Senin, 30 September 2013

Semangatlah Negeriku...



Semangatlah Negeriku
Oleh : Ust Hasbullah Ahmad*

Allah SWT Berfirman :
Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Terlihat Negara kita terus berkembang namun Keterpurukan ekonomi dan moneter masih melanda Negari kita Indonesia dan beberapa negara lainnya hal ini berdampak mengenaskan bagi kehidupan masyarakat kelas ekonomi bawah, khususnya, angka kemiskinan semakin membengkak. Keterpurukan ekonomi dan moneter di Indonesia telah didahului oleh krisis moral dan akidah, krisis kejujuran, dan keteladanan.

Pada sisi lain kelas ekonomi menengah ke atas, terus-menerus menumpuk-numpuk kekayaan, mengeruk harta benda dengan segala cara, dan berfoya ria mengumbar hawa nafsu. Kecil sekali perhatiannya terhadap perbaikan ekonomi golongan mustad'afin. Sungguh keadaan yang sangat memilukan ini menimpa hampir seluruh struktur dan kultur masyarakat Indonesia, kecuali yang dirahmati Allah.

Genap lengkaplah penderitaan jasmani dan rohani, sosial dan emosional. Jati diri manusia beradab telah beralih kepada perilaku-perilaku biadab. Ulah atau tingkah laku yang seharusnya mentaati Pencipta manusia yaitu Allah SWT, telah mereka gantikan dengan menuruti hawa nafsu. Segala sesuatu hanya berdasar pertimbangan akal mereka yang terbatas dan nafsu hewani belaka. Aturan-aturan Penciptanya tak lagi dihiraukan.
Keadaan seperti inilah yang membuat Allah Ta’ala menurunkan azabnya. Berbagai bencana alam, musibah berskala besar datang silih berganti. Inilah ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab yang membuat kerusakan di muka bumi ini. Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman, "Kami tidaklah mengutus seorang nabi pun kepada suatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dan merendahkan diri. (QS 7:94). Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS 7:96)

Keadaan seperti ini membuat sebagian manusia 'telah kalah sebelum berperang'. Artinya, melihat, menyaksikan, merasakan, dan mengalami penderitaan yang bertubi-tubi, sekaligus tidak memiliki daya upaya dan tidak memohon pertolongan, hidayah, dan inayah kepada pencipta mereka yakni Allah Ta’ala, akhirnya muncullah sikap menyerah, pasrah, lemah gairah untuk maju, tidak ada semangat juang untuk keluar dari krisis multi dimensional. Motivasi hancur, harta benda hancur, keluarga hancur, kehormatan hancur, tidak memiliki sandaran atau dasar beragama yang memadai, akhirnya sikap pesimistis menatap ke depan menjadi pilihan yang tak seharusnya diambil. Akankah azab atau hal ini segera berakhir di Negeri kita?

Sebaik-baik manusia yang bersalah adalah mereka yang menyadari kesalahannya kemudian bertaubat. Sebaliknya –tentu saja- manusia yang paling jahat adalah manusia yang berbuat salah ke-pada penciptanya dan kepada sesama makhluk, akan tetapi tidak mengakui kesalahannya dan dengan kepongahan dan kesombongannya, tidak peduli untuk meminta maaf, bertaubat, dan mem-perbaiki diri.

Bukankah banyak manusia Indonesia (jutaan) masih meminta rizki, dimudahkan jodohnya, pangkatnya, dilepaskan dari kesulitan hidup, me-minta kepada patung, keris, pohon, batu, paranormal, jin, dukun, dan sejenisnya. Inilah dosa terbesar (syirik). Dan… masih teramat banyak jenis kesyirikan yang dilakukan mereka. Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman, "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS 1:5). "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu" (QS 2:186).

Demikian halnya kesalahan besar telah dilakukan jutaan manusia berakhlak rendah, tidak berakhlak karimah. Dosa-dosa besar dikerjakan setiap hari secara terang-terangan yang menjadi pemandangan menyesakkan dada orang-orang yang peduli dengan agamanya. Hukum Allah Ta’ala tidak diterapkan di dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam tataran internasional, kecuali hal-hal tertentu yang disesuaikan dengan selera dan hawa nafsu. Naudzu bi LLAH.

Jika keadaan seperti ini tidak membuat manusia menyadari akan kekeliruan atau kesalahan dan merasa berada di dalam kebenaran atas dasar, standar atau kriteria hawa nafsu, maka sungguh teramat layak jika musibah, azab, bencana, akan terus menimpa manusia Indonesia, seperti sekarang ini. Lalu kapan hal itu akan berakhir?

Sesungguhnya orang yang memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah  dan RasulNya atau benar-benar beriman, maka dalam menghadapi persoalan hidup di dunia ini bagaimanapun peliknya, sulitnya, menderitanya tidaklah akan membuatnya pesimis yang berakhir pada keputus asaan. Tidak, sekali-kali tidak. Orang beriman apabila diuji oleh Allah Ta’ala dengan kelapangan, maka ia akan bersyukur dan hal itu baik baginya. Jika ia diuji dengan kesempitan, maka ia akan bersabar dan hal itu baik pula bagi-nya. Hal inilah yang menakjubkan Rasulullah. Sebagai keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, maka umat Islam harus berada di dalam kondisi tersebut di atas. Mereka akan senantiasa bersabar di dalam menghadapi berbagai keadaan yang tidak menyenangkan. Mereka akan senantiasa optimis menatap masa depan setelah menilai, dan menghisab keadaan yang ada. Mereka mengevaluasi dan menemukan jalan keluar berdasarkan kitabullah dan Sunnah NabiNya.

Maka didapatilah bahwa bangsa ini selayaknya bertaubat ke-pada Allah, kemudian istiqamah di dalam beriman dan bertakwa, dibarengi dengan amal shalih dan bertawakal kepadaNya saja. Sikap optimis seperti ini menepis sikap pesimistis sebagian kecil manusia Indonesia yang mengatakan bahwa dengan berbagai problematika ini, jangan-jangan Indonesia akan musnah sebagaimana musnahnya bangsa-bangsa besar di masa lampau. Sikap pesimis tersebut akan menjadi kenyataan, jika benar-benar bangsa ini enggan untuk bertaubat kepadaNya, enggan untuk beriman dan bertakwa, enggan untuk beramal shalih, dan enggan untuk bertawakal kepadaNya semata.

Jika bangsa Indonesia di dalam menghadapi kemelut berkepanjangan ini menyerahkan solusinya semata-mata kepada akal dan hawa mereka, maka sudah pasti kemusnahan bangsa Indonesia memang mungkin saja terjadi, wallahu a'lam.

* Penulis adalah Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi dan Narasumber Dialog Interaktif Khazanah Islam Jambi TV

Jadual Presenter Khazanah Islami Jambi TV

Jadwal Presenter 
Khazanah Islami Jambi TV
Senin - Sabtu Jam 15.30-16.30

Setiap Hari
Presenter
Selasa
Dini Dian Sari
Kamis
Hamidah Miftahul Jannah
Jumat
Yayuk Sundari
Sabtu
Rosidul Hamdi


Senin 1
Hamidah Miftahul Jannah
Senin 2
Dini Dian Sari
Senin 3
Yayuk Sundari
Senin 4
Rosidul Hamdi
Senin 5
Yayuk Sundari/Dini Dian Sari


Rabu 1
Dini Dian Sari
Rabu 2
Rosidul Hamdi
Rabu 3
Hamidah Miftahul Jannah
Rabu 4
Yayuk Sundari
Rabu 5
Hamidah/Rosidul Hamdi