Selasa, 12 April 2016

Tema Tausiyah Global TV 2016

Tema Tausiyah GLOBAL TV
Shooting Jakarta, 14-15 April 2016
Oleh Ust DR H Hasbullah Ahmad, MA

Tobat Kunci Pertolongan Hadir
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
Keutamaan Taubat
1. Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.
إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
2.Taubat merupakan sebab keberuntungan.
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
3.Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya.
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ
“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
Allah ta’ala juga berfirman
وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَاباً
“Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71).
4.Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيّاً إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئاً
“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59, 60)
5.Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan.
وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Al Furqan: 68-70)
6. Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
فَإِن تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ
“Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi kalian.” (QS. At Taubah: 3)
7.Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya kekuatan.
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ
“Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat dan akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
 
Pemimpin yang Jujur
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّـٰدِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS al-Taubah 119)
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَآ إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاَةِ وَإِيتَآءِ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
Artinya : Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu mengabdi (QS al-Anbiya 73)
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. (QS al-Sajadah 73)

Cukup Allah saja yang menilai
حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
…Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung.”(At-Taubah : 129)
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (H.R. Abdur Razaq, hadist hasan)
Cukuplah Allah… حسبى ربى جل الله  مافى قلبى غير الله
QS An-Nisa : 6 
Wakafa billahi hasiiba (Cukuplah Allah sebagai Pengawas) 
QS An-Nisa : 45
Wakafa billahi waliyyan (Cukuplah Allah sebagai Pelindung)
QS An-Nisa : 45
Wakafa billahi nashiiran (Cukuplah Allah sebagai Penolong)
QS An-Nisa : 70
Wakafa billahi 'aliiman (Cukuplah Allah yang mengetahui)
QS An-Nisa : 79
Wakafa billahi syahiidan (Cukuplah Allah sebagai Saksi)

Suri Tauladan Nabi Muhammad SAW
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yakni bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (al-Ahzab: 21)
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (at-Taubah: 128)
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (al-Qalam: 4), 
Kenapa Rasul kita Tauladani :
1. Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an
Ketika Aisyah Radhiyallahu’anha ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasalam, maka dia menjawab, “Akhlaknya adalah Al Qur’an.” (HR. Abu Dawud dan Muslim)
2. Nabi Muhammad SAW Diutus untuk Menyempurnakan Akhlak
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al Bazzaar)
3. Kebaikan itu adalah Akhlak yang Baik
Rasulullah bersabda: “Kebajikan ialah akhlak yang baik dan dosa ialah sesuatu yang mengganjal dalam dadamu dan kamu tidak suka bila diketahui orang lain.” (HR. Muslim
4. Rasulullah adalah orang yang paling dermawan
Anas Radhiyallahu’anhu berkata, “Rasulullah adalah orang yang paling baik, paling dermawan (murah tangan), dan paling berani”. (HR. Ahmad)
5. Nabi Muhammad Selalu Ramah Pada Siapapun, Bahkan pada Maula (Pembantu Rumah 
Tangga Beliau).
Anas RA, pembantu rumah tangga Nabi Muhammad SAW berkata, “Aku membantu rumah tangga Nabi SAW sepuluh tahun lamanya, dan belum pernah beliau mengeluh “Ah” terhadapku dan belum pernah beliau menegur, “kenapa kamu lakukan ini atau kenapa tidak kau lakukan ini.” (HR. Ahmad)

