinya. Diapun bersabar terhadap gangguannya sampai dipisahkan dengan kematian atau safar.” (HR. Ahmad dan dinilai shahih oleh Syuaib al-Arnauth).

Tetangga menjadi saksi
Merekalah manusia yang paling banyak menyaksikan aktivitas kita. sehingga penilaian mereka bisa mewakili kepribadian dan perilaku kita. dari Ibn mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “bagaimana saya bisa mengetahui, apakah saya orang baik ataukah orang jahat?” beliau menjawab,
إِذَا قَالَ جِيرَانُكَ: قَدْ أَحْسَنْتَ، فَقَدْ أَحْسَنْتَ، وَإِذَا قَالُوا: إِنَّكَ قَدْ أَسَأْتَ، فَقَدْ أَسَأْتَ
“Jika tetanggamu berkomentar, kamu orang baik maka berarti engkau orang baik. Sementara jika mereka berkomentar, engkau orang tidak baik, berarti kamu tidak baik.” (HR. Ahmad 3808, Ibn Majah 4223 dan dishahihkan al-Albani)

*diambil dari berbagai buku tentang حق الجوار yang mengumpulkan hadis-hadis tentang bertetangga :) semoga bermanfaat….

Jadual Dialog Interaktif Jambi TV Bulan Mei 2013

Jadual Dialog Interaktif
KHAZANAH ISLAMI JAMBI TV
Setiap Hari Pukul 15.30-16.30
BULAN MEI 2013

No
Tgl
Hari
Hijriyah
Nara Sumber
Thema Bahasan
Presenter
1
1
 Rabu
21 Jmd Tsani
Ust H Umar, Lc
Kajian Akhlaq
Adeni Hakim
2
2
 Kamis
22 Jmd Tsani
Ust H Sholeh Kiyani, Lc
Kajian Fiqh Praktis
Fadila Mustika
3
3
Jumat
23 Jmd Tsani
Ust Supian Ramli, S.Ag
Kajian al-Qur'an
Fadila Mustika
4
4
 Sabtu
24 Jmd Tsani
Ust Supian Ramli, S.Ag
Kajian Hadits
Adeni Hakim
5
5
 Minggu
25 Jmd Tsani



6
6
Senin
26 Jmd Tsani
Ust H Sholeh Kiyani, Lc
Kajian Tafsir

7
7
Selasa
27 Jmd Tsani
Ust H Umar, Lc
Kajian Akhlaq

8
8
 Rabu
28 Jmd Tsani
Ust H Umar, Lc
Kajian Umum

9
9
 Kamis
29 Jmd Tsani
Ust H Sholeh Kiyani, Lc
Kajian Fiqh Praktis

10
10
Jumat
30 Jmd Tsani
Ust Supian Ramli, S.Ag
Kajian al-Qur'an

11
11
 Sabtu
1 Rajab
Ust Supian Ramli, S.Ag
Kajian Hadits

12
12
 Minggu
2 Rajab



13
13
Senin
3 Rajab
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Tafsir

14
14
Selasa
4 Rajab
Ust H Umar, Lc
Kajian Akhlaq

15
15
 Rabu
5 Rajab
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Umum

16
16
 Kamis
6 Rajab
Ust H Sholeh Kiyani, Lc
Kajian Fiqh Praktis

17
17
Jumat
7 Rajab
Ust Supian Ramli, S.Ag
Kajian al-Qur'an

18
18
 Sabtu
8 Rajab
Ust H Amran Nasution, MA. Ph.D
Kajian Hadits

19
19
 Minggu
9 Rajab



20
20
Senin
10 Rajab
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Tafsir

21
21
Selasa
11 Rajab
Ust H Umar, Lc
Kajian Akhlaq

22
22
 Rabu
12 Rajab
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Umum

23
23
 Kamis
13 Rajab
Ust H Sholeh Kiyani, Lc
Kajian Fiqh Praktis

24
24
Jumat
14 Rajab
Ust Supian Ramli, S.Ag
Kajian al-Qur'an

25
25
 Sabtu
15 Rajab
Ust H Amran Nasution, MA. Ph.D
Kajian Hadits

26
26
 Minggu
16 Rajab



27
27
Senin
17 Rajab
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Tafsir

28
28
Selasa
18 Rajab
Ust H Umar, Lc
Kajian Akhlaq

29
29
 Rabu
19 Rajab
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Umum

30
30
Kamis
20 Rajab
Ust H Sholeh Kiyani, Lc
Kajian Fiqh Praktis

31
31
Jumat
21 Rajab
Ust Supian Ramli, S.Ag
Kajian al-Qur'an