Senin, 21 September 2015

KHUTBAH IDUL ADHA 1436 H/2015 MASJID AGUNG AL-FALAH JAMBI UST H HASBULLAH AHMAD

روح البذل و التضحية والمجاهدة
(Spirit Berbagi, Berkorban dan Berjuang)
KHUTBAH IDUL ADHA
MASJID AGUNG AL-FALAH PROVINSI JAMBI 
10 ZULHIJJAH 1436 H/24 SEPTEMBER 2015
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اللهُ أكْبَرُ × 9 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، 
لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
الحَمْدُ لله الَّذِي أرْشَدَ الخَلْقَ إلى أكْملِ الاَدَابِ، وَفتَحَ لَهُمْ مِنْ خَزاَئِنِ رَحْمَتِهِ وَجُوْدِهِ كُلَّ باَبٍ، أنَارَ بَصَائِرَ المُؤْمِنِيْنَ فَأَدْرَكُوْا الحَقَائِقَ وَطَلَبُوْا الثَّوابِ، وَأعْمَى بَصَائرَ المُعْرِضِيْنَ عَنْ طاَعَتِهِ فَصَارَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ نُوْرِهِ حِجَابٌ، هُدَى أُوْلَئِكَ بِفَضْلِهِ وَرَحْمَتِهِ وَأَضَلَّ الآخَرِيْنَ بِعَدْلِهِ وَحِكْمَتِهِ، إِنَّ فيِ ذَلِكَ لَذِكْرَى لِأُوْلىِ الألبَابِ، وأشْهدُ أنْ لا إِله إِلاَّ الله وحده لا شريكَ له، له المَلِكُ الْعَزيزُ الوَهَّاب، وأشْهدُ أنَّ محمداً عبدُه ورسولهُ المبعوثُ بأجَلِّ العباداتِ وأَكمَلِ الآدابِ، صلَّى الله عليه وعلى جميع الالِ والأصْحَابِ، وعلى التابعين لَهم بإحْسَانٍ إلى يومَ المَآب أما بعد، أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jama’ah Idul Adha saudaraku yang dimuliakan Allah
Pada pagi yang berbahagia ini, kita bertakbir menyebut Asma Allah. Takbir mengagungkan Asma’ Allah dengan membuang sifat kesombongan yang melekat pada diri kita. Takbir yang mengingatkan kita kembali untuk meneladani perjuangan dan ketabahan nabi Ibrahim yang telah diabadikan dalam Al-Qur’an. Sejarah rasul yang berjuluk kekasih Allah (خَلِيْلُ الله) dan juga Bapaknya Para Nabi (أبو الأنبياء) ini, ditulis dengan tinta emas di dalam buku-buku sejarah. Sikap tabah dan teguhnya dalam menjalankan perintah Allah, telah menjadikan nabi Ibrahim sebagai panutan umat sepanjang zaman.Pernyataan adanya keteladanan Nabiyullah Ibrahim ini diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
 “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan-nya “ (QS. Al-Mumtahanah : 4) Sementara, tentang keharuman namanya sepanjang zaman, pun Allah telah menuturkan dalam firman-Nya,
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي اْلأَخِرِينَ
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. “ (QS. As-Shofat : 108)

الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Hadirin jamaah Idul Adha Saudaraku rahimakumullah
Keteladanan yang dapat kita peroleh dari Nabi Ibrahim adalah keteguhan beliau dalam memegang prinsip, khususnya prinsip tauhid. Dalam menghadapi tantangan seberat apapun, termasuk saat dia berhadapan dengan ayahandanya sendiri yang syirik, beliau sangat teguh. Kita perhatikan firman Allah dalam Q.S. at-Taubah: 114 berikut:
وَمَاكَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لأَبِيهِ إِلاَّ عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَآ إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ للهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.”

Dari ayat itu pula kita dapat informasi bahwa Nabi Ibrahim juga seorang yang lembut dan penyantun. Sikap keras dalam memegang prinsip tauhid, tidak lantas membuat sikap terhadap sesama manusia menjadi sedemian keras dan kaku. Hubungan baik dengan sesama manusia tetap dijaga, karena pada hakekatnya seorang nabi, dan mungkin juga seorang ustadz atau pemimpin ummat saat ini adalah pelayan masyarakat yang harus punya sikap lemah lembut.

الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Hadirin jamaah Idul Adha Saudaraku rahimakumullah
Keteladanan lain dari Nabi Ibrahim adalah pejuang sejati yang tidak mempunyai rasa putus asa jika menghadapi tantangan yang berat. Kegigihan dalam perjuangan ini perlu ditiru mengingat tantangan dakwah Islam akhir-akhir ini juga menghadapi tantangan jaman yang kian berat. dalam Qur’an Surah al-Anbiya: ayat 51 sampai 69 menyuguhkan kisah keteguhan Nabi Ibrahim bahkan saat berhadapan dengan kekuasaan sekalipun. Nabi Ibrahim berprinsip, bahwa kebenaran adalah kebenaran yang tidak bisa ditawar-tawar. Hal ini tentu berbeda dengan kebanyakan para pemimpin ummat kita sekarang yang mudah menjual kebenaran untuk ditukar dengan kekuasaan dan uang. Karena keteguhan Nabi Ibrahim ini, kemudian Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim dari hukuman api yang membakar, seperti tergambar dalam Q.S. al-Anbiyah: 69
قُلْنَا يَانَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلاَمًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”