Allah SWT Tempat bersandar
Menyandarkan hati kepada Allah SWT  adalah termasuk ibadah yang sangat diperintahkan dalam Islam. Hal itu karena seorang hamba selalu memerlukan Rabb-nya dalam setiap keadaan.
Allah SWT sendiri telah menyifati diri-Nya dengan Dzat yang menjadi tempat bergantungnya segala sesuatu, sebagaimana firman-Nya:
الله الصمد
Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (QS. al-Ikhlâsh: 2)
Ibrahim berkata: ”ash-Shamad artinya Dzat yang menjadi tempat bergantungnya para hamba dalam kebutuhan-kebutuhannya”. (ad-Durr al-Mantsūr, jilid 15, hlm. 782)
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS.  Thaha 124)
Do’a Rasulullah SAW tersebut adalah sebagaimana dijelaskan dalam hadits Anas RA berikut, ia berkata: Rasulullah SAW berkata kepada Fatimah RAH
مَا يَمْنَعُكِ أَنْ تَسْمَعِيْ مَا أُوْصِيْكِ بِهِ ؟ أَنْ تَقُوْلِيْ إِذَا أَصْبَحْتِ وَإِذَا أَمْسَيْتِ
Apa yang menghalangimu dari mendengarkan wasiatku kepadamu ? Hendaklah engkau membaca (doa ini) apabila berada di waktu pagi hari dan sore hari:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلىَ نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا
Wahai Dzat Yang Maha Hidup Kekal, Wahai Dzat Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan, perbaikilah semua urusanku dan janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku walaupun hanya sekejap mata”.

Tawaddhu Rendah Hati
Tawaddhu adalah sikap merendahkan hati kepada yang berhak yaitu Allah yang Maha Suci lagi Maha Tinggi, juga kepada orang-orang yang Allah SWT perintahkan kita untuk bersikap tawadhu pada mereka seperti kepada para nabi dan imam, Qiyadah, hakim, ulama dan orang tua. Anjuran al-Qur’an untuk rendah hati :
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِين
Yang artinya : “Dan Rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman (QS Asy Su’ara: 215)

Sempurnakan Hidup dengan تقوى  “ Ta-Qaf-Waw dan Ya”
Ta          : Tawaddhu                 Qaf      : Qana’ah
Waw     : Wara’                        Ya       : Yakin

Tingkatan Keyakinan Tabir Hati
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ(5)لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ(6)ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
“Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin.” (QS. At-Takatsur 5-7)
إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ
Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.” (QS. Al-Waqi’ah 95)

Maka ada tiga tingkatan derajat keyakinan tabir hati  yaitu :
1. Ilmul yaqin. Arinya menerima apa pun yang tampak dari Allah dan menerima apa yang tidak tampak dari Allah sereta berada pada apa yang ditegakkan Allah.
2. Ainul yaqin. Artinya yang membutuhkan kesaksian dari suatu kesaksian, yang membutuhkan pandangan dari mata telanjang dari suatu pengabaran dan kesaksian yang menyibak tabir ilmu.
3. Haqqul yaqin. Artinya mengobarkan cahaya penyingkapan, membebaskan diri dari beban yaqin dan melebur dalam haqqul yaqin.

Generasi Unggul dalam Islam
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An-Nisa:9)

Generasi Unggul harus tumbuh  menjadi kelompok :
إنهم فتية آمنوا بربهم وزدناهم هدى
Merekalah para pemuda yang penuh dengan keimanan kepada Allah dan Allah lengkapkan mereka lagi dengan hidayah. (QS.al Kahfi).

Generasi Unggul memiliki akal budi yang jernih, sehingga berkemampuan menghadapi berbagai tantangan global. Mereka memiliki  jati diri sesuai fitrah anugerah Allah, yakni Beriman serta selalu mengajak kepada kebaikan serta melarang dari kemungkaran.

Potensi dasar yang dimiliki setiap manusia; jasmani, otak, dan kalbu. Ketiga potensi itu merupakan sumber munculnya nilai-nilai dasar yang menyebabkan seseorang menjadi besar dan unggul, yaitu
1) kemampuan berpikir yang luar biasa,
2) mentalitas yang baik,
3) karakter yang seimbang, dan
4) kondisi fisik yang mendukung.
Tiga yang disebut pertama (berpikir, mentalitas, dan karakter) bersandar pada otak dan kalbu, yang dua diantaranya (mentalitas dan karakter) merupakan nilai spiritual yang khusus bersandar pada kalbu.

Kekuatan yang harus ditumbuhkan dalam generasi unggul :
1.      سليم العقيدة
2.      صحيح العبادة
3.      متين الخلق
4.      ثقيف العلم
5.      قوي الجسم

Pahala Menafkahi Keluarga
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
« إِذَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ نَفَقَةً يَحْتَسِبُهَا فَهِيَ لَهُ صَدَقَةٌ ».
Artinya: “Apabila seorang lelaki (ayah atau suami) menafkahi keluarganya dengan niat mencari pahala (dari Allah), maka nafkahnya itu dihitung sebagai shodaqoh baginya.” (HR Bukhari & Muslim)

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Memberi nafkah kepada keluarga (anak dan isteri) adalah kewajiban di pundak seorang ayah atau suami. Hal ini berdasarkan firman Allah:
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا
Artinya: “…Dan kewajiban ayah menanggung nafkah & pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya.”. (QS. Al-Baqarah: 233).

اليدالعليا افضل من اليدالسفلئ وابداءبمن تعول اُمك، واباك،واُختك، واخاك، واَدناك، فاَدناك

Tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah,dan mulailah dari orang yang telah merawatmu: ibumu,ayahmu,saudara perempuanmu, saudara laki-laki mu,kerabat dekatmu,dan kerabatmu
من بات متعوبا فئ طلب معاش أولاده بات مغفوراله
Barang siapa yang bermalam-malaman dalam mencari nafkah untuk anak-anaknya maka ia akan di ampuni oleh Allah selama waktu itu.

Keutamaan mencari nafkah :
1.      Nafkah kepada keluarga lebih afdhol dari sedekah tathowwu’ (Sunnah) Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda,
أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“….yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar” (HR. Muslim).
2.      Jika mencari nafkah dengan ikhlas, akan menuai pahala besar serta Memberi nafkah termasuk sedekah. Dari Al Miqdam bin Ma’dikarib, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا أَطْعَمْتَ نَفْسَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ وَلَدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ زَوْجَتَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ خَادِمَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ
Harta yang dikeluarkan sebagai makanan untukmu dinilai sebagai sedekah untukmu. Begitu pula makanan yang engkau beri pada anakmu, itu pun dinilai sedekah. Begitu juga makanan yang engkau beri pada istrimu, itu pun bernilai sedekah untukmu. Juga makanan yang engkau beri pada pembantumu, itu juga termasuk sedekah” (HR. Ahmad).
3.      Harta yang dinafkahi semakin barokah dan akan diberi ganti
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفً
 “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang senang berinfak.” Yang lain mengatakan, “Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang yang pelit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
4.      Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban apakah ia benar memperhatikan nafkah untuk keluarganya. Dari Anas bin Malik, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ سَائِلٌ كُلَّ رَاعٍ عَمَّا اسْتَرْعَاهُ
Allah akan bertanya pada setiap pemimpin atas apa yang ia pimpin” (HR. Tirmidzi)
5.      Memperhatikan nafkah keluarga akan mendapat penghalang dari siksa neraka. ‘Adi bin Hatim berkata,
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
Selamatkanlah diri kalian dari neraka walau hanya melalui sedekah dengan sebelah kurma” (HR. Bukhari)

Akhlaq Mulia dalam Rumah Tangga
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6).
Bagi para suami hendaknya pula memerhatikan pergaulan dengan istrinya karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. At-Tirmidzi)

Rasulullah bersabda kepada kita sebagai upaya menanamkan Akhlaq dalam setiap segmentasi kehidupan kita khususnya dalam keluarga :
إتق الله حيث ما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحوها وخالق الناس بخلق حسن
bertaqwalah kepada Allah SWT dimana kita saja kita berada, Iringi setiap kejahatan dengan kebaikan dan berakhlaqlah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”