Minggu, 25 September 2011

Khutbah Tajuk : Halal bi Halal dan Silaturahim (Refleksi Saling Memaafkan) Oleh Ust H Hasbullah Ahmad, MA (Khutbah Jumat Masjid Agung Al Falah Jambi) السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمدُ لله الَّذِي أرْشَدَ الخلقَ إلى أكْملِ الاداب، وفتَحَ لهم من خزائنِ رحمتِهِ وجودِهِ كُلَّ باب، أنَار بصائرَ المؤمنينَ فأدركوا الحقائقَ وطلبُوا الثَّواب، وأعْمَى بصائرَ المُعْرِضين عن طاعتِهِ فصار بينهم وبين نوره حجاب، هدى أولئك بفضله ورحمته وأضلَّ الآخرين بعدله وحكمته، إن في ذلك لذِكْرى لأولى الألبَاب، وأشْهدُ أنْ لا إِله إِلاَّ الله وحده لا شريكَ له، له الملكُ الْعَزيزُ الوَهَّاب، وأشْهدُ أنَّ محمداً عبده ورسولهُ المبعوثُ بأجَلِّ العباداتِ وأَكمَلِ الآداب، صلَّى الله عليه وعلى جميع الالِ والأصْحَاب، وعلى التابعين لَهم بإحْسَانٍ إلى يومَ المَآب أما بعد، أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah SWT. Halal bihalal, dua kata berangkai yang sering diucapkan dalam suasana Idul Fitri, adalah satu dari istilah-istilah "keagamaan" yang hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia. Istilah tersebut seringkali menimbulkan tanda tanya tentang maknanya, bahkan kebenarannya dari segi bahasa , walaupun semua pihak menyadari bahwa tujuannya adalah menciptakan keharmonisan antara sesama. Ada kisah menarik yang disampaikan Ketua MUI, Umar Shihab, mengenai asal-usul halal bi halal yang menjadi tradisi di Indonesia. Menurutnya, tradisi yang baik ini pertama kali dikenal pada 1963, saat Buya Hamka bertemu dengan Presiden Soekarno di Istana Negara dalam suasana Idul Fitri. "Pada saat keduanya berjabat tangan, Buya Hamka mengatakan kita halal bi halal, dan Bung Karno mengatakan juga dengan keras halal bi halal. Lalu tahun-tahun berikutnya Bung Karno yang mempopulerkannya, baik dalam acara pribadi maupun kenegaraan". Buya Hamka pernah mengatakan bahwa makna halal bi halal adalah bertemunya pribadi-pribadi yang suci yang telah serius menggembleng dirinya dalam bulan Ramadhan. "Halal itu suci, bersih, baik. Halal bi halal adalah upaya mempertemukan pribadi-pribadi yang baik yang telah sungguh-sungguh menjalankan ibadah Ramadhan. Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah SWT. Paling tidak ada dua makna yang dapat dikemukakan menyangkut pengertian istilah tersebut, yang ditinjau dari dua pandangan. Yaitu, pertama, bertitik tolak dari pandangan hukum Islam dan kedua berpijak pada arti kebahasan. Menurut pandangan pertama - dari segi hukum - kata halal biasanya dihadapkan dengan kata haram. Haram adalah sesuatu yang terlarang sehingga pelanggarannya berakibat dosa dan mengundang siksa, demikian kata para pakar hukum. Sementara halal adalah sesuatu yang diperbolehkan serta tidak mengundang dosa. Jika demikian, halal bihalal adalah menjadikan sikap kita terhadap pihak lain yang tadinya haram dan berakibat dosa. menjadi halal dengan jalan memohon maaf. Sedangkan Menurut pandangan kedua - dari segi bahasa - akar kata halal yang kemudian membentuk berbagai bentukan kata, mempunyai arti yang beraneka ragam, sesuai dengan bentuk dan rangkaian kata berikutnya. Makna-makna yang diciptakan oleh bentukan-bentukan tersebut, antara lain, berarti "menyelesaikan problem", "meluruskan benang kusut", "melepaskan ikatan", dan "mencairkan yang beku". Jika demikian, ber-halal bihalal merupakan suatu bentuk aktivitas yang mengantarkan pada pelakunya untuk meluruskan benang kusut, menghangatkan hubungan yang tadinya beku sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu, serta menyelesaikan kesulitan dan problem yang menghadang terjalinnya keharmonisan hubungan. Boleh jadi hubungan yang dingin, keruh dan kusut tidak ditimbulkan oleh sifat yang haram. Ia menjadi begitu karena kita lama tidak berkunjung kepada seseorang, atau ada sikap tidak adil yang kita ambil namun menyakitkan orang lain, atau timbul keretakan hubungan dari kesalahpahaman akibat ucapan dan lirikan mata yang tidak disengaja. Kesemuanya ini, tidak haram menurut pandangan hukum, namun perlu diselesaikan secara baik; yang beku dihangatkan, yang kusut diluruskan, dan yang mengikat dilepaskan. Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah SWT. Budaya saling memaafkan ini lebih populer disebut halal-bihalal. Fenomena ini adalah fenomena yang terjadi di Tanah Air, dan telah menjadi tradisi di negara-negara rumpun Melayu. Ini adalah refleksi ajaran Islam yang menekankan sikap persaudaraan, persatuan, dan saling memberi kasih sayang. Dalam pengertian yang lebih luas, halal-bihalal adalah acara maaf-memaafkan pada hari Lebaran. Keberadaan Lebaran adalah suatu pesta kemenangan umat Islam yang selama bulan Ramadhan telah berhasil melawan berbagai nafsu hewani. Dalam konteks sempit, pesta kemenangan Lebaran ini diperuntukkan bagi umat Islam yang telah berpuasa, dan mereka yang dengan dilandasi iman. Dalam Al Qur’an surah Ali 'Imron: 134-135, Allah SWT berfirman : Artinya : (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui. Dari ayat ini, selain berisi ajakan untuk saling maaf-memaafkan, halal-bihalal juga dapat diartikan sebagai hubungan antar manusia untuk saling berinteraksi melalui aktivitas yang tidak dilarang serta mengandung sesuatu yang baik dan menyenangkan. Atau bisa dikatakan, bahwa setiap orang dituntut untuk tidak melakukan sesuatu apa pun kecuali yang baik dan menyenangkan. Lebih luas lagi, berhalal-bihalal, semestinya tidak semata-mata dengan memaafkan yang biasanya hanya melalui lisan atau kartu ucapan selamat, tetapi harus diikuti perbuatan yang baik dan menyenangkan bagi orang lain. Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah SWT. Dan perintah untuk saling memaafkan dan berbuat baik kepada orang lain seharusnya tidak semata-mata dilakukan saat Lebaran. Akan tetapi, harus berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Halal-bihalal yang merupakan tradisi khas rumpun bangsa tersebut merefleksikan bahwa Islam di negara-negara tersebut sejak awal adalah agama toleran, yang mengedepankan pendekatan hidup rukun dengan semua agama. Perbedaan agama bukanlah tanda untuk saling memusuhi dan mencurigai, tetapi hanyalah sebagai sarana untuk saling berlomba-lomba dalam kebajikan. Ini sesuai dengan Firman Allah dalam QS al Baqarah 148 : Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Titik tekan ayat di atas adalah pada berbuat kebaikan dan perilaku berorientasi nilai. Perilaku semacam ini akan mentransformasi dunia menjadi sebuah surga. Firman Allah dalam QS al Baqarah 177 : Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang yang meminta-minta ; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat ; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila dia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, benar (imannya) ; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa". Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah SWT. Berangkat dari makna halal-bihalal seperti tersebut di atas, pesan universal Islam untuk selalu berbuat baik, memaafkan orang lain dan saling berbagi kasih sayang hendaknya tetap menjadi warna masyarakat Muslim Indonesia dan di negara-negara rumpun Melayu lainnya. Akhirnya, Islam di wilayah ini adalah Islam rahmatan lil alamiin. Semoga dengan kita saling memaafkan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kita sekalian, sehingga negara dan daerah kita ini menjadi dambaan yang senantiasa diberkahi Allah sehingga terwujud بلدة طيبة ورب غفور Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H من العائدين والفائزين فى كل عام وأنتم بخير جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
STRATEGI MENGHADAPI UJIAN / SEMESTERAN DENGAN SUKSES Oleh Ust Hasbullah Ahmad, MA 081366174429 (disadur dari Prof Dr Fadhzilah Kamsah) ISI KANDUNGAN Pendahuluan Persediaan Fisik Persediaan Mental Persediaan Emosi Persediaan Rohani Berbagai Perpertanyaan Belajar Untuk Ujian / Semesteran PENDAHULUAN Ujian / Semesteran penting seperti MID DAN SEMESTER, UAN DAN UAS memerlukan persedian lebih dari sekedar membaca semata-mata.Tanpa persediaan yang rapi maka banyak pelajar yang mendapat keputusan yang tidak setimpal dengan usahanya. Anda tidak perlu takut dengan Ujian / Semesteran. Sebab baik anda bersedia atau tidak, waktu untuk berhadapan dengannya tetap akan tiba. Oleh itu lebih baik anda fokuskan kepada persediaan anda untuk berjuang. Untuk Sukses dalam Ujian / Semesteran pelajar perlu bersedia dari segala aspek, bukan hanya membaca dan mengulangkaji semata-mata. Persediaan yang rapi memupuk keyakinan yang tinggi untuk pelajar menghadapi Ujian / Semesteran mereka. Artikel yang ditulis ini tidak mengajar subjek-subjek yang tertentu. Pelajar perlu merujuk kepada Ustadz/Guru kelas masing-masing tentang keTEPATan dalam menjawab setiap pertanyaan. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang persediaan-persedian seperti Fisik, mental, emosi dan rohani. Harapan saya, ia bisa membawa pelajar melangkah ke tempat Ujian / Semesteran dengan mengatakan "AKU BISA SUKSES". Melangkah dengan fikiran yang positif. PERSEDIAAN FISIK KESEHATAN Sebagai pelajar anda memerlukan Kesehatan yang baik dimulai dari ketika membuat persedian mengulangkaji hinggalah ke tempat Ujian / Semesteran. Keadaan Kesehatan yang buruk akan mengganggu persediaan diri untuk Ujian / Semesteran. Sekiranya masih banyak yang anda perlu ulangkaji, maka pastinya anda rasa bimbang. Gangguan Kesehatan pasti tidak mengizinkan anda mengulangkaji dan ini akan membawa kepada tekanan emosi. Pastikan anda menjaga perihal yang berikut: Tidur yang cukup. Tidur yang cukup ialah diantara 6 - 7 jam sehari. Kurang tidur menyebabkan anda rasa mengantuk, letih dan bisa jatuh sakit. Tidur yang berlebihan juga tidak baik untuk Kesehatan. Jadi pastikan anda latih diri anda dengan waktu tidur yang optimum ini dari sekarang. Jaga makanan. Allah s.w.t telah berfirman yang mafhumnya "Makanlah dari makanan yang baik yang telah Kami berikan" (Al-Baqarah : 57). Yang dimaksudkan sebagai yang baik disini ialah baik dari segi sumbernya (halal), kualitasnya (zat), rasanya (enak dan lezat) dan bersih (tidak membawa penyakit dan kemudaratan). Kepada orang tua pastikan anak-anak anda diberi makan makanan dari sumber yang halal. Makanan yang haram akan menghitamkan dan menggelapkan hati mereka. Riadah/olahraga. Jangan terlalu banyak beRiadah/olahraga sehingga meletihkan badan. Banyak pelajar yang bermain hingga letih dan akibatnya anda akan rasa mengantuk untuk mengulangkaji pelajaran. Anda hanya perlu beRiadah/olahraga selama 20 minit dan sebanyak tiga kali seminggu. Lakukanlah senaman ringan yang mengeluarkan sedikit keringat. Disaat-saat akhir sebegini, lupakanlah soal sepak bola, takraw, badminton dan sebagainya. Anda boleh tangguhkan semua aktifitas yang anda minati. KESELAMATAN Anda perlu menjaga keselamatan diri anda sebaiknya. Jauhkan diri anda dari aktifitas yang berisiko yang bisa membawa kepada kecelakaan. Elakkan diri dari apa-apa kecederaan. Anda pasti tidak mahu mengambil Ujian / Semesteran sewaktu berada dalam ruang di rumah sakit. Memanglah kecelakaan tidak pernah diundang, tetapi kalau anda tidak berhati-hati anda sebenarnya membawa diri kepada berbagai kemungkinan. Dalam musim menjelangnya Ujian /Semesteran, lebihkan waktu anda untuk berada di meja belajar. PERSEDIAAN MENTAL Berbagai Gambaran Negatif Seringkali alternatif yang dihadapi oleh pelajar apabila hampir dengan Ujian /Semesteran ialah takut kegagalan. Walau pun anda telah berusaha bersungguh-sungguh namun perasaan takutkan kegagalan ini sering mengganggu fikiran. Antara keadaan yang menekan diri pelajar ialah: Menyerah kalah sebelum berjuang Ini disebabkan kerana mereka rasakan yang mereka tidak punya harapan lagi. Mereka rasakan buat apa belajar kalau dah tahu hasilnya nanti ialah kegagalan. Mereka percaya yang mereka akan gagal dalam Ujian/Semesteran berdasarkan kepada keputusan Ujian/Semesteran atau ujian-ujian sebelum ini. Mereka coba membaca tetapi dengan keyakinan bahwa tidak mungkin mereka mampu memahami dan mengingati setiap fakta yang dibaca. Merasa belum siap Keadaan yang kedua pula berlaku kepada mereka yang sememangnya belajar. Mereka rasakan diri mereka belum cukup siap. Mereka senantiasa fikirkan apa akan berlaku kalau segala usaha ini sia-sia? Apa akan terjadi kalau apa yang dibaca kelak lupa? Betapa malunya nanti kalau kawan-kawan yang kurang berusaha mendapat keputusan yang jauh lebih baik? Semua ini bermain difikiran. Harapan orang tua yang terlalu tinggi Tidak ada orang tua yang tidak mengharapkan kesuksesan anak-anak. Ada masanya orang tua berulangkali menyatakan harapan mereka kepada anak-anak tanpa memikirkan kemampuan diri anak. Harapan yang terlalu tinggi ini menjadi beban kepada anak-anak hinggakan mengganggu fikiran mereka. Kepada orang tua, saya sarankan agar dorong anak-anak berusaha gigih dan melakukan yang terbaik mengikut kemampuan masing-masing. Nyatakan dengan jelas bahwa apa yang anda mahukan ialah anak-anak melakukan yang terbaik dan sungguh-sungguh. Anda redha walau apa sekalipun keputusannya kelak. Ini akan mengurangkan tekanan atas diri anak-anak. Berfikiran Positif Untuk mengatasi segala tekanan mental seperti di atas anda perlulah berfikiran positif. Fokuskan mental anda kepada apa yang perlu anda lakukan dan apa pula hasil yang anda harapkan. Tidak perlu anda bimbang apa keputusan yang bakal diperolehi tetapi anda perlu bimbang kalau-kalau anda tidak menggunakan sisa-sisa waktu yang masih ada untuk berusaha sepenuhnya. Sekiranya anda memikirkan kegagalan maka anda hanya tergambar berbagai rintangan dan halangan. Ini akan melemahkan semangat anda. Ia juga membuatkan anda meragu kebolehan diri anda. Dalam berusaha anda mesti berpegang kepada kata-kata seperti: "Sedikit pencapaian itu lebih baik dari tiada pencapaian sama sekali". "Something is better than nothing" Lakukan "Latihan berfikir" setiap hari. "If you can't see it, you can't have it". Kata-kata di atas menunjukkan bahwa untuk mencapai sesuatu kesuksesan itu maka gambaran kesuksesan mestilah terlebih dahulu wujud dalam pemikiran. Sebelum anda mampu mendapat niali yang baik dalam MID DAN SEMESTER, maka niali yang baik itu mesti terlebih dahulu ada dalam pemikiran. Ia ibarat menghasilkan sebuah lukisan, anda tidak akan menjangka sesuatu yang anda tidak gambarkan. jangkaan anda berasaskan kepada apa yang anda nampak dalam mata pikiran. Begitulah juga dengan kehidupan ini. Anda tidak akan menghasilkan sesuatu yang anda tidak gambarkan. Oleh itu, gambarkanlah kesuksesan dan anda pasti akan terdorong untuk merealisasikan apa yang digambarkan itu. Makin jelas gambaran yang ada, makin tinggilah kesungguhan anda untuk merealisasikannya. Untuk membantu anda menggambar dengan baik, anda perlu membuat latihan pikiran seperti dibawah. 1. Duduk dikursi anda dengan nyaman. Tangan diletakkan diatas paha. Badan tidak bersandar. Tenangkan fikiran dan kendorkan setiap otot, sendi, uratsaraf dan pejamkan mata anda. 2. Tarik nafas beberapa kali dalam-dalam. Tarik melalui hidung dan hembuskan melalui mulut. Ketika nafas ditarik, gambarkan yang anda menyedut keyakinan diri. Ketika nafas dibuang, gambarkan yang anda membuang segala ketakutan dan kebimbangan. 3. Saya percaya anda pernah capai kesuksesan sebelum ini, baik kecil atau besar. Saya mahu anda kembali kepada peristiwa kesuksesan itu. Kesuksesan itu mungkin berkaitan dengan pelajaran, olah raga, debat dan sebagainya. Pilih satu yang paling bermakna kepada anda. Dimana ia berlaku? Apa yang berlaku? Apa yang anda dapat lihat? Suara apa yang anda dengar? Kalau ada terharu, dengar tepukan gemuruh ketika itu. Kalau ada puji-pujian dengarkan suara siapa yang memuji itu. Gambarkan secara jelas mengikut kemampuan anda. Dengar suara yang ada dengan jelas. Rasakan apa perasaan anda ketika itu. Rasakan keindahan anda pernah dipuji. Rasakan kebanggaan anda sebagai orang yang sukses ketika itu. Batasirkan perasaan itu kembali. 4. Apabila perasaan yakin dan bangga mulai memuncak, cubit sedikit kedua-dua paha anda dengan tangan. Biar terasa sedikit sakit. Buka mata anda, dan pejam kembali. Ulang langkah 2 - 4 beberapa kali. 5. Kini pejamkan mata, gambarkan anda melangkah masuk ke tempat Ujian / Semesteran. Gambarkan anda duduk dikursi dan diatas meja tersedia kertas pertanyaan. Rasakan ketenangan dalam tempat. Gambarkan kini anda membelek-belek kertas pertanyaan dan anda dapati semua apa yang anda baca keluar. Rasakan kegembiraan itu. Gambarkan bagaimana anda menjawab setiap pertanyaan satu persatu dengan penuh keyakinan. Ide keluar terus-menerus. Gambarkan nilai yang baik dalam MID DAN SEMESTER. sekarang sekali lagi cubit kedua-dua paha anda seperti yang telah anda lakukan dalam langkah 4 tadi. 6. Buka mata anda, ulangi langkah 5 beberapa kali. 7. Buatkan latihan pikiran ini 10 - 15 minit setiap hari. Sekiranya anda lakukan latihan ini sungguh-sungguh setiap hari, anda dapat mengawal perasaan takut anda ketika berada ditempat Ujian / Semesteran dengan menarik nafas dan mencubit kedua-dua paha. Kesuksesan latihan pikiran di atas banyak bergantung kepada kesungguhan anda melatih diri, keseringan latihan dan tumpuan anda. PERSEDIAAN EMOSI Dalam saat-saat mengbatasapi Ujian / Semesteran, anda perlu mengelak diri dari apa-apa bentuk gangguan emosi. Perihal-perihal yang berikut perlu dielakkan: Pertengkaran dengan teman-teman; Melakukan perihal yang membuat orang tua marah; Cinta monyet yang mungkin terjadi disaat-saat Ujian/Semesteran; Bersikap terlalu yakin - "overconfident"; Berprasangka buruk terbatasap orang lain; Apa perasaan anda kalau teman membohongi anda? Anda mungkin serta-merta menjadi marah. Apa berlaku kalau teman menghina dan mengejek anda? Anda mungkin rasa tersinggung dan kecil hati. Kalaulah begini tindakbalas spontan anda, apa akan berlaku dengan persediaan Ujian/Semesteran anda? Anda pasti tidak mampu memberikan tumpuan untuk mengulangkaji. Ada ketikanya luka dihati kekal berhari-hari. Kenapa tidak selepas ini kawal