SubhanaLLAH Jama’ah Idul Adha RahimakumuLLAH.
Puncak keteladanan Nabi Ibrahim adalah kerelaan beliau mengorbankan apa saja untuk Allah SWT. Termasuk harus mengorbankan sang putra tercinta Nabi Ismail AS. Allah SWT menggambarkan pengorbanan  Nabi Ibrahim itu dalam sebuah dialog antara Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail yang terekam dalam Q.S. ash-Shaffat: 102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Walaupun kemudian di saat Nabi Ibrahim sudah bersiap hendak menyembelih Nabi Ismail, Allah SWT menggantinya dengan seekor hewan sembelihan, seperti diinformasikan dalam Q.S. ash-Shaffat: 107:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”
Hanya ketaqwaan yang akan sampai kepada Allah. Taqwa merupakan puncak pengorbanan seorang hamba kepada Sang Khaliq, karena taqwa menghendaki kepasrahan total (islam) dan amal nyata yang kongkret (total actions) dalam realitas sehari-hari.

الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jamaah Idul Adha Saudaraku yang dirahmati Allah.
Dalam konteks sekarang ini, pengorbanan Nabi Ibrahim tersebut harus tetap kita apresiasikan. Dalam berbagai macam cara seperti menunaikan haji bagi yang mampu serta berkurban hewan ternak bagi umat Islam yang memiliki cukup kelebihan harta untuk melaksanakannya. Berkurban tidak sekedar mengalirkan darah binatang ternak, tdk hanya memotong hewan kurban, namun lebih dari itu, berkurban berarti ketundukan total terhadap semua perintah Allah swt & sikap menghindar dari hal-hal yang dilarang-Nya. Berkurban adalah berarti wujud ketaatan dan peribadatan seseorang, dan karenanya seluruh sisi kehidupan seseorang bisa menjadi manifestasi sikap berkurban.
Berkurban juga berarti upaya menyembelih hawa nafsu dan memotong kemauan syahwat yang selalu menyuruh kepada kemungkaran dan kejahatan. Seandainya sikap menyembelih hawa nafsu ini dimiliki oleh umat Islam, subhanallah, umat Islam akan maju dalam segalanya. Betapa tidak, bagi yang berprofesi sebagai guru, ia berkurban dengan ilmunya. Pengusaha ia berkurban dengan bisnisnya yang fair dan halal. Politisi ia berkurban demi kemaslahatan umum dan bukan kelompoknya. Pemimpin ia berkurban untuk kemajuan rakyat dan bangsanya bukan untuk pribadinya dan begitu seterusnya.
Semangat pengorbanan Nabi Ibrahim perlu kita kobarkan kembali. Sebuah semangat mengorbankan ego untuk mengedepankan loyalitas keummatan. Kita gambarkan semangat pengorbanan itu dengan menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha ini, sebagai simbol kecintaan kita kepada millah Ibrahim yang hanif. Hanya saja yang perlu kita ingat, bahwa menyembelih hewan kurban bukanlah pengorbanan yang sesungguhnya yang dikehendaki Allah. Dengan semangat ini, bentuk-bentuk kejahatan akan bisa diminimalisir bahkan dihilangkan di bumi pertiwi ini. Ini tercermin dalam firman-Nya Q.S al-Hajj: 37
لَن يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَلاَدِمَآؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَاهَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.

الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jamaah Idul Adha saudaraku yang dirahmati Allah.
Sebuah Kisah Inspiratif, yang bisa menyentuh hati kita... seorang tukang ojek berpenghasilan pas-pasan rela berkorban dengan kambing Otawa yang terbaik disetiap tahunnya, ketika ditanyakan perihal itu, dengan haru dia menjawab ”Untung Allah SWT hanya menyuruh saya mengorbankan kambing, saya tidak sekuat nabi Ibrahim yang rela mengurbankan anaknya untuk Allah SWT, dan saya tidak kuat kalau anak saya yang dikurbankan” SubhanaLLAH, dan dengan berbagi melalui Ibadah Qurban juga akan memberikan kegembiraan, kebahagiaan dan kesenangan bagi saudara-saudara kita yang tidak mampu, Rasanya miris hati kita ketika saudara kita sesama muslim tertimpa musibah, banyak diantara mereka kehilangan orang tercinta dan harta-harta mereka. seperti mirisnya hati kita ketika melihat fenomena dua anak yang berbeda latar belakang, yang satu anak yang kaya lengkap dengan berbagai kemewahan, ketika hari raya tiba mereka dengan semangat menyampaikan kepada kedua orang tua mereka ”Pa... Adek mau makan daging”, si ayahpun dengan tegas menjawab ”nanti ayah belikan daging yang paling okay” terus kembali lagi meminta kepada ibundanya ”ma... belikan adek baju baru dong” si ibupun menjawab dengan lugas ”ya pasti mama belikan yang paling bagus”... dan banyak lagi permintaan lain yang dipintanya semua terkabulkan karena kemewahan dan kekayaan yang mereka miliki.
Sementara disisi lain seorang anak yatim piatu tanpa ayah dan ibu, ayah dan ibunya meninggal karena Musibah ketika hari raya tiba mereka hanya bisa menghadiri pusara ayah dan ibunya dengan semangat sambil membacakan al Fatihah sebagai dedikasi cinta kepada kedua orang tuanya, sembari mengucapkan diatas pusara ayahnya : ” Yah... kawan-kawan sekarang lagi asik dengan lebaran, makan sate daging, pizza dan lain-lain maukan ayah belikan adek juga... yang diterima hanyalah tiupan angin sepoi-sepoi, lalu berlanjut ke pusara ibundanya sambil bergumam : ”mak... baju adek sudah jelek mak, maukan mak belikan adek baju baru, kawan-kawan adek pake baju baru semua” tiada sedikitpun jawaban yang diterima namun si-anak tetap bahagia walau hampa tanpa jawaban. SubhanaLLAH wa AstaghfiruLLAH. Maka melalui Ibadah Qurban yang kita bagikan, Zakat Mal, Infaq, Shadaqah dan bantuan yang telah kita tunaikan bisa menjadi penyambung silaturahim dan perwujudan nilai kepekaan bagi diri kita dalam kehidupan bermasyarakat untuk dapat memahami bagaimana susahnya anak yatim, fakir dan miskin dan orang yang tertimpa musibah melawan jalan kehidupan yang penuh duri ini.
 
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
Namun apa yang kita saksikan dewasa ini. Jiwa pengorbanan pada banyak kalangan telah digeser oleh semangat atau nafsu mengorbankan orang lain. Perhatikan saja kemelut di layar kaca dirumah kita, Perang terbuka di  media massa, baik itu korupsi, tuduh menuduh, kemaksiatan dan juga Berbagai Ujian, Cobaan atau Bahkan mungkin Azab datang terus silih berganti mulai dari kemarau yang berkepanjangan, kabut asap dan krisis ekonomi Naudzubillah. Semua dikarenakan Ulah tangan dan kelalaian manusia, semoga semua itu membuat kita sadar untuk segera bertaubat dan kembali ke Jalan Allah SWT. Firman Allah dalam QS al-Ruum 41 :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Kini Allah SWT memanggil kita, menuntut ketaatan total kita kepada-Nya. Ketaatan itu menuntut kita untuk berkorban; mengorbankan apa saja yang kita miliki demi menggapai ridha-Nya. Hanya dengan pengorbanan demi ketaatan itulah, kita akan meraih kembali kemuliaan hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat. Ingatlah, wahai kaum Muslim, bahwa untuk itulah Nabi bersumpah tidak akan pernah mundur walau selangkah, sampai Islam menang atau baginda saw binasa:
وَاَللّهِ لَوْ وَضَعُوا الشّمْسَ فِي يَمِينِي، وَالْقَمَرَ فِي يَسَارِي عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الأَمْرَ حَتّى يُظْهِرَهُ اللّهُ أَوْ أَهْلِكَ فِيهِ مَا تَرَكْتُهُ
”Demi Allah, andai saja mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, (lalu mereka minta) agar aku meninggalkan urusan (agama) ini, maka demi Allah, sampai urusan (agama) itu dimenangkan oleh Allah, atau aku binasa di jalannya, aku tetap tidak akan meninggalkannya.” (Hr. Ibn Hisyam)

Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah. Seseorang menjadi besar karena jiwanya besar. Tidak ada jiwa besar tanpa jiwa yang punya semangat berkorban. Berkat  رُوْحُ البَذْلِ وَ التَّضْحِيَةِ وَالمُجَاهَدَةِ (ruhul badzli wal tadlhiyah wal mujahadah) atau spirit berbagi, berkorban dan berjuang, ummat ini telah menjadi ummat yang besar, bergengsi dan disegani dunia dalam sejarahnya. Mari Juga semangat Berqurban kita bersama mewujudkan dan  memilih pemimpin atau imam yang sejati, berakhlaq mulia, sabar dan berilmu, pemimpin yang mampu mendamaikan, mensejahterakan dan menyatukan Ummat, Pemimpin yang mampu memimpin bangsa dan maju terdepan juga dalam menyatukan kesempurnaan Agama.

الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Hadirin jamaah Idul Adha Saudaraku rahimakumullah
Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk mengabdi dan beribadah kepada NYA secara total sebagai wujud refleksi terhadap pengorbanan Nabi Ibrahim Alaihi Salam. serta mewujudkan JAMBI yaitu Jadikan Alqur’an Membangun Bangsa Indonesia Amin Allahumma Amin
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ.
 إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Ust H Hasbullah Ahmad
Pimpinan Pesantren Terpadu Dar al-Masaleh Jambi
Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi
081366174429 eMail : hasbullahdoseniain@gmail.com