Kamis, 23 Mei 2013

Welcome ! pemimpin Ummat...


Welcome !… Pemimpin Ummat
oleh Ust H Hasbullah Ahmad
081366174429  
Pemilihan Kepada Daerah diambang pintu, kita ditawarkan oleh para cawako & Cawawako berbagai program dan Janji. Mungkin ada yang menggiurkan dan ada pula yang membosankan, kita maklumi itu karena tahap PILWAKO ada tahap sosialisasi, dengan tahap itu kita diperkenalkan oleh para calon berbagai visi, misi dan program. Namun kita harus sadar bahwa bukan karena tampilan baleho mereka atau juga fisik mereka atau juga pengaruh mereka yang membuat kita harus memilih tetapi kita berusaha memilih mereka dengan hati nurani kita dengan mengharap bimbingan Allah SWT. Allah SWT mengingatkan kita "Dan apabila melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka: semoga Allah membinasakan mereka". (QS al-Munafiqun 63:4)

Maka dalam memilih pemimpin, yang utama adalah mereka yang komitmen mewujudkan ummat yang sejahtera dengan jargon Baldatun Thayibatun wa Rabbun Ghafur. Allah SWT berfirman : "Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu mengabdi" (QS al-Anbiya 21:73) di lain ayat Allah SWT berfirman : “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. (QS As-Sajdah 32:24)

QS al-Anbiya 21:73 berbicara pada tataran ideal tentang sosok pemimpin yang akan memberikan dampak kebaikan dalam kehidupan rakyat secara keseluruhan, seperti yang ada pada diri para nabi manusia pilihan Allah. Karena secara korelatif, ayat-ayat sebelum dan sesudah ayat ini dalam konteks menggambarkan para nabi yang memberikan contoh keteladanan dalam membimbing umat ke jalan yang mensejahterakan umat lahir dan bathin. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ayat ini merupakan landasan prinsip dalam mencari figur pemimpin ideal yang akan memberi kebaikan dan keberkahan bagi bangsa dimanapun dan kapanpun

QS al-Sajadah 32:24 menambahkan bahwa kesabaran dalam menegakkan kebenaran dengan tetap komitmen menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah dengan penuh keyakinan. Tentu bagi seorang pejabat tinggi, harus tetap komitmen dengan kebenaran dan hal itu membutuhkan mujahadah dan kesabaran yang jauh lebih besar karena akan berhadapan dengan warna-warni kemaksitan yang justru menginginkan tersebarnya kebathilan dan kemaksiatan di tengah-tengah umat. Iyadzu biLLAH

Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim, menyatakan ciri utama yang disebutkan di awal kedua ayat yang berbicara tentang kepemimpinan ideal adalah bahwa para pemimpin itu senantiasa mengajak rakyatnya kepada jalan Allah dan kemudian secara aplikatif mereka memberikan keteladanan dengan terlebih dahulu mencontohkan pengabdian dalam kehidupan sehari-hari yang dicerminkan dengan menegakkan shalat (Ibadah langsung kepada Allah SWT) dan menunaikan zakat (Sebagai komitmen kepedulian terhadap kehidupan sosial), sehingga mereka termasuk kelompok ‘Abid yang senantiasa tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah SWT dengan merealisasikan ajaran-ajaranNya yang mensejahterakan.

QS al-Anbiya 21:73 termaktub kalimat wa kaanu lana 'Abidin bukan Wa Kaanu 'Abidin ini merupakan penegasan bahwa perbuatan baik yang dilakukan oleh seorang pemimpin adalan perbuatan yang lahir dari rasa iman kepada Allah dan jauh dari kepentingan politik maupun semata-mata malu dengan jabatannya. Maka kata Lanaa (hanya kepada Kami) adalah batasan bahwa hanya kepada dan karena Allah mereka berbuat kebaikan selama masa kepemimpinannya.

Imam Asy-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menambahkan bahwa kriteria pemimpin yang memang harus ada adalah keteladanan dalam kebaikan secara universal sehingga secara eksplisit Allah menegaskan QS al-Anbiya 21:73 tentang mereka: Telah Kami wahyukan kepada mereka  untuk senantiasa mengerjakan beragam kebajikan. yang senantiasa mendapat bimbingan Allah adalah beramal dengan seluruh syariat Allah secara integral dan paripurna dalam seluruh segmen kehidupan.

Yang sangat menarik untuk dicermati dalam kedua ayat ini secara redaksional adalah pilihan kata A'imah. Kepemimpinan umumnya menggunakan terminologi khalifah atau Amir. Tentu pilihan kata tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi aspek keindahan bahasa Al-Qur’an sebagai bagian dari kemu’jizatan al-Qur’an, tetapi lebih dari itu merupakan sebuah isyarat tentang sosok pemimpin yang sesungguhnya diharapkan, yaitu sosok pemimpin dalam sebuah negara atau masyarakat idealnya adalah juga layak menjadi pemimpin dalam kehidupan beragama bagi mereka. Mereka bukan hanya tampil di depan dalam urusan dunia, tetapi juga tampil di barisan terdepan dalam urusan agama. Inilah yang sering diistilahkan dengan agamawan yang negarawan atau negarawan yang agamawan.