emosi anda. Jangan izinkan sesiapa melukai hati anda. Mereka boleh berkata apa saja, mereka boleh berbohong dan sebagainya. Mereka ada suara, biarkanlah mereka. Anda cuma pekakkan telinga. Banyakkan bersikap sabar. Teruskan saja kerja anda. Kekalkan tujuan Ujian / Semesteran anda. Apabila anda sukses satu hari nanti, teman-teman akan menghormati anda. Sebenarnya peristiwa tidak mencetuskan apa-apa emosi. Tanggapan atau paradigma andalah yang mencetuskan emosi. Kita bisa melihat setiap perihal yang berlaku terbatasap diri kita dari dua perspektif, iaitu positif atau negatif. Mulai hari ini ambillah dari sudut yang positif. Ingatlah setiap apa yang berlaku adalah ujian Allah dan ada hikmah sekiranya anda bersabar. Dengan cara ini anda mampu membenteng emosi anda. PERSEDIAAN ROHANI Selain dari persediaan Fisik, mental dan emosi, persediaan rohani juga perlu. Anda perlu faham kedudukan kita sebagai hamba hanyalah mampu melakukan usaha sebaik mungkin tetapi hasil sebenarnya Allah lah yang menentukannya. Ketenangan jiwa dan fikiran sangat perlu disaat-saat mengbatasapi Ujian / Semesteran, oleh itu lakukanlah sesuatu untuk meraih ketenangan ini. Antara perihal yang boleh anda lakukan ialah: 1. Senantiasa bermunajat kepada Allah. Lakukan solat hajat dan pohon agar Allah campakkan ketenangan dan terangkan hati dalam mengbatasapi Ujian / Semesteran. Minta pada Allah agar apa yang dipelajari keluar dalam Ujian / Semesteran. 2. Minta restu kedua orang tua. Doa orang tua untuk anakny sangat makbul. Jadi mintalah restu dari keduanya. Mintalah mereka mendoakan kesuksesan anda. 3. Banyakkan berzikir dan membaca al-Quran. Hati yang banyak berzikir akan memperolehi ketenangan. Hati juga lebih terang apabila anda sering membaca al-quran. Alla telah berfirman dalam surah ar-Ra'ad, ayat 36, yang mafhumnya "Sesungguhnya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang”. 4. Jauhi maksiat. Jauhi diri anda dari perbuatan maksiat dan dosa besar. Mereka yang bergelumang dengan maksiat mempunyai jiwa yang resah. Hidup juga tidak diberkati Allah. 5. Banyakkan berdoa. Pastikan anda berdoa mengikut adab-adab berdoa. MENGATASI BERBAGAI PERTANYAAN DAN KEBIMBANGAN Saya tidak tahu dimana semestinya dimulai. Jangan panik. Buat list semua perihal yang perlu anda lakukan. Jalankan tugas anda kepada bagian yang lebih kecil dan mudah dilaksanakan. Tentukan keutamaan tugasan, yang utama didahulukan. Rancang waktu untuk menyelesaikan setiap tugasan ini sebaik-baiknya. Gunakan waktu-waktu istirahat yang ada untuk mengulang kembali apa yang telah dipelajari. Berikan waktu bukan saja untuk belajar tetapi juga untuk merancang strategi pembelajaran anda. Jangan terburu-buru, mulakan belajar anda dengan topik yang mudah dulu. Mulakan 30 minit – 1 jam dahulu. Periksain lama, terutamanya apabila periksain hampir dengan Ujian/Semesteran, tingkatkan waktu belajar anda. Terlalu banyak untuk dibaca sedangkan Ujian/Semesteran periksain hampir. Buat tinjauan. Berikan waktu untuk anda membuat tinjauan keseluruhan topik. Pastikan topik-topik penting. Fahami konsep-konsep penting. Pastikan topik yang anda masih belum faham. Mulakan belajar topik yang penting-penting dahulu. Mana-mana topik yang kurang penting, dan tidak sempat diulangkaji sepenuhnya, fokus hanya kepada fakta-fakta utama. Tetapi ingat, tinjauan hanya bisa membantu sekiranya anda benar-benar sudah tidak punya waktu. Kalau anda masih sempat membacanya, maka bacalah dengan terperinci. Subjek ini cukup membosankan. Anda rasa jemu dan mengantuk apabila membacanya. Belajar secara aktif bukannya pasif. Gunakan kaedah membaca yang berkesan. Dapatkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan topik yang dipelajari sebelum memulakan ulangkaji. Berbagaikan aktifitas ketika belajar. Selang-selikan diantara aktifitas membaca dengan menulis catatan, menjangka peta pikiran (atau peta konsep), menghafal, menggaris kata kunci dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Libatkan diri anda sebanyak mungkin dengan apa yang sedang dibaca. Tukarkan apa yang dibaca kepada gambaran pikiran. Belajar bersama teman yang lebih arif tentang subjek tersebut dan bincangkan. Anda baca dan anda faham, tetapi anda tidak mampu mengingatinya. Coba kaitkan apa yang sedang anda pelajari dengan apa yang telah anda ketahui. Gunakan beberapa pendekatan untuk mengingat seperti: Hafal kata kunci, bukannya hafal ayat. Gunakan Teknik pemisahan. Gunakan Teknik yang baik. Tuliskan fakta yang penting pada kertas dan bawa terus. anda kemana saja. usahakan membaca kertas ini. Anda rasa anda faham apa yang dibaca. Anda rasa anda telah mengingatinya. Jangan cepat merasa puas hati dengan apa yang anda usahakan. Uji ingatan dan pengetahuan anda. Jawab pertanyaan-pertanyaan dari buku atau dari Ujian / Semesteran tahun-tahun sebelumnya. Bina pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuh pertanyaan asas iaitu Apa? Siapa? Bila? Dimana? Berapa? Kenapa? Bagaimana? Misalnya, kalau anda sedang membaca sejarah Jambi diserang belanda, tanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti: Kapan Jambi mulai diserang? Kenapa Jambi diserang? Siapa yang menyerang? Bagaimana Jambi diserang? Dan siapakah pejuang Jambi? Terlalu banyak untuk dihafal dan diingat. Penyusunan informasi. Informasi dan fakta-fakta dapat dikeluarkan dengan lebih baik sekiranya ia dibaca, dihafal dan disimpan dalam bentuk yang sistematik. Terdapat berbagai pendekatan yang bisa anda gunakan untuk menyusun informasi atau fakta ini, antaranya ialah: Tuliskan rangka setiap bab yang dibaca atau ringkasan tentangnya. Perhatikan perkaitan antara satu bagian dengan bagian yang lain dalam judul tersebut. Coba kumpulkan informasi kepada beberapa kategori berdasarkan persamaan yang ada. Coba bagikan kepada hieraki (sekiranya ini boleh dilakukan). Pemetaan informasi. Coba gambarkan peta konsep untuk menyusun bahan-bahan yang ada kaitan. Misalnya kalau anda sedang membaca sejarah tentang perang dunia kedua, anda mungkin boleh buatkan satu carta tentang semua negara yang terlibat. Kemudian buat list isu penting atau peristiwa penting disebelah carta tersebut. Anda mungkin kaitkan kembali isu/perihal penting ini dengan negara-negara tersebut berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya. Tadi anda masih ingat tetapi kenapa kini anda lupa? Sering buat imbasan. Kajian menunjukkan bahwa sebagai manusia normal anda akan lupa 80% apa yang telah dibaca hanya dalam waktu 24 jam. Oleh itu anda perlu merancang satu strategi agar anda mampu mengatasi kelemahan ini. Pastikan setiap apa yang anda baca telah diringkaskan. Jadikan fakta seringkas mungkin dengan syarat apabila anda melihat fakta tersebut anda mampu menceritakan semula apa yang mahu disampaikan olehnya. Ada ketikanya fakta yang panjang sekalipun mampu anda ringkaskan menjadi dua atau tiga patah perkataan. Selepas 24 jam, coba lihat catatan ringkas anda ini. Coba ceritakan semula apa yang anda fahami. Sekiranya anda mampu menceritakannya, bermakna anda sudah mampu memanggil semula informasi tersebut. Sekiranya tidak, periksa lagi teks asal. Berikan waktu menjawab pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengannya untuk mengukuhkan lagi ingatan anda. Periksa semula apa yang dibaca dari sewaktu ke sewaktu. Dengan cara ini anda tidak perlu bersusah payah membaca teks asal kembali sewaktu hampir dengan Ujian/Semesteran. Anda suka belajar disaat-saat akhir. Banyak pelajar yang berpendapat lebih baik belajar disaat-saat akhir, sebab kalau belajar awal pun nanti lupa juga. Pendapat di atas adalah tidak benar. Anda perlu belajar seawal mungkin untuk mengetahui kelemahan dalam sesuatu bab. Dengan belajar awal juga anda punya banyak waktu untuk bertanya pada Ustadz/Guru dan teman-teman. Salah satu rahasia belajar ialah keseringan. Lagi sering sesuatu bahan itu diulangbaca maka lebih besar potensi untuk anda memahami dan mengingatinya. Oleh itu, mulakan langkah anda sekarang. Mulakan sedikit dulu. Mulakan dengan yang mudah-mudah dulu dan apabila minat dan semangat mula timbul, barulah lakukan dengan lebih bersungguh-sungguh. BELAJAR UNTUK UJIAN / SEMESTERAN Banyak pelajar yang rajin belajar tetapi tidak memperolehi keputusan yang setimpal dengan usaha mereka. Keadaan ini berlaku disebabkan mereka tidak belajar dengan pendekatan untuk Sukses dalam Ujian / Semesteran. Mereka tidak merancang jadual belajar dan waktu mereka dengan betul. Artikel ini akan membincangkan apa yang perlu anda lakukan mulai sekarang hinggalah ke tempat Ujian / Semesteran untuk memastikan anda lakuka yang terbaik. Bersiap untuk belajar Anda perlu melakukan persiapan untuk memastikan anda mampu melanjutkan pelajaran ke peringkat yang lebih tinggi baik di MTs/MA, SMP/SMU ataupun Kuliah. Sekiranya anda memang telah belajar dari awal, pastinya tidak banyak yang perlu dirisaukan. Tetapi bagaimana pula sekiranya anda baru mahu bersungguh-sungguh mengulangkaji. Lebih-lebih lagi sekiranya anda bakal mengikuti UAN DAN UAS. Kepada pelajar UAN DAN UAS saya nasihatkan agar memberikan tumpuan kepada mata pelajaran penting. Iaitu matapelajaran yang membawa anda ke menara gading. Sekiranya anda mendapat nilai yang baik dalam kelompok mata pelajaran ini maka peluang anda untuk ke Kuliah adalah cerah. Namun begitu, sekiranya anda mampu, hendaklah anda dapatkan nilai yang terbaik untuk semua mata pelajaran. Sebab persaingan ke Kuliah kini periksain sengit. Mereka yang sukses biasanya memiliki pencapaian yang baik dalam semua mata pelajaran. Buatkan jadual belajar untuk Ujian / Semesteran Jangan panik. Itu adalah pesan saya yang paling utama. Walaupun anda rasakan banyak yang perlu difahami dan diingati, jangan sekali-kali anda panik. Sekiranya anda panik, anda akan mengundang lebih banyak waktulah berbanding penyelesaian. Tidak ada waktulah tanya penyelesaian. Mula memeriksa semua buku-buku yang ada termasuk catatan sekolah, buku teks, buku rujukan, pertanyaan-pertanyaan prediksi dan pertanyaan-pertanyaan tahun lalu. Pastikan semuanya lengkap dan dalam keadaan baik. Langkah pertama kenal pasti bab-bab yang susah dan belum anda kuasai untuk semua mata pelajaran. Buat list bab-bab ini. Buat list juga bab-bab yang telah anda kuasai dengan baik. Langkah kedua buat analisa pertanyaan-pertanyaan sejak 5 tahun yang lepas. Lihat bab-bab yang sering keluar pertanyaan darinya. Bab-bab ini merupakan bab-bab penting yang tidak bisa tidak mesti anda kuasai dengan baik. Buatkan jadual perancangan belajar anda. letakkan judul-judul dari sekarang hinggalah seminggu sebelum Ujian/Semesteran. Jangan diganggu minggu terakhir sebelum Ujian/Semesteran sebab minggu terakhir ini adalah untuk anda lakukan ujian terakhir nanti. Mana-mana bab yang penting, mulakan ulangkajinya dahulu. Kalau dari awal anda mengulangkaji bab-bab ini maka akan cepat anda mengenalpasti dan seterusnya mengatasi setiap waktu. Sekiranya anda terpaksa menghabiskan 4 bab seminggu maka habiskanlah. Anda mungkin terpaksa belajar 5 - 8 jam sehari untuk mengulangkaji semua mata pelajaran. Oleh itu anda perlu berkorban demi waktu. Anda mungkin belajar 1 jam di waktu pagi, 2 jam pada tengahari, 1 jam diwaktu petang dan 3 jam diwaktu malam. Ini menjadikan waktu belajar anda 7 jam sehari. Mengingati Judul Banyak pelajar tidak menyedari hakikat penting ini. Kalau anda mampu mengingati apa judul-judul yang terkandung dalam sesuatu matapelajaran maka anda mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang anda pelajari. Buat Catatan Anda hanya perlu mempelajari sekali saja setiap judul. Pastikan dengan usaha yang sekali ini anda mampu memahaminya. Banyak pelajar yang mengulang baca sesuatu judul beberapa kali dan kemudian lupa. Cara belajar begini bukan saja menjemukan malah merugikan waktu anda, sedangkan Ujian / Semesteran sudah hampir. Setelah anda memahami apa yang dibaca, buatlah catatan-catatan ringkas. Yang terbaik ialah anda ringkas mengikut apa yang anda fahami. Bandingkan catatan anda dengan teks asal untuk memastikan fahaman anda betul dan tidak ada fakta penting yang tertinggal. Ringkas setiap fakta menjadi lebih pendek untuk memudahkan anda mengingatinya. Kenalpasti kata kunci dalam setiap fakta. Buatkan list kata kunci dan hafal. Gambarkan peta pikiran atau peta konsep berdasarkan judul-judul dan kata kunci yang ada. Pastikan apabila anda mengingati kata kunci, maka anda mampu mengingati keseluruhan fakta yang berkaitan dengannya. Latih diri anda untuk Ujian / Semesteran Anda perlu melatih diri anda untuk Ujian / Semesteran. Tanpa latihan anda tidak mungkin dapat memberikan hasil yang terbaik. Pikiran anda juga seperti otot-otot Fisik anda yang lain. Ia perlu dilatih secara intensif untuk mencapai sesuatu hajat. Mereka yang mahu Sukses dalam 'bowling' perlu melakukan latihan terus untuk meningkatkan kemahiran ber'bowling'. Begitu juga dengan Ujian/Semesteran. Anda perlu melatih diri anda untuk tujuan Sukses dalam Ujian/Semesteran. Syarat-syarat latihan Ujian/Semesteran ialah: 1. Latih mengeluarkan informasi dengan banyak, cepat dan tepat. 2. Latih dalam tempoh waktu yang tertentu. 3. Anggapkan setiap latihan seperti Ujian / Semesteran sebenar. 4. Latih menjawab mengikut strategi menjawab pertanyaan yang berkesan. 1. Latih mengeluarkan informasi Informasi yang dibaca mestilah mampu dikeluarkan semula. Oleh itu anda perlu senantiasa melatih diri anda untuk mengeluarkan informasi yang telah dipelajari. Perbanyakkan latihan-latihan seperti:  Menjawab pertanyaan-pertanyaan;  Menceritakan semula apa yang telah dipelajari;  Memperkirakan kembali dalam bentuk peta konsep/pikiran;  Mengadakan tanya jawab dengan teman;  Menyediakan kertas tulisan kecil.  Menggambar ringkasan apa yang telah dipelajari.  Sekiranya anda pelajar UAN DAN UAS, coba hasilkan model jawaban pertanyaan esei berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang ada. Coba pecahkan fakta-fakta penting dalam bentuk peta pikiran/ konsep. Ini memudahkan anda mengingati isi-isinya dalam Ujian/ Semesteran sebenar kelak. 2. Batasi waktu menjawab Pastikan anda menjawab dalam batas waktu yang ditetapkan. Ujian / Semesteran bukan saja memerlukan anda mengetahui banyak fakta, tetapi anda perlu mengeluarkan fakta-fakta yang berkaitan dalam waktu yang telah ditetapkan. Oleh itu anda perlu menyusun waktu dan penyusunan waktu hanya bisa dibina melalui latihan yang berterusan. Oleh itu anda perlu sering menjalankan latihan ujian. Iaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam batas waktu seperti dalam Ujian / Semesteran. 3. Anggap seperti Ujian / Semesteran yang benar Pastikan anda bebas dari gangguan, tidak melalaikan waktu, tumpuan yang tinggi dan rasakan seolah-olah tekanan Ujian / Semesteran yang sebenar. Elakkan dari mencontek sepanjang menjalani latihan ujian. Gunakan strategi menjawab pertanyaan (lihat di bawah). Ingat waktu berjalan, oleh itu jangan sekali-kali biarkan fikiran anda melayang. Sekiranya pertanyaan itu susah, maka berikanlah jawaban yang terbaik. Anda perlu belajar mengenali gerak hati anda sebab anda memerlukannya dalam Ujian / Semesteran yang sebenar nanti. 4. Strategi menjawab pertanyaan Untuk mendapatkan nilai yang tinggi dan mengelak dari berlakunya kelengahan, anda memerlukan strategi menjawab pertanyaan yang berpengaruh. Langkah-langkah berikut dapat membantu: 1. Baca arahan terlebih dahulu. 2. Kenal pasti dan garis kata kunci kepada pertanyaan. 3. Jawab pertanyaan mengikut urutan berikut:  Jawab pertanyaan BONUS - Iaitu pertanyaan yang anda pasti jawabannya betul. Ia mungkin pertanyaan yang telah anda ramal, atau yang pernah anda latih sebelumnya.  Jawab pertanyaan yang mudah - Iaitu pertanyaan yang mampu anda jawab hanya dengan satu kali cobaan.  Jawab pertanyaan-pertanyaan yang susah - iaitu pertanyaan yang memerlukan waktu yang panjang atau pertanyaan yang anda memang tidak tahu jawabannya.  Periksa - Pastikan semua pertanyaan dijawab; Untuk pertanyaan objektif, pastikan tandanya betul.  Ulang jawab - Kalau masih ada waktu, ulang jawab pertanyaan bonus dan senang. Ingat! pertanyaan inilah yang anda pasti lakukan kelengahan oleh itu periksa dengan tujuan mencari kesalahan tersebut. Bukannya memeriksa dengan tujuan berpuashati dengan jawaban. Langkah terakhir barulah ulang jawab pertanyaan-pertanyaan susah. Itu pun sekiranya waktu masih mengizinkan. Mencari sebab (post-mortem) Anda perlu mengkaji kelemahan diri anda setiap kali menjawab pertanyaan-pertanyaan. Setelah anda membuat latihan ujian. Periksa setiap jawaban yang dibuat. Sekiranya jawaban anda salah maka lakukan 'post-mortem', iaitu proses mencari sebab. Setiap kesalahan ada sebab-sebabnya dan ini merupakan waktu utama yang perlu anda atasi. Antara sebab-sebab kesalahan berlaku ialah:  Tidak tahu (tidak baca) - Ini bermakna persiapan diri anda kurang. Maka berikan waktu membaca judul-judul tersebut.  Tidak faham - Anda baca tetapi tidak faham. Tanyakan padaUstadz/Guru atau teman.  Lupa - Ini disebabkan anda kurang mengulangi apa yang telah dipelajari.  Lengah - Pastikan anda mengikuti langkah-langkah dalam Strategi Menjawab Pertanyaan di atas.  Keliru - Tanyakan pada Ustadz/Guru tentang bentuk pertanyaan yang mengelirukan anda. Minta penjelasan dari Ustadz/Guru sebelum hari Ujian / Semesteran agar kesalahan yang sama tidak diulangi. Jangan buang waktu Dalam suasana Ujian / Semesteran periksain hampir anda perlu gunakan setiap waktu yang terluang untuk mengulangkaji. Sekirannya waktu yang terluang tidak sesuai untuk anda membaca dan menghafal, maka gunakan waktu tersebut untuk anda melatih mengeluarkan informasi. Ceritakan apa yang telah anda pelajari kepada diri anda sendiri. Gambarkan apa yang anda ketahui pada sehelai kertas. Aktifitas sebegini mengukuhkan ingatan anda dan memudahkan pengaliran keluar informasi ketika dalam Ujian / Semesteran kelak. Untuk mengelakkan rasa jemu belajar, berbagaikan aktifitas dalam satu-satu sessi mengulangkaji.

Jumat, 23 September 2011

Ini Bulan Aktifitas Jangan Malas

Ramadhan bulan aktifitas,
Jangan Malas !
Oleh : Ust Hasbullah Ahmad*

Allah SWT berfirman :
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
(QS al Baqarah 185)

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu Telah selesai
(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(QS al Insyirah 5-8)

Tiga puluh hari dimana kemuliaan menemani kita ada di Ramadan. Satu bulan suci yang akan mengantarkan kita untuk merasakan sentuhan kasih sayang Sang Maha Penyayang yang-barangkali-kita lupakan pada bulan-bulan yang lain.

Sebelas bulan dalam setahun mungkin kita sibuk mengejar kemewahan, superioritas, gelimang gemerlapnya dunia, dan tanpa kita sadari bertumpuk-tumpuk dosa dan kesalahan di pundak kita. Kita sudah biasa melupakan-Nya, mengkristalkan bongkahan-bongkahan batu dalam hati kita, mengobarkan api permusuhan terhadap siapa saja yang menghalangi langkah kita serta buta kepada yang di "bawah" dan di sekitar kita.

Maka, datangnya bulan yang mulia ini mengajak kita untuk merenungi kembali kesalahan-kesalahan kita, memperbaiki hubungan kita, baik vertikal maupun horisontal. Adapun cara kita memperbaiki hubungan kepada Allah adalah dengan kembali mengingat-Nya dengan kembali menjalankan perintahnya sehingga kita tetap pada jalan-Nya yang lurus.

Sedangkan cara kita untuk memperbaiki diri sendiri adalah dengan menyatukan lisan dan perbuatan yang disertai panggilan suci hati nurani. Iman bukan sekedar ucapan atau pun syiar-syiar, tapi iman hakiki adalah seperti yang disampaikan oleh Rasul saw, yaitu membenarkan dalam hati, dan mengejawantahkannya dalam amal perbuatan. Apabila berhasil memperoleh iman yang hakiki ini maka ketenangan hati, kebersihan jiwa akan kita peroleh. Di samping, tentunya, manisnya iman serta lezatnya taat dan beribadah kepada Sang Khalik. Bulan ini akan membantu kita membersihkan mata hati dan menjauhkan perilaku hipokrit. Allah tidak menjadikan bagi mukmin dalam dirinya kecuali satu hati.

Adapun cara kita untuk berbuat baik kepada manusia adalah dengan menebarkan kasih sayang, kelembutan, dan menjauhkan diri dari sifat dengki, membenci, dan menyambung hubungan yang terputus, baik dengan kerabat dekat, tetangga, dan seluruh sahabat. Akan lebih baiknya, apabila kita mampu memaafkan orang-orang yang memiliki kesalahan kepada kita sehingga Allah juga akan memaafkannya dan ridla terhadap perbuatannya.

Sudah sewajarnya, dalam keadaan puasa tubuh kita letih-terkuras untuk aktifitas sehari-hari semisal bekerja, menuntut ilmu, ibadah, dan lain-lain. Tapi, kita harus ingat walaupun tubuh kita letih, bekerja juga merupakan suatu kewajiban bagi setiap Muslim dan tercatat sebagai amal ibadah. Bukankah Allah dan Rasul-Nya lebih mencintai tangan-tangan yang bekerja dan berkarya dari pada tangan-tangan yang malas dan berpangku tangan.

Karena itu, menjadikan Ramadan sebagai alasan untuk lamban bekerja akan menghilangkan pahala puasa bagi pekerja itu sendiri, ia tak akan memperoleh dari puasa selain lapar dan dahaga. Bahkan ia telah melakukan kesalahan ganda, yaitu kemunduran dalam beribadah dan bekerja. Terlebih lagi, jika ia bekerja untuk melayani masyarakat. Sebaik-baik pekerjaan adalah khidmat kepada umat. Ia lebih afdhol dibanding i'tikaf di dalam masjid selama bertahun-tahun. Allah menyukai pekerjaan yang dilakukan dengan keuletan, peras keringat, dan banting tulang.
Nah, cara "tobat" di atas (yaitu memperbaiki segala amal perbuatan kita baik ke arah vertikal maupun horisontal), tertuang dan tersedia dalam kesempatan yang mulia ini. Tetapi, di sana ada syarat yang harus kita penuhi, yaitu bahwa segala perbuatan buruk yang telah dilakukan di masa lalu tak akan diulangi di masa mendatang. Kita harus berusaha untuk itu, berusaha untuk istiqamah. Terlebih lagi, tidak logis rasanya jika dengan berakhirnya bulan Ramadan maka kita mengulangi lagi perbuatan-perbuatan buruk yang telah kita lakukan sebelum bulan Ramadan. Kalau hal itu sampai terjadi, maka puasa, salat, zakat, serta kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan tak akan bermanfaat.

Jika Ramadan akan menghapuskan dosa-dosa kita sebelumnya, tetapi ia tak akan menghapuskan dosa-dosa kita setelah ia usai. Jika kita mengulang kesalahan masa lalu, maka kita telah menipu diri sendiri, dan tak akan memperoleh apa-apa kecuali murka Sang Khalik dan malaikat malaikat-Nya, Naudzu biLLAH. Hendaklah kita jadikan puasa Ramadan ini untuk menumbuhkan kebaikan-kebaikan dan menutup kejelekan-kejelekan, serta membangkitkan nurani untuk mendorongnya beramal dengan ikhlas, agar kita memperoleh ridha Tuhan dan surga-Nya. Barangsiapa telah merasakan manisnya taat dan iman serta taqarrub kepada Tuhan, maka tak akan mungkin kembali kepada kerendahan maksiat dan kehinaan syahwat. Semoga Allah menjaga kita dari perbuatan-perbuatan tercela dan menganugerahkan kepada kita kebahagiaan dunia akhirat. WaLLAHu ‘Alam…

* Penulis adalah Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi dan Narasumber Tetap Dialog Interaktif Khazanah Islami Jambi TV

Rabu, 21 September 2011

Revitalisasi Takhrij al Hadits bagi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi

REVITALISASI TAKHRIJ AL HADIS BAGI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

Peneliti Utama
Ust Hasbullah Ahmad,MA

A. PENDAHULUAN.
Wacana yang paling fundamental dalam kajian hadis adalah persoalan otentisitas dan reliabilitas metodologi otentifikasi hadis. Keraguan sebagian sarjana Muslim atas peran hadis sebagai sumber otoritas kedua setelah al-Qur’an, tidak sepenuhnya berkaitan dengan resistensi mereka atas otoritas sunnah, tetapi lebih pada keraguan mereka atas keakuratan metodologi yang digunakan dalam menentukan originalitas hadis. Apabila metodologi otentifikasi yang digunakan bermasalah, maka semua hasil yang dicapai dari metode tersebut tidak steril dari kemungkinan kemungkinan verifikasi ulang, kritik sejarah bahkan hasil tersebut bisa menjadi collapse.
Pertanyaannya adalah: apakah sesungguhnya hadis itu. Benarkah hadis itu adalah ucapan verbal nabi, tingkah laku nabi atau persepsi masyarakat Islam tentang nabi? Apakah buku hadis yang kita warisi dari abad ketiga seperti Sahih Bukhari dan Muslim, merupakan refleksi sunnah nabi. Apakah metodologi yang digunakan oleh Bukari dan Muslim dan para mukharrij yang lain untuk menyeleksi hadis nabi sudah cukup akurat sehingga semua hadis yang terdapat didalamnya dianggap sahih sehingga kritik sejarah tidak perlu lagi dilakukan? Bagaimana dengan akurasi metode kritik hadis (ulumul hadis)? Pertanyaan ini cukup intriguing dan mungkin untuk kalangan tertentu dianggap profokatif.
Informasi tentang nabi yang terekam dalam buku-buku hadis laksana pecahan-pecahan kaca yang harus direkonstruksi supaya dapat memantulkan berita-berita akurat tentang nabi. Meskipun hadis-hadis tersebut telah diseleksi oleh para kolektornya (misalnya al-Bukhari, Muslim, Tirmizi, Ibn Majah, Abu Daud, Nasai dll). Namun, kenyataan bahwa para kolektor ini hidup pada abad ke tiga hijriah (dua ratus tahun lebih setelah nabi wafat), pertanyaan epistimologis muncul: sejauh mana tingkat akurasi metodologi para kolektor ini dalam menyeleksi hadis-hadisnya? Apakah metodologi mereka sama dengan metodologi yang populer kita kenal dalam ulum al-hadis khususnya takhrij al hadis?
Kecendrungan sebagian diantara kita adalah menolak atau menerima sebuah hadis tanpa meneliti historisitasnya. Apabila sebuah hadis disebutkan dalam Sahih al-Bukahi atau Muslim, apalagi kalau keduanya menyebutkannya, lebih-lebih lagi kalau disebutkan dalam kutub al-sitta, al-tis’a, maka tidak diragukan lagi hadis tersebut menurut mayoritas sarjana Islam, sahih, sehingga analisis historis terhadapnya tak lagi penting. Benarkah sikap seperti itu? Terdapatnya sebuah hadis dalam sejumlah kitab-kitab hadis bukanlah jaminan akan historisitasnya, karena boleh jadi hadis tersebut diriwayatkan secara massive pada generasi tertentu (paroh kedua abad kedua dan seterusnya sampai ke masa mukharrij), tapi pada generasi sebelumnya (paroh pertama abad kedua dan sebelumnya sampai masa nabi) diriwayatkan secara ahad (single strand). Singkatnya, semua hadis yang terekam dalam kitab hadis harus tunduk pada kritik sejarah.
Maka ada beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya penelitian hadis menurut Syuhudi Ismail dalam bukunya yang berjudul metodologi penelitian hadis nabi (1992:7) diantaranya : Hadis Nabi sebagai salah satu sumber ajaran Islam; Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi; Telah timbul berbagai pemalsuan hadis; Proses penghimpunan hadis yang memakan waktu lama; Jumlah kitab hadis yang banyak dengan metode penyusunan yang beragam; dan telah terjadi periwayatan hadis secara makna.
Dalam perkembangan metodologi pemahaman terhadap hadis, muncul teori adanya hadis-hadis yang dianggap bertentangan satu sama lain atau bertentangan dengan dalil-dalil lain atau dianggap palsu. Para ulama demi melihat hal ini kemudian merumuskan di samping kriteria kesahihan sanad dan matan mereka juga membuat klasifikasi dari sisi apakah suatu hadis itu memiliki dimensi syari’ah ataukah tidak. Dari sinilah dikembangkan persoalan dalam kaitannya dengan matan hadis ke arah pemahaman hadis, dengan meneliti ulang dan mengelaborasi banyak matan hadis yang sekalipun sudah sahih tetapi terlihat dari luarnya terjadi ta’arud, sehingga muncul pemahaman yang proporsional dan menenteramkan hati serta pikiran dengan teori al-Jam’u wa al-taufiq (kompromi), tarjih (pengunggulan), naskh (penghapusan) dan juga tawaqquf (ditangguhkan terlebih dahulu).
Salah satu manfaat dari takhriijul hadits adalah memberikan informasi bahwa suatu hadits sahih, hasan, ataupun daif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya. Usaha mencari sanad hadis yang terdapat dalam kitab hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut. Usaha semacam ini dinamakan juga istikhraj. Misalnya seseorang mengambil sebuah hadis dari kitab جامع صحيح مسلم. kemudian ia mencari sanad hadis tersebut yang berbeda dengan sanad yang telah ditetapkan oleh lmam Muslim.
Suatu keterangan bahwa hadis yang dinukilkan ke dalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunnya. Misalnya, penyusun hadis mengakhiri penulisan hadisnya dengan kata-kata: \" أخرجه البخارى\", artinya bahwa hadis yang dinukil itu terdapat kitab جامع الصحيح البخارى. Bila ia mengakhirinya dengan kata أخرجه مسلم berarti hadis tersebut terdapat dalam kitab Sahih Muslim. Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi hadis yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab.
Takhrij al Hadis perlu dilakukan karena dengan takhrij al hadis akan memberikan informasi bahwa suatu hadis termasuk hadis sahih, hasan, ataupun daif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya; Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa suatu hadis adalah hadis makbul (dapat diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu hadis adalah mardud (tertolak). Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari Rasulullah SA W. yang harus kita ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dan segi sanad maupun matan.
Maka dalam penelitian karya tulis ilmiah pengutipan hadis harus dibarengi dengan metode takhrij al hadis dengan dilengkap data kitab yang dijadikan sumber, hadis yang dikutip tidak hanya matan al hadis tetapi minimal juga nama mukharrij al hadis dan nama periwayat pertama yang meriwayatkan hadis. Adapun pengertian takhrij al hadis dalam penelitian ini adalah Penulusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asal dari sebuah hadis yang bersangkutan, yang didalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang teliti.
Dengan meyakini bahwa hadis Nabi merupakan bagian dari sumber ajaran Islam, maka penelitian hadis atau takhrij al hadis khususnya pada hadis ahad sangat penting, penelitian ini dilakukan untuk upaya menghindarkan diri dari penggunaan dalil-dalil hadis yang tidak dapat dipertanggung jawabkan sebagai suatu yang berasal dari Rasulullah SAW, sekiranya hadis Nabi sebagai data sejarah belaka, niscaya penelitian hadis tidaklah begitu penting, namun ketika hadis dijadikan sebagai sumber pokok ajaran Agama maka disinilah letak kewajiban dan kepentingan dari penelitian itu diwujudkan.
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin adalah mahasiswa yang banyak bergulat dengan pemikiran-pemikiran Islam serta sumber pokok ajaran agama. Yang jelas setiap penulisan karya Ilmiah maupun Skripsi, serta pengungkapan dalil-dalil dalam pelaksanaan praktek dakwah maka memerlukan keseriusan terhadap pendalaman tentang bagaimana mengetahui sumber asli dari hadis yang di presentasekan. Kebutuhan terhadap ilmu takhrij al hadis sudah sangat diperlukan khususnya dalam payung ilmiah, karena apabila seorang mahasiswa muslim yang mengeluarkan statemen tentang hadis lalu tidak dapat mempertanggungjawabkannya adalah naif ditambah lagi mengungkapan hadis tanpa menyebut periwayatan nya dan tidak berhati-hati pada kondisi hadis yang sahih, dhaif maupun palsu yang bisa berdampak pada pembohongan sandaran pada hadis yang dimaksud.
Untuk itulah maka penelitian terhadap suatu hadis guna mengetahui tingkat validitasnya sangat signifikan untuk mendalami dan memahami tata cara penelitian hadis ini, agar suatu hadis dapat diketahui apakah ia dapat dijadikan hujjah atau tidak dalam menatapkan hukum. Ini berarti penelitian ulang terhadap hadis-hadis atau takhrij al Hadis sangat penting bagi kaum intelek khususnya mahasiswa terutama dari segi sanadnya yang ditempuh dengan metode takhrij.
Sedangkan bila dilihat dalam Kurikulum atau mata kuliah yang ditawarkan pada Fakultas Ushuluddin tidak peneliti jumpai pendalaman khusus tentang takhrij al hadis kecuali pada jurusan Tafsir Hadis, yang idealnya semua jurusan dan prodi dalam fakultas Ushuluddin adalah wajib untuk memahami secara teori maupun praktek, yang tidak hanya sebatas ilmu singkat yang biasanya dimasukkan dalam sub bagian mata kuliah ulum al hadis. Fakta yang peneliti lihat ketika penulisan skripsi Mahasiswa dituntut untuk menela’ah dan meneliti kualitas hadis yang ditampilkan dalam skripsi dengan menyebut sanad, matan dan sumber asli kitab yang telah menjadi standar dalam penelitian ilmiah.
Begitu juga dalam penyampaian ceramah agama, diskusi atau halaqah terkadang mahasiswa Muslim khususnya Mahasiswa Fakultas Ushuluddin mengungkapkan hadis hasil dari palagiat pendengaran dari satu sumber ke sumber lain yang tidak jelas kualitas hadis yang disampaikan, seperti contoh kasus banyaknya penceramah atau mahasiswa yang menganggap bahwa kalimat النظافة من الإيمان dan حبّ الوطن من الإيمان adalah hadis nabi padahal yang demikian itu adalah Maudhu’ atau hadis palsu yang tidak memiliki sumber asal yang kalau diadakan penelitian hadis secara matan, maka dapat dujumpai hadis yang memiliki substansi yang sama dengan hadis diatas dalam bentuk hadis yang shahih.
Takhrij pada prinsipnya adalah upaya meneliti kembali atau mengeluarkan suatu hadis dari kitab-kitab hadis untuk menganalisis keadaan sanadnya, baik aspek kesinambungan mata rantai perawi maupun tingkat kredibilitas para perawi. Dengan demikian akan diketahui tingkat validitas hadis. Namun, sangat disayangkan ketika dalam penelaahan dan penelitian terhadap kualitas hadis tersebut mahasiswa penulis skripsi hanya mampu menjiplak atau membayar orang lain untuk mencari sumber hadis yang dimaksud. Padahal dalam perkembangannya Takhrij al Hadis bisa dilakukan secara manual melalui kitab-kitab mu’tabar yang tersedia di perpustakaan atau melalui e-Hadis dengan browsing di Software hadis yang telah ada. Maka inilah yang melatarbelakangi peneliti membuat kajian tentang Revitalisasi Takhrij al Hadis bagi Mahasiswa Ushuluddin IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana cara me-Revitalisasi Takhrij al Hadis bagi mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan apa saja kendala yang dihadapi dalam merevitalisasi Takhrij al Hadis ini?

C. TUJUAN PENELITIAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya revitalisasi Takhrij al hadis sebagai ilmu dalam setiap penelitian dan penulisan ilmiah, supaya hadis-hadis yang termaktub dalam setiap penelitian dapat diketahui sumber asli, matan dan sanadnya.
Temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak fakultas Ushuluddin untuk merevitaslisasi takhrij al hadis bagi kepentingan mahasiswa fakultas Ushuluddin khususnya mahasiswa yang sedang menjalanlan penelitian ilmiah atau skripsi. Baik dalam bentuk mata kuliah SKS maupun Non SKS sebagai syarat penulisan skripsi.
D. KERANGKA BERFIKIR.
a. Revitalisasi.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2005:954), Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.
Revitalisasi yang arti harfiahnya “menghidupkan kembali”, maknanya bukan sekedar mengadakan/mengaktifkan kembali apa yang sebelumnya pernah ada, tetapi menyempurnakan strukturnya, mekanisme kerjanya, menyesuaikan dengan kondisi baru, semangatnya dan komitmennya.
Berbagai macam pengertian lain tentang revitalisasi dari banyak kalangan muncul sedemikian rupa. Bisa dimungkinkan satu sama yang lain bertentangan. Dalam khazanah dinamika keilmuan kontemporer, hal itu wajar terjadi, karena pada prinsipnya tidak akan ada definisi yang definitive. Artinya batasan pengertian terhadap suatu istilah tertentu, sulit –untuk tidak mengatakan mustahil– akan dapat menggambarkan istilah itu secara utuh dan menyeluruh.
Seiring perkembangan pemikiran, istilah revitalisasi digunakan oleh banyak kalangan dalam segala bidang, dari bidang kajian yang abstrak sampai dengan yang nampak secara kasat mata. Beberapa contoh revitalisasi di ranah pemikiran saja diantaranya yang bisa diangkat adalah revitalisasi kearifan lokal yaitu suatu langkah upaya menginterpretasi ulang makna-makna yang terkandung dalam kearifan lokal tersebut agar tetap produktif. Reinterpretasi itu penting, sebab pemaknaan kearifan lokal oleh para leluhur kita itu tentulah mereka sesuaikan dengan konteks zamannya, dan generasi penerusnya saat ini perlau melakukan pemaknaan lagi sesuai dengan konteks zaman yang berlangsung sekarang, sama seperti penyesuaian yang dilakukan oleh nenek moyang dahulu. Wilayah cakupan revitalisasi yang dilakukan berkutat di wilayah seputar hal-hal yang abstrak. Sukses tidaknya revitalisasi itu tentu dengan pengamatan dengan cara abstraksi pula. Kasus yang sama, seperti revitalisasi budaya, visi organisasi, paradigma keislaman, dan banyak lagi yang lainnya, juga di wilayah yang tidak nampak secara kasat mata.
Revitalisasi bisa di tarik ke mana-mana untuk hal apa saja. Dalam tataran aplikatif sebagaimana digunakan banyak kalangan belakangan ini, revitalisasi tidak ubahnya seperti istilah kata biasa, sama dengan kata reorganisasi, reformulasi, reinterpretasi dan yang lainnya. Lebih jelas, memfinalkan istilah revitalisasi sebagai suatu bangunan teori tertentu yang lahir karena gejolak sejarah masa lalu, belum ada sumber referensi yang akurat dan mutawatir. Hanya apabila lebih meyakini revitalisasi sebagai bangunan suatu teori tertentu, maka untuk digunakan dalam kajian bidang apa saja, ada beberapa prinsip dasar revitalisasi yang harus dipakai:
1. Objek revitalisasi (tempat atau masalah yang akan diberdayakan) jauh dalam rentang waktu sebelumnya sudah pernah menjadi vital (sudah pernah terberdaya).
2. Disaat akan melakukan revitalisasi, tempat atau masalah yang menjadi objek dimaksud dalam kondisi menurun atau kurang terberdaya lagi.
3. Target dilakukannya revitalisasi adalah untuk memulihkan kembali kondisi suatu tempat atau masalah, minimal sama dengan vitalitas yang pernah digapai sebelumnya, tambah bagus apabila lebih baik lagi.

b. Takhrij al Hadis
Kata Takhij adalah bentuk masdar dari فعل الماضى yang secara bahasa berarti mengeluakan sesuatu dari tempat. Prof. Dr Mahmud al Thahan dalam bukunya اصول التخريج ودراسة الأسانيد (1978:9) menjelaskan bahwa kata al Takhrij menurut pengertian bahasa artinya adalah berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu, kata tersebut juga sering disimpulkan dengan arti الإستنباط (hal mengeluarkan) ; التدريب (hal melatih atau hal pembiasaan); التوجيه (hal memperhadapkan).
Maka menurut istilah bahwa takhrij al hadis adalah mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan pada periwayatannya dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu dengan metode periwayatan yang mereka tempuh; atau menunjukkan asal-usul hadis berdasarkan sumbernya dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadis yang disusun oleh para Mukharrijnya langsung; dan atau menunjukkan dan mengemukakan letak asal hadis pada sumbernya yanga sli dari berbagai kitab.
Adapun manfaat dan sebab-sebab perlunya kegiatan takhril al Hadis diantaranya adalah:
1. Memberikan informasi bahwa suatu hadis termasuk hadis sahih, hasan, ataupun daif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya;
2. Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa suatu hadis adalah hadis makbul (dapat diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu hadis adalah mardud (tertolak).
3. Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari Rasulullah SA W. yang harus kita ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dan segi sanad maupun matan.



METODOLOGI PENELITIAN

A. Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2010 yang mencakup semua Jurusan dan Program Studi kecuali Jurusan Tafsir Hadis. Diantara Jurusan dan Program Studi yang dimaksud adalah Jurusan Aqidah Filsafat, Jurusan Dakwah dengan Prodi Jurnalistik, Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Public Relation dan KPI, khususnya bagi mahasiswa semester atas yang mempersiapkan diri dalam penulisan skripsi dan atau penelitian ilmiah.

B. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan dilengkapi dengan metode kuantitatif sederhana. Metode kualitatif dipandangan sebagai prosedur penelitian yang bisa menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku ini dapat diamati (Taylor, 1986:3). Pendekatan kualitatif ini berkaitan erat dengan sifat unik dari realitas sosial dan dunia tingkah laku manusia itu sendiri terlebih objek penelitiannya.
Dalam penelitian ini, peneliti telah mengadakan pengamatan atau wawancara tak berstruktur dan interaksi antar objek penelitian, membaca gerak muka, menyalami perasaan dan pengetahuan serta nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Peneliti berupaya mengumpulkan dan mencatat data secara terperinci mengenai hal-hal yang bertalian dengan permasahan yang akan diteliti yaitu revitalisasi takhrij al hadis terhadap responden. Kemudian data dan informasi dari satu pihak dicek kebenarannya dengan menguji keakuratan data tersebut dengan yang lainnya.

C. Jenis dan Sumber Informasi Data
1. Jenis Informasi Data
a. Data Primer dan Data Sekunder
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalau dipergunakan orang yang tidak berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan.
Adapun yang penulis maksudkan data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari wawancara, observasi yang mengenai permasalahan dalam penelitian ini.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk dokumentasi yaitu data-data yang telah didokumentasikan baik berupa kurikulum atau kitab-kitab turast (kuning) yang ada singkronisasinya dengan penelitian yang dilakukan.

2. Sumber Informasi Data
Sumber informasi data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data itu diperoleh (Arikunto,2006:128). Sumber data dalam penelitian dapat dibagi menjadi dua yaitu : person atau orang dan materi. Sumber data melalui orang-orang yang dijadikan responden dan informan seperti: Dosen dan Mahasiswa. Sedangkan sumber data yang bersifat materi berupa dokumen.

D. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti diambil dengan menggunakan cara purposive sampling yaitu ”...teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”. (Sugiono, 2008:329).
Pertimbangan tertentu itu bisa saja misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu atau mengerti dengan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa yang sedang mempersiapkan diri dalam penulisan skripsi dan atau penelitian ilmiah.

E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara langsung terhadap objek penelitian dengan menggunakan teknik:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung (S. Margono, 1997:158-159).
Observasi dilakukan dengan memperoleh informasi yang jelas dengan mengadakan pengamatan atau pencatatan secara langsung terhadap revitalisasi Takhrij al Hadis bagi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin.
2. Wawancara
Wawancara sedikit banyaknya juga merupakan angket lisan, responden dan interview mengemukakan informasinya secara lisan dalam hubungan tatap muka (Faisal,1990:213).
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel, yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006:231).

F. Teknik Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan dan dianalisis sesuai dengan jenis datanya, selanjutnya data akan didiskripsikan dengan analisis sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data diperoleh dan dimulai dari membaca, menelaah, mempelajari seluruh data yang diperoleh baik dari pengamatan. Wawancara dan dokumentasi, apakah ada yang kurang, tidak dimengerti atau meragukan. Bila ada yang kurang diadakan pencarian data kembali, Reduksi data ini berkaitan dengan penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan, pengabstraksian dan pentransformasian data yang diperoleh. (Miles, 1992:16)
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu penyajian seluruh informasi yang diperlukan untuk keperluan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Biasanya berupa naratif, namun juga bisa berbentuk bagan, tabel silang, matrik atau jaringan kerja. (Miles, 1992 :17)
3. Kesimpulan Data atau Verifikasi
Kesimpulan data atau Verifikasi merupakan langkah yang terus mengalir, artinya kesimpulan bisa ditarik ketika dilapangan dan juga ketika selesai dari lapangan, namun bila terasa janggal masih bisa juga kembali kelapangan penelitian. (Miles,, 1992: 20).

G. Triangulasi Data
Triangulasi adalah suatu teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber yang lainnya (Moloeng, 2007:330).
Berdasarkan teknik trianggulasi tersebut di atas, maka dapat diambil suatu pemahaman bahwa penggunaan teknik trianggulasi yang dimaksud adalah untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan dalam penelitian ini yang bersumber dari pemeriksaan sumber lain.
Trianggulasi dengan sumber lain berarti membandingkan dan mengecek data dengan alat dan waktu yang berbeda derajat kepercayaan suatu informasi diperoleh ketika terdapat kesamaan atau kemiripan informasi. Triangulasi dapat dicapai dengan jalan sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan prespektif dengan berbagai pendapat dan pandangan orang berada pada orang pemerintah.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang berkaitan (Moleong,2007:330-331).

H. Tahapan Penelitian
Untuk memudahkan langkah-langkah dalam penelitian penulis menyusun tahap-tahap penelitian yang Insya Allah dilakukan sesuai dengan waktu yang ditetapkan yang peneliti bagi setidaknya kedalam beberapa tahapan sebagai berikut:
i. Tahap Orientasi
Pada tahap ini peneliti mengadakan pengumpulan data secara umum, mengadakan observasi dan wawancara secara umum dan terbuka sehingga memperoleh informasi yang luas mengenai hal-hal yang umum tentang Revitalisasi Takhrij al Hadis bagi Mahasiswa Ushuluddin IAIN STS Jambi , kemudian informasi dari sejumlah responden dianalisis untuk menemukan hal-hal yang menonjol, menarik, penting dan berguna, itulah selanjutnya yang dijadikan sebagai fokus penelitian.
ii. Tahap Eksplorasi
Dalam tahap ini fokus sudah lebih jelas sehingga dapat dikumpulkan data yang lebih terarah dan spesifik. Observasi dapat ditujukan kepada hal-hal yang dianggap ada hubungannya dengan fokus penelitian. Wawancara dilakukan dengan lebih testruktur dan mendalam sehingga informasi yang dalam dan bermakna diperoleh tentang revitalisasi takhrij al hadis bagi mahasiswa Ushuluddin.
iii. Tahap Member check.
Tahap ini adalah hasil wawancara dan pengamatan yang telah berkumpul, yang sejak semula dianalisis, dituangkan dalam bentuk laporan, hasilnya dikemukakan kepada responden atau informan untuk dicek kebenaran agar hasil dari penelitian ini dapat dipercaya. Sebenarnya member check akan dilakukan setelah setiap wawancara peneliti merangkum hasil pembicaraan dan meminta responden mengadakan perbaikan bila perlu dan mengkonfirmasikan kesesuainnya dengan informasi yang diberikan. (Syahrin, 2000:51)


DAFTAR REFERENSI
______________, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. 2005.

Abdillah, Aam, dkk, Model Penelitian Agama dan Dinamika Sosial, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Ahmad, Muhammad & Mudzakir, Ulum al Hadis, Bandung : CV Pustaka Setia, 2000.

Al Hadi, Abu Muhammad ‘Abdul Mahdi bin Abdul Qadir, Thuruq Takhrij Hadits Rasulullah SAW, Kairo: Maktabah al Iman, 1987.

Al Khatib, Muhammad Ajjaj, Ushul al Hadis ’Ulumuhu wa Musthalahuhu, Beirut : Dar al Fikr, 2003.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. 2002

Ash-Shiddieqiy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Jakarta : Bulan Bintang, 1993.

At-Thahan, Mahmud, Ushul al Takhrij wa Dirasat al Asanid, Ar-Riyadh : Maktabah al Ma’arif, 1991.

Ismai’il, Syuhudi, Cara Mudah Mencari Hadis, Jakarta : Bulan Bintang, 1991.

______________, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta : Bulan Bintang, 1992.

Matthew B Milles and A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif. Jakarta. UI Press, 1992.

Meleong Lexy, J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2004.

Syahrin Harahap, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-ilmu Ushuluddin, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2000.

Mari To Mat (Tobat dari Maksiat)

Mari To Mat
(Tobat dari Maksiat)
Oleh : Ust Hasbullah Ahmad*

Allah SWT Berfirman :
Sesungguhnya Taubat di sisi Allah hanyalah Taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang Kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah Taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi orang-orang itu Telah kami sediakan siksa yang pedih.
(QS al Nisa 17-18)

Bulan puasa ini merupakan waktu, tempat dan fasilitas yang sangat baik untuk kita bertaubat kepada Allah SWT karena Taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat. Taubat marupakan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya.

Agama Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan dan dosa sebagaimana Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari ampunan Allah, betapa pun dosa yang telah diperbuat manusia, Allah SWT memotivasi kita dalam firmanNya : Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al Zumar 53). Bahkan Nabi Muhammad telah membenarkan hal ini dalam sebuah sabdanya yang berbunyi: "Setiap anak Adam pernah berbuat kesalahan/dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah mereka yang bertaubat (dari kesalahan tersebut)."

Di antara kita pernah berbuat kesalahan terhadap diri sendiri sebagaimana terhadap keluarga dan kerabat bahkan terhadap Allah. Dengan segala rahmatnya, Allah memberikan jalan kembali kepada ketaatan, ampunan dan rahmat-Nya dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Penyayang dan Maha Penerima Taubat. Allah SWT berfirman :‘Kecuali mereka yang Telah Taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS Al Baqarah: 160)

Taubat dari segala kesalahan tidaklah membuat seorang terhina di hadapan Tuhannya. Hal itu justru akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya karena sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. Sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS Al-Baqarah: 222)

Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara, bahkan pintunya selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas. Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu musa Al-Asy`ari: "Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat."

Merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah dan membiarkan dirinya terus-menerus melampai batas. Padahal, pintu taubat selalu terbuka dan sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya karena sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang.

Tepatlah kiranya Statemen Allah dalam kitab suci al Qur’an surat Ali Imran ayat: 133 Yang maksudnya adalah "Bersegaralah kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”.

Taubat yang tingkatannya paling tinggi di hadapan Allah adalah "Taubat Nasuha", yaitu taubat yang murni. Taubat Nasuha adalah bertaubat dari dosa yang diperbuatnya saat ini dan menyesal atas dosa-dosa yang dilakukannya di masa lalu dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi di masa medatang. Apabila dosa atau kesalahan tersebut terhadap bani Adam (sesama manusia), maka caranya adalah dengan meminta maaf kepadanya. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Apakah penyesalan itu taubat?", "Ya", kata Rasulullah (H.R. Ibnu Majah). Amr bin Ala pernah mengatakan: "Taubat Nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu pernah mencintainya".

Di bulan pengampunan, Ramadhan yang "Syahrul Maghfirah" ini adalah saat yang tepat untuk kita bertaubat. Bagi yang sudah bertaubat mari memperbarui taubatnya dan yang belum taubat mari bergegas kepada ampunan Allah. paruh kedua dari bulan Ramadhan merupakan masa maghfirah (ampunan) sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah "Ramadhan, awalnya Rahmah, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya dibebaskan dari api neraka" (H.R. Ibnu Huzaimah).

* Penulis adalah Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi dan Narasumber Tetap Dialog Interaktif Khazanah Islami Jambi TV

Selamat Meraih Taqwa

Selamat Meraih Taqwa
Oleh : Ust Hasbullah Ahmad*

Allah SWT Berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
(QS Al Baqarah : 183)

Puasa adalah merupakan salah satu jenis ibadah yang: umum, sangat tua, dan semua agama memerintahkannya. Jenis ibadah puasa adalah universal, meskipun cara pelaksanaanya berbeda-beda. Dalam sejarah, puasa sudah dilaksanakan oleh bangsa Mesir kuno, Yunani, dan Romawi. Puasa merupakan ajaran semua agama, baik yang samawi seperti Yahudi dan Nasrani maupun yang thabi'i (kultur), seperti Hindu dan Budha. Perbedaannya terletak pada motivasi pelaksanannya (niatnya), penyebabnya, serta cara pelaksanaanya.

Umumnya, orang berpuasa pada saat menghadapi berbagai kesulitan hidup, ketika berduka cita, atau sedang mengalami musibah. Orang berpuasa untuk menandai masa-masa berkabung. Di kalangan penyembah berhala, orang berpuasa karena didorong oleh keinginan untuk menghilangkan kemarahan tuhan, karena mereka telah banyak melakukan pelanggaran. Melalui puasa mereka mengaharapkan kerelaan tuhan untuk kemudian memeberikan pertolongan. Sampai saat ini masih banyak orang yang melaksakan puasa karena motivasi seperti ini.

Karena puasa ini merupakan ibadah yang universal, artinya semua agama mengajarkannya, maka banyak orang Islam yang ketika bulan Ramadan tiba sangat antusias menjalankan puasa walaupun dalam kesehariannya mereka tidak menjalankan shalat. Bagi mereka puasa itu mempunyai arti yang lebih dari sekadar ibadah puasa.

Dalam konteks syariat Islam, motivasi puasa atau shiyâm tidak lain kecuali untuk meninggikan derajat manusia ke puncak kehidupan ruhaniyah yang tinggi dan mulia dalam pandangan Allah. Dalam pandangan Islam, derajat tertinggi manusia adalah yang bertakwa. Allah menegaskan dalam firmannya: "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa" (QS. al-Hujurat:13). Siapa pun dapat mencapai derajat ini tanpa memandang status sosial.

Takwa inilah yang menjadi tujuan utama disyariatkannya puasa Ramadan. Inilah motivasi dasar dari segala bentuk ritual Ramadan. Kaum muslimin hendaknya mempunyai tujuan yang sama , untuk bersama-sama menjalankan ibadah (puasa) agar mencapai puncak rohaniah yang tertinggi dan termulia di sisi Allah swt. Untuk apa menjadi presiden jika hanya mengantarkan kita lebih cepat meluncur ke neraka? Untuk apa menjadi pejabat jika mempermudah kita berlumur dosa? Untuk apa menjadi konglomerat jika hanya akan menyengsarakan kehidupan kita di dunia dan akhirat?.

Ramadan kali ini adalah kesempatan bagi kita untuk berlomba-lomba mencapai tingkatan takwa. Kita mengalami defisit takwa. Orang yang bertakwa jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang jahat, kotor, dan tak bermoral. SubhanaLLAH seandainya negara seperti Indonesia atau Provinsi seperti Jambi ini dipenuhi orang-orang yang bertakwa, krisis yang melanda tentu akan mudah teratasi. Kenapa demikian? Orang yang bertakwa akan selalu dibimbing Allah, diberi petunjuk ke jalan yang benar, sehingga mereka akan mampu memecahkan setiap permasalahan. Allah berjanji, Allah akan menjadi pembimbing bagi orang-orang yang bertakwa (QS. al-Jatsiyah: 19).

Jika Allah sudah menjadi pembimbing kita, tentu dia menunjuki kita ke jalan yang terang benderang. Allah pasti akan menuntun kita agar kaki kita tidak terperosok ke dalam lubang krisis yang sulit dilepaskan. Jika Allah membiarkan kita berjalan sendiri, bisa jadi kita lepas dari mulut singa tapi masuk ke mulut buaya. Sama saja.

Maka, stok insan yang bertakwa saat ini tengah berkurang. Kita sedang kekurangan orang-orang yang dibimbing jalannya oleh Allah swt. Sebenarnya sudah lama kita mengidam-idamkan generasi muttaqin (yang bertakwa), tapi betul bahwa takwa sudah lama menjadi idaman, bahkan menjadi program. Harapan kita, pendidikan akhlak dan moral, termasuk ketakwaan kepada Allah swt, biarlah dikembalikan kepada yang bertanggung jawab, yaitu lembaga agama. Jika benar-benar lahir generasi takwa di dunia ini, niscaya secara alami seluruh persoalan dunia dapat diatasi. Bukankah Allah mencintai hambanya yang bertakwa? Allah berfirman : "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa" (QS. ali-Imran: 76). Jika Allah sudah mencintai hamba-Nya, tentu Dia tidak rela hamba-Nya terus menerus berada dalam kesulitan. Allah pasti akan mengangkatnya dari "lumpur yang kotor" itu, kemudian memberi tempat yang terpuji dan mulia.

Jika kita lebih teliti lagi membaca Al Qur'an, ternyata Allah swt tidak hanya sekedar cinta, tapi selalu bersama-sama orang yang bertakwa. Ini janji yang luar biasa. Sekedar dikawal tentara yang bersenjata saja kita sudah merasa aman, apalagi jika kita dikawal Allah. Sekedar ditemani orang yang kita cintai saja sudah merasa tentram, apalagi ditemani Allah yang berfirman Bertaqwalah kepada Allah, ketahuilah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa (QS. al-Baqarah: 194).

Dengan janji-janji di atas, pantas jika kemudian Allah mengangkat orang yang bertakwa ke derajat yang paling mulia. Sebab mereka pastilah generasi yang menang , bukan yang menang-menangan. Artinya kemenangan yang mereka raih bukan sekedar untuk dirinya sendiri dengan merugikan pihak lain, tapi kemenangan yang sejati, kemenangan untuk semua. Dalam menyelesaikan masalah, mereka berprinsip win-win, menang sama menang, bukan kalah sama kalah.

Kepada mereka yang bertakwa, sekali lagi Allah menjanjikan "kesudahan yang baik (kemenangan) adalah untuk orang-orang yang bertakwa". Sekarang tinggal kita, percaya atau tidak terhadap janji Allah, pasti ditepati. Dunia ini akan menjadi jaya, jika segenap penduduknya bertakwa. Ini suatu aksioma yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebagaimana deklarasi Allah SWT dalam al Qur’an"Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya"( QS. al-A'raf 96).

Ada satu jalan suci yang dapat diraih oleh seluruh umat manusia untuk meraih segala kemuliaan itu, meraih ketakwaan dengan seluruh nafasnya. Jalan suci itu adalah berpuasa, khususnya berpuasa di bulan suci Ramadan. Di sana lah menunggu janji-janji Allah kepada kemuliaan dunia beserta isinya. Maka, rugilah bila kita tidak berpuasa. Taqqabal Shiyamana Ya Rabb… Ramadhan el Mubarak…

* Penulis adalah Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi dan Narasumber Tetap Dialog Interaktif Khazanah Islami Jambi TV