Dan memang sejarah kesuksesan kepemimpinan terdahulu yang berdampak pada kebaikan dan kesejahteraan masyarakatnya seperti kepemimpinan di era Rasulullah dan para sahabatnya adalah bahwa pemimpin negara di masa itu juga pada masa yang sama adalah pemimpin shalat. Tidak pernah terjadi, bahwa pemimpin Negara saat itu hanya memiliki kualifikasi kepemimpinan dalam memenej negara, tetapi juga dalam memelihara dan mempertahankan kehidupan beragama umat.  Karena urusan duniawi dan ukhrawi sesungguhnya merupakan satu kesatuan yang sinergis dalam totalitas ajaran Islam. Perhatian pemimpin yang parsial pada salah satu aspek tertentu menunjukkan minimnya atau ketidak mampuannya menjadi ‘imam’ atau pemimpin.

Track record merupakan kunci membuka kepribadian seorang pemimpin; bagaimana shalatnya, amalnya, kiprahnya, kinerjanya dan kehidupan sehari-harinya bersama keluarga, masyarakat dan sebagainya yang sangat layak untuk dijadikan parameter untuk mengukur kelayakan seseorang menjadi pemimpin dalam semua levelnya, baik pemimpin dalam skala lokal maupun nasional. Apalagi dalam suksesi Pilkada Kota Jambi. Sehingga seorang sahabat yang sangat Zuhud dan Profesional dalam memimpin yaitu Umar bin Khattab sangat selektif dalam memilih atau mengangkat pejabat yang akan membantunya dalam mensukseskan kepemimpinanya secara kolektif. Beliau hanya akan mengangkat pejabat yang dikenal kebaikannya secara umum. Bahkan Umar pernah marah kepada sahabat yang mengangkat pejabat dari orang yang tidak dikenalnya. Umar bertanya memastikan pengenalannya terhadap seseorang yang diangkatnya: “Sudahkah kamu pergi bersamanya? Sudahkah kamu bersilaturahim ke rumahnya? Sudahkah kamu berbisnis dengannya? Dan sederetan pertanyaan lain yang membuka sosok pejabat yang akan dilantiknya tersebut”.SubhanaLLAH.

Membangun kebaikan sebuah masyarakat atau bangsa harus diawali dengan menciptakan para pemimpin yang Harasatu al-Din (memelihara dan mempertahankan ajaran agama) dan Siyaasatu al-Dunya (merancang strategi untuk kebaikan duniawi) dalam seluruh levelnya yang shalih dan profesional yang akan menyebarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat mereka dalam mewujudkan kesejahteraan.

Pemimpin yang profesional dan proporsional adalah faktor penting dalam kehidupan bermasyarakat. Jika pemimpin itu jujur, baik, cerdas dan amanah, niscaya membuahkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur, korup, serta menzalimi rakyatnya, niscaya rakyatnya pun akan sengsara. Iyadzu biLLAH

Islam memberikan pedoman dalam memilih pemimpin yang baik Dalam Al Qur’an, Allah SWT memerintahkan ummat Islam untuk memilih pemimpin yang baik dan beriman. Selain beriman, seorang pemimpin juga harus adil: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akamu kerjakan.” (Q.s. Al-Maidah 5: 8)

Keadilan yang diserukan al-Qur’an pada dasarnya mencakup keadilan diseluruh aspek baik dalam bidang ekonomi, sosial, dan bidang hukum yang merupakan sumber kesejahteraan ummat. Seorang pemimpin yang adil, indikasinya adalah selalu menegakkan supremasi hukum; memandang dan memperlakukan semua manusia sama di depan hukum, tanpa pandang bulu. Hal inilah yang telah diperintahkan al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah ketika bertekad untuk menegakkan hukum (dalam konteks pencurian), walaupun pelakunya adalah putri beliau sendiri, Fatimah, sebagaimana sabdanya : "Sesungguhnya telah binasa umat sebelum kalian, karena bila yang mencuri adalah orang kaya atau berpengaruh mereka diamkan dan tinggalkan, akan tetapi bila yang mencuri adalah orang yang lemah meraka menghukumnya dengan keras. Nabi setelah menyampaikan hal tersebut langsung mengatakan "Aku bersumpah atas Nama Allah apabilaAnakku Fathimah mencuri aku sendiri yang akan memotong tangannya". (HR Mutaffaqun 'Alaihi)

Maka, Pilihlah pemimpin yang mau mencegah dan memberantas kemungkaran seperti korupsi, nepotisme, manipulasi, Pilih pemimpin yang bisa mempersatukan ummat, bukan yang fanatik terhadap kelompoknya sendiri. Pilih pemimpin yang amanah, sehingga dia benar-benar berusaha mensejahterakan rakyatnya. Pilih pemimpin yang cerdas, sehingga dia tidak bisa ditipu oleh anak buahnya atau kelompok lain sehingga merugikan masyarakat. Pemimpin yang cerdas punya visi dan misi yang jelas untuk memajukan dan mensejahterakan rakyatnya. Semoga Allah terus melimpahkan berkah dan rahmatnya untuk Jambi dan Indonesia dengan prinsip Jadikan Al-Qur'an Membangun Bangsa Indonesia disingkat JAMBI. WaLLAHu 'Alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar