Selasa, 30 April 2013

Peran Mahasiswa (pemuda) Terhadap Agama dan Negara


Peran Mahasiswa (Pemuda) Terhadap Agama dan Negara
Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa

Peran Mahasiswa (Pemuda) Terhadap Agama dan Negara
 Oleh : Hasbullah Ahmad  NIP 197912122009011015
(Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi)

A.    Pemuda Atau Mahasiswa Pelaku Sejarah
Sejarah menunjukan banyak deretan nama yang terukir sebagai pembaharu peradaban manusia mulai dari tingkat nasional sampai tingkat internasional. Peranan pemuda (Mahasiswa) telah terbukti dalam perjalanan sejarah kehidupan manusia. Perubahan apa pun yang terjadi di masyarakat selalu diawali dan dipelopori oleh para pemuda (Mahasiswa). Risalah islam dan perintah perubahan hanya dapat dilakukan oleh pemuda. Di zaman Rasulullah penegak dan pejuang dakwah mayoritas  dibawa oleh para pemuda, begitu juga perubahan-perubahan yang terjadi diberbagai kelompok masyarakat juga dilakukan oleh para pemuda.
Revolusi besar di banyak Negara di motori oleh pemuda. Pelajar dan mahasiswa menjadi momok bagi penguasa zalim. Mereka adalah nyawa gerakan pemuda dan masyarakat. Unsur pemuda adalah pelajar, mahasiswa dan mereka yang berusia 15 – 45 tahun.
Sepanjang sejarah, pemuda senantiasa di gambarkan sebagai generasi yang memiliki kekokohan fisik yang luar biasa dan semangat patriotic yang berkobar-kobar. Peranannya yang selalu mendominasi setiap peristiwa sejarah menjadikan generasi ini memiliki tempat (kedudukan) yang sangat istimewa sepanjang zaman.
Mungkin ini jugalah rahasia kesuksesan Rasulullah dalam menata, membangun dan merentangkan dakwahnya sehingga menyebar ke seluruh penjuru dunia ini. Kader-kader mukmin yang di gemblengnya di rumah Arkom bin Arkom terdiri dari pemuda yang tangguh. Dari tangan-tangan merekalah terbit fajar-fajar Islam. Mereka rela berkorban dan menanggung siksaan. Hari-harinya mereka upayakan untuk  mewujudkan kemenangan gemilang. Menaklukkan dua imperium besar (Romawi dan Persia). Mereka juga berhasil melakukan ekspansi ke berbagai Negara, yaitu Sind di barat daya  India, Khazar di utara, Armenia dan Rusia, juga Syam (Suria), Mesir, Tripoli dan sebagian Afrika. Penaklukan ini berhasil dapat di rampungkan hanya dalam kurun waktu 35 tahun.
Mereka berlayar mengarungi samudra sehingga membuat batas geografis. Kerajaan mereka merambah luas hingga mencapai Turkistan, bahkan sampai ke timur pada batas teritorial Cina dan ke barat negeri Spanyol di Eropa. Mereka telah sanggup memperlihatkan kepada dunia akan luasnya kekuasaan Islam. Uqbah bin Nafi' yang bediri di pantai samudra Atlantik di ujung barat berdoa kepada Allah : "Demi rab Muhammad, kiranya bukan karena bentangan samudra ini yang menjadi penghalang niscaya akan aku taklukkan seluruh jagad raya ini demi meninggikan kalimat-Mu. Wahai Rabbku saksikanlah!. Sementara itu di ufuk timur Khutaibah Al-Bahily terus menerobos sampai akhirnya ia dapat mencapai perbatasan Cina".
Sungguh mereka telah menyimpan segudang kebanggaan dan kemuliaan ilmu, kebudayaan, tatanan nilai dan prinsip. Mereka membina mental spiritual ummat, melenyapkan simbol-simbol paganisme serta menyemaikan benih-benih tauhid, keadilan, ukhuwah dan persamaan. Cucuran darah Suhada’ adalah parfumnya. Tombak yang menancap di dada mereka adalah lambang kehormatan dan kemuliaan. Mereka mempertaruhkan nyawa demi membela agama.
Mereka generasi satu-satunya yang memiliki ciri khas dan karakter berbeda dengan umat lain. Allah berfirman :
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu (Umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS. 3: 110)=
Generasi muda atau Mahasiswa adalah generasi idaman yang tidak asing bagi orang-orang yang bersahabat dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Rasullah SAW menanamakan generasi ini sebagai generasi “Al-Ghuraba” yaitu orang-orang asing yang menghidupkan sunnah Nabi. Orang yang berpegang teguh pada dien. Kelompok yang tegak di atas kebenaran dan golongan yang mendapatkan pertolongan Allah. Sayid Qutub RahimahuLLAH menamakan generasi ini sebagai generasi Qur’ani, karena kedekatan dan perilaku mereka yang hidup dengan Al-qur’an. Syekh Yusuf al-Qordowi menyebutnya generasi idaman, karena perannya dinanti-nantikan sepanjang zaman.
Pemuda pada zaman terdahulu telah menjadi pelaku sejarah untuk dikenang oleh kita semua. Dan sekarang adalah zamannya para mahasiswa dan pemuda sekarang untuk menjadi pembaharu kearah yang lebih baik lagi. Kejahiliyahan tatanan kehidupan sekarang adalah tanggung jawab para pemuda untuk merubahnya. Tingginya tingkat kriminalitas seperti perampokan, perjudian, pembunuhan, pemerkosaan, mabuk-mabukan, pornografi, pornoaksi, sampai kepada kezaliman pemerintah yang tidak mampu menegakkan keadilan adalah menjadi tanggung jawab pemuda sekarang untuk menjadi pelaku sejarah sebagai pembaharu kearah yang lebih baik. Ironisnya  tindakan kriminalitas itu justru diperankan oleh para pemuda dan bahkan Mahasiswa. Sebagai kaum intelektual yang bermoral, mahasiswa harus bangkit dan memainkan perannya yang sesungguhnya.
Kehadiran pemuda sangat dinantikan untuk menyokong perubahan dan pembaharuan. Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda pemuda ke arah masyarakat madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan anak-anak.

B.     Peran yang dapat dilakukan oleh pemuda (Mahasiswa) Islam
1.     Membangkitkan sifat kritis
Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, dan Nabi-Nabi lainnya pada masa muda sering mengkritisi dan memberikan solusi terhadap persoalan yang muncul di sekitarnya. Mereka mengkritisi hal-hal yang tidak benar dan tidak adil. Potensi ini merupakan cirri pertama dari kemampuan pemuda yang dapat melakukan perubahan.
Pemuda hendaknya selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah dicapai dan tidak tenang melihat ketidakadilan. Peran mereka sangat penting dalam membangun budaya dan iklim di kampus dan di masyarakat.
إِذْ قَالَ لأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَاهَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada Bapak dan kaumnya : “ Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadannya ?“ (QS. Al-Anbiya : 52)

2.     Sebagai Generasi Pengganti
Generasi pengganti berarti menggantikan generasi sebelumnya  yang tidak beriman. Allah telah menyebutkan bahwa orang yang tidak beriamn akan digantikan oleh generasi yang beriman dan karakter-karakter genetasi pengganti tersebut hanya dimiliki oleh para pemuda.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآَئِمٍ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamnya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersip lemah lembut terhadap orang yang mukmin, bersikap keras terhadap yang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. . . . (QS. Al – Maidah : 54)
  
3.     Sebagai Generasi Penerus
Setiap pemimpin di dalam Negara atau masyarakat akan mengalami masa tua dan pasti akan mati. Oleh karena itu perlu ada generasi yang dapat meneruskan peran mereka. Para pemuda atau mahasiswalah sosok yang akan mampu meneruskan kepemimpinan mereka dan menjadi penerus dalam masyarakat. Yang terpenting adalah penerus perjuangan Rasulullah SAW.

4.     Sebagai Pembaharu Moral Umat
Pemuda merupakan pembaharu moral umat karena masalah moral merupakan suatu yang sangat berat. Pemuda dengan potensi yang dimiliki, semangat yang berkobar-kobar, fisik yang kuat, pemikiran yang cerdas akan dapat memperbaharui moral umat. Pembaharuan ini dapat dilakukan dengan cara melakukan dakwah, tarbiyah dan berkorban (jihad). Pemuda adalah pelopor kebangkitan yang nyata berkontribusi tak kenal lelah memanifestasikan diri dalam derap dan langkah perubahan umat dan bangsa ini, di tiap perubahan maka pemuda adalah pengibar gagasannya.
 
5.     Sebagai Unsur Perbaikan              
Peran utama lain yang dimiliki oleh para pemuda adalah sebagai unsur perubah. Pemuda diharapkan dapat melakukan perbaikan terhadap kejahiliyahan, kesesatan, kemusrikan dan lain-lain. Pemuda sangat mudah melakukan perubahan khususnya pada dirinya sendiri, karena mereka belum memiliki suatu yang permanen, budaya yang tetap, dan perilaku yang membudaya. Mereka tidak memiliki pemikiran yang kaku dan tetap, tetapi senantiasa berubah sesuai dengan dinamika kepemudaannya

6.     Sebagai galfanisator pergerakan
Perubahan membutuhkan pergerakan, mau berubah berarti harus bergerak. Untuk bergerak di butuhkan mesin-mesin yang siap melaju dan membangkitkan Negara ini dari keterpurukan dengan aksi-aksi nyata di lapangan merekalah yang menjadi galvanisator pergerakan, karena di tiap gagasan maka merekalah pelaku sejarahnya.

7.     sebagai arsitek peradaban
Mereka adalah manusia- manusia cerdas yang mampu membuat rancang bangun peradaban Indonesia dan dunia menuju Indonesia dan dunia yang dicita-citakan yakni Indonesia dan dunia yang adil makmur dan sejahtera. Mereka siap dengan konsep  terumit  dan langkah-langkah strategis dalam membina derak langkah perjuangan yang berkesinambungan dengan visi besar yang mereka gagas.

Sebagai aktor social Change perubahan sosial dan arsitek peradaban, pemuda bukan saja menyandang status sebagai pemimpin masa depan, tetapi juga sebagai tulang punggung bangsa dan mengisi pembangunan
Pada tahun 1982, para pemuda Indonesia dari berbagai macam latar belakang suku, agama dan bahasa membulatkan tekad demi menggalang persatuan bangsa guna berjuang melawan penindasan kaum kolonialis. Sejak saat itu pula, setiap tanggal 28 Oktober kita memperingati hari sumpah pemuda.
Manifesto yang telah tertanam sejak 80 tahun yang lalu ini telah berulang kali memberikan andil besar terhadap arah dan semangat pergerakan pemuda dalam menyelamatkan Indonesia dari jurang kehancuran. Oleh sebab itu, goresan sejarah Indonesia tidak akan pernah luput dari lembaran sejarah kepemudaannya.
Pemuda atau mahasiswa dengan kegagahan intelektualitasnya, ketegaran jasmani dan mentalitasnya yang pantang menyerah merupakan berkah bagi bangsa yang tengah di rundung duka ini. Peran pemuda terhadap bangsa yang sedang menuju kehancuran ini merupakan peran yang sangat vital yang tidak bisa di gantikan oleh siapapun entitas di Negara ini.

C.     Bekal dan Sifat Yang Harus Dimiliki Mahasiswa atau Pemuda Islam Hari Ini.
Apakah dengan beralihnya masa, bertukarnya generasi maka berubah pula peran dan tanggung jawab pemuda atau mahasiswa hari ini? Apakah dengan adanya perubahan ilmu pengetahuan dan hasil inovasi peradaban manusia dewasa ini yang melampaui batas peradaban sebelumnya? apakah pemuda atau mahasiswa islam hari ini di biarkan begitu saja bersenda gurau, terbahak-bahak menikmati kehidupan tanpa di minta pertanggung jawaban sedikitpun? Firman Allah SWT :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَيُفْتَنُونَ   وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS.29 :2-3)
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاَتُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS.23: 115)
Sekiranya kita meluangkan sedikit waktu saja, niscaya mereka tidak akan menutupi sebelah matanya atas realita marwah (harga diri) generasi ini yang terpuruk di persimpangan zaman yang mengekang. Tentunya mungkin merasa bisa menyelamatkan dan lari dari jalangnya sahwat hewani yang merajalela di setiap lorong-lorong kehidupan ini. Tentunya tidak akan pernah putra-putri kita menjadi pongah dan binal! Tentunya tidak …!
Sudah sangat jelas bahwa permasalahan bangsa dan ummat saat ini juga tanggung jawab para pemuda atau mahasiswa. Sekiranya pemuda atau mahasiswa hari ini mampu menjadikan Allah sebagai ghoyyahnya (tujuan hidupnya). Rasulullah sebagai Qudwahnya (teladannya), Al-Qur’an dusturnya (undang-undang yang mengatur hidupnya), jihad fi sabilillah (berjuang dengan sungguh-sungguh di jalan Allah) sebagai jalan hidupnya, dan  syahid (mati di dalam membela agama Allah) adalah cita-cita tertingginya. Niscaya kejayaan Islam dan kesalehan ummat akan segera terwujud.
Tentunya misi yang mulia ini tidak akan terealisasi dengan begitu saja, melainkan melalui kerja keras dan karya besar. Selain kerja keras dan sungguh-sungguh tentu para pemuda mesti memiliki bekal yang cukup yang akan dipergunakannya dalam berjuang. Setidaknya ada delapan  bekal utama yang harus di wujudkan oleh setiap pemuda dalam kehidupannya, diantaranya yaitu:

Pertama, Memiliki Iman Yang Mendalam (الإيمان الدقيق).
Iman yang menancap dalam-dalam kedasar hati yang tidak mudah  goyah, sehingga mampu menopang pohon agama ini seluruhnya. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka tidak ragu-ragu dan mereka yang berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itukah oraang-orang yang benar” (Q.s. AL-Hujarat :15) Kekuatan inilah yang menyebabkan pemuda Islam mulia. Suatu ketinggian yang tidak merasa terhina di hadapan kekuatan apapun.

Kedua, Memahami Islam Secara Benar ( الفهم الإسلام الصادق).
Yang dimaksud dengan pemahaman, adalah keyakinan terhadap ide-ide keislaman yang mendalam. “Dan agar orang-orang yang berilmu meyakini bahwa al-qur’an itu benar dari rabbmu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka”. (Qs. Al-hajj : 54)

Ketiga, Mengikhlaskan Diri( الإخلاص).
Keikhlasan ini tidak di buat-buat atau riya’. Allah SWT telah mengingatkan kepada hambanya  Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (Al-bayyinah :5)

Keempat, Beramal Secara Berkesinambungan (العمل المستمر).
Salah satu tanggung jawab yang harus di penuhi dalam misi ini adalah tidak mengenal rasa jenuh dan malas dalam beramal. “Dan katakanlah : bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan di kembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu di beritahukannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Qs. At-Taubah :105)

Kelima, Berjihad di Jalan Allah (جهاد فى سبيل الله).
Berjuang dijalan Allah dengan sungguh-sungguh, dengan mengorbankan tenaganya, fikirannya, hartanya bahkan nyawanya, ini juga bagian dari tanggung jawab seorang pemuda. Dan Allah akan mengganti semua pengorbanan itu dengan balasan yang lebih baik. Allah berfirman : “sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan siapakan yang lebih menepati janjinya dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”.(Qs. At-Taubah :111)

Keenam, Bijaksana dan Ilmu
Darah muda, darahnya para remaja, yang selalu merasa gagah dan tak mau mengalah. Darah muda, darah yang berapi-api, yang maunya menang sendiri walau kalah tak peduli. Biasanya para remaja berfikirnya sekali saja tanpa menghiraukan akibatnya. (Darah Muda: Roma Irama)
Para pemuda pada dasarnya belum banyak memiliki pengalaman karena usianya serta kegiatannya yang begitu banyak. Oleh karena itu, terkadang pemuda kurang bijaksana dan kurang mempunyai wawasan dalam bertbagai tindakan dan siskap. Sehingga diperlukan suatu pembekalan kepada para pemuda berupa keilmuan dan pengalaman sehingga mampu menjalankan perannya dengan baik. Walaupun demikian tidak sedikit juga para pemuda yang memiliki pengalaman dan ilmu sehingga mampu bersikap bijaksana dalam menjalankan kehidupannya. Ingin mewujudkan sebuah misi dan cita-cita yang besar mesti mempunya banyak ilmu dan pengetahuaan yang akan dipergunakan dengan bijak.

Ketujuh, Pembentukan Kepribadian Kepemimpinan
Pembentukan pribadi-pribadi para pemuda perlu dilakuakan tiada henti agar pembekalan ini mampu memberikan hasil yang optimal berupa terlaksananya peran pemuda yang optimal dengan terbentuknya pribadi-pribadi yang siap menjadi pemimpin dan siap juga untuk dipimpin. Untuk sebuah cita-cita yang besar pemuda harus bermimpi besar, jangan hanya jadi penonton tapi ahrus jadi pelakunya, lebih-lebih penggerak atau pemimpimnya. Oleh sebab itu bekal pribadi yang berjiwa pemimpin mutlak dililiki.
Pada dasarnya kesemua bekal di atas merupakan ciri khas orang-orang yang telah menepati janjinya kepada Allah. Juga merupakan kelebihan para pemuda muslim yang tidak pernah rendah diri menghadapi ejekan dan caci maki manusia sekitarnya. Oleh karena itu, bila kita mengikuti kembali dinamika perkembangan sejarah dalam setiap dimensinya, maka kita akan tahu bahwa yang menjadi tiang penyangga kebangkitan Islam, yang menjadi pengibar panji-panjinya dan menjadi panglima perangnya semua itu di dominasi oleh tunas-tunas muda muslim yang sarat dengan iman. Merekalah yang di katakana pemuda-pemuda beriman, dan untuk merekalah Allah memberikan tambahan taufik dan hidayah-Nya.
Para pemuda atau Mahasiswa hendaknya menyadari bahwa ia punya potensi yang begitu besar dan juga punya tanggungjawab yang besar kepada umat, agama dan bangsa. Kejayaan Islam dan kesalehan umat kedepan tergantung pemudanya hari ini. Maka dari beberapa sifat itu dapat disimpulkan kepada 5 komponen besar yaitu :
¢      Spiritual yang mendalam
¢      Idealis dan konsisten
¢      Ilmu yang luas dan pemikiran yang mapan
¢      Terlibat langsung dalam pemecahan masalah umat & bangsa.
¢      Menjadi perekat berbagai komponen demi kemajuan bangsa
Maka azamkan: “jika keringat, darah dan air mata ini mampu membuat peradaban ini menjadi lebih baik, maka kami pemuda atau Mahasiswa Islam siap melepaskan jiwa ini dengan senyuman yang paling menawan…”
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk”. (QS. Al-Kahfi: 13) … Wallahu 'alam…

                  
                  
                   Ust H Hasbullah Ahmad
                   081366174429 eMail : hasbullahdoseniain@gmail.com
                   Website : www.usthasbullahahmadma.blogspot.com
                   hasbullahdaengmasaleh.facebook

Senin, 29 April 2013

Indahnya Makna Cinta Dalam Islam


Indahnya Makna Cinta dalam Islam
 Oleh Ust H Hasbullah Ahmad
Dosen Tetap Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, 
Penulis Buku Mewujudkan Ketenangan Jiwa, GP Press Jakarta dan Nikmatnya Sholat Sunnah Referensi Jakarta

Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. Naudzu biLLAH…

Kita tidak ingin cinta palsu itu menyelimuti kita dan keluarga kita, tapi kita berharap lahir cinta murni yang hakiki dan tak akan putus hingga akhir hidup ini sampai akhirat nanti. Tapi jangan Khawatir Jalaluddin Rumi seorang ahli sufi pernah mengatakan cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya cinta. SubhanaLLAH.

Namun hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah. Itulah para pecinta dunia, harta dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang begitu agung, cinta yang murni.

Cinta Allah cinta yang tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, tak ada tatapan kuyu. Yang ada adalah tatapan optimis menghadapi segala cobaan, dan rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi yakni syahid di jalan-Nya. Firman Allah QS. Ali ‘Imran 3:31: “ Katakanlah : ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya, Allah  mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Allah maha pengampun lagi maha penyayang”

Cinta adalah perasaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri. Dan terpautnya hati orang yang mencintai terhadap orang yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang selalu ceria. Cinta dalam pengertian seperti ini adalah merupakan perasaan mendasar dalam diri manusia yang tidak dapat terlepas. Dalam banyak hal, cinta untuk mengontrol keinginan kearah yang lebih baik dan positif. Hal ini dapat terjadi jika seseorang yang mencintai menjadikan cintanya sebagai sarana untuk meraih hasil yang baik dan mulia guna meraih kehidupan, sebagaimana kehidupan orang-orang pilihan dan suci dan orang –orang yang bertaqwa yang selalu berbuat baik.

Dalam al-Qur'an diajarkan bahwa perasaan cinta ditujukan semata-mata kepada sang Pencipta, sehingga cinta kepada-Nya jauh melebihi cinta pada sesama makhluknya. Justru, cinta pada makhluknya dicurahkan semata-mata karena mencintai-Nya. firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah, 2:165 “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”

Indikator perasaan cinta kepada Allah merupakan pembeda dan garis pemisah antara orang-orang yang beriman dengan yang tidak beriman. Orang yang beriman akan memberikan porsi, intensitas, dan kedalaman cintanya yang jauh lebih besar pada Allah. Sedangkan orang yang tidak beriman akan memberikannya justru kepada selain Allah, yaitu pada makhluk, harta, atau kekuasaan.

Cinta dalam al-Qur'an terbagi dalam tingkatan-tingkatan, Adapun dasar tentang tingkatan cinta dalam Islam, adalah firman Allah  QS At Taubah 9:24  “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, pasangan-pasangan, dan kaum keluarga  kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”

Tak jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang mengatakan mencintai Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa ada bukti yang diberikan. Di saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkanya dari apa yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Di saat Allah memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring sakit. Bahkan seorang pejabat dari jabatannya, Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suami pun tak punya gairah dalam hidup. Di saat harta yang dimiliki hangus terbakar, banyak orang yang hijrah kerumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya pada-Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya. Ingat Firman Allah QS al-Ankabut, 29: 2  "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?... WaLLAHu 'Alam.. Iyadzu biLLAH. J

Jumat, 05 April 2013

Profesional dan Proporsional seorang Pemimpin (Seri Khutbah Jumat)


Oleh Ust H. Hasbullah Ahmad[1] 081366174429

Profesional dan Proporsional 
seorang Pemimpin akan membuahkan kesejahteraan Ummat
Masjid Agung al-Falah Jambi 5 April 2013
الحمدُ لله الَّذِي كوَّنَ الأشياءَ وأحْكمهَا خَلْقاً، وفتقَ السموات والأرضَ، وكانتا رَتْقاً، وقسَّمَ بحكمتِه العبادَ فأسعدَ وأشْقى، وجعلَ للسعادةِ أسباباً فسَلكهَا منْ كانَ أتْقَى، فَنَظَر بعينِ البصيرةِ إلى العواقبِ فاختارَ ما كَان أبْقَى، أحمدُه وما أقْضِي له بالحمدَ حقَّاً، وأشكُره ولم يزَلْ لِلشُّكر مستحِقَّاً، وأشْهدُ أنْ لا إِلهَ إِلاَّ الله وحده لا شريكَ له مالكُ الرقاب كلِّها رِقَّاً، وأشهد أنَّ محمداً عبدُه ورسولُه أكمل البشر خُلُقاً وخَلْقَاً صلى الله عليه وعلى آلِهِ وأصحابِه الناصرينَ لدينِ الله حقاً، وسلَّمَ تسليماً كثيرا.. أمَّابَعْدُ  أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فقال عزّ من قائل : يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Jama'ah Jumat yang dirahmati Allah SWT.
Allah SWT menggambarkan kesuksesan kepemimpinan para Nabi dan Rasul dalam mewujudkan ummat yang sejahtera dengan jargon بلدة طيبة ورب غفور Kesuksesan tersebut merupakan pelajaran bagi kita dalam mewujudkan pemimpin yang profesional dan proporsional dalam mewujudkan kesejahteraan ummat[2], sebagaimana Firman Allah SWT:
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَآ إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاَةِ وَإِيتَآءِ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
Artinya : Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu mengabdi (QS al-Anbiya 73)

Ayat ini berbicara pada tataran ideal tentang sosok pemimpin yang akan memberikan dampak kebaikan dalam kehidupan rakyat secara keseluruhan, seperti yang ada pada diri para nabi manusia pilihan Allah. Karena secara korelatif, ayat-ayat sebelum dan sesudah ayat ini dalam konteks menggambarkan para nabi yang memberikan contoh keteladanan dalam membimbing umat ke jalan yang mensejahterakan umat lahir dan bathin. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ayat ini merupakan landasan prinsip dalam mencari figur pemimpin ideal yang akan memberi kebaikan dan keberkahan bagi bangsa dimanapun dan kapanpun[3].

Jama'ah Jumat yang dirahmati Allah SWT.
Ayat yang berbicara tentang kriteria pemimpin yang ideal secara profesional dan proporsional yang senada dengan ayat di atas adalah surah As-Sajdah: 24:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”.

Kesabaran dalam menegakkan kebenaran dengan tetap komitmen menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah.[4] Tentu bagi seorang pejabat tinggi, tetap komitmen dengan kebenaran membutuhkan mujahadah dan kesabaran yang jauh lebih besar karena akan berhadapan dengan pihak yang justru menginginkan tersebarnya kebathilan dan kemaksiatan di tengah-tengah umat[5]. Iyadzu biLLAH

Jama'ah Jumat yang dirahmati Allah SWT.
Menurut Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim, ciri utama yang disebutkan di awal kedua ayat yang berbicara tentang kepemimpinan ideal adalah bahwa para pemimpin itu senantiasa mengajak rakyatnya kepada jalan Allah dan kemudian secara aplikatif mereka memberikan keteladanan dengan terlebih dahulu mencontohkan pengabdian dalam kehidupan sehari-hari yang dicerminkan dengan menegakkan shalat dan menunaikan zakat, sehingga mereka termasuk kelompok ‘عابد’ yang senantiasa tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah swt dengan merealisasikan ajaran-ajaranNya yang mensejahterakan[6].

وكانوا لنا عابدين bukan وكانوا عابدين merupakan penegasan bahwa perbuatan baik yang mereka perbuat lahir dari rasa iman kepada Allah dan jauh dari kepentingan politis maupun semata-mata malu dengan jabatannya. Maka kata لنا (hanya kepada Kami) adalah batasan bahwa hanya kepada dan karena Allah mereka berbuat kebaikan selama masa kepemimpinannya.[7]

Imam Asy-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menambahkan bahwa kriteria pemimpin yang memang harus ada adalah keteladanan dalam kebaikan secara universal sehingga secara eksplisit Allah menegaskan tentang mereka: Telah Kami wahyukan kepada mereka  untuk senantiasa mengerjakan beragam kebajikan. فعل الخيرات  yang senantiasa mendapat bimbingan Allah adalah beramal dengan seluruh syariat Allah secara integral dan paripurna dalam seluruh segmen kehidupan.[8]

Jama'ah Jumat yang dirahmati Allah SWT.
Yang sangat menarik untuk dicermati secara redaksional dalam Firman Allah ini adalah pilihan kata أئمة dalam kedua ayat tadi. Kepemimpinan umumnya menggunakan terminologi khalifah atau Amir. Tentu pilihan kata tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi aspek keindahan bahasa Al-Qur’an sebagai bagian dari kemu’jizatan al-Qur’an, tetapi lebih dari itu merupakan sebuah isyarat tentang sosok pemimpin yang sesungguhnya diharapkan, yaitu sosok pemimpin dalam sebuah negara atau masyarakat idealnya adalah juga layak menjadi pemimpin dalam kehidupan beragama bagi mereka. Mereka bukan hanya tampil di depan dalam urusan dunia, tetapi juga tampil di barisan terdepan dalam urusan agama.[9] Inilah yang sering diistilahkan dengan agamawan yang negarawan atau negarawan yang agamawan.

Dan memang sejarah kesuksesan kepemimpinan terdahulu yang berdampak pada kebaikan dan kesejahteraan masyarakatnya seperti kepemimpinan di era Rasulullah dan para sahabatnya adalah bahwa pemimpin negara di masa itu juga pada masa yang sama adalah pemimpin shalat.[10] Tidak pernah terjadi, bahwa pemimpin Negara saat itu hanya memiliki kualifikasi kepemimpinan dalam memenej negara, tetapi juga dalam memelihara dan mempertahankan kehidupan beragama umat.  Karena urusan duniawi dan ukhrawi sesungguhnya merupakan satu kesatuan yang sinergis dalam totalitas ajaran Islam. Perhatian pemimpin yang parsial pada salah satu aspek tertentu menunjukkan minimnya atau ketidak mampuannya menjadi ‘imam’ atau pemimpin.

Jama'ah Jumat yang dirahmati Allah SWT.
Track record merupakan kunci membuka kepribadian seorang pemimpin; bagaimana shalatnya, amalnya, kiprahnya, kinerjanya dan kehidupan sehari-harinya bersama keluarga, masyarakat dan sebagainya yang sangat layak untuk dijadikan parameter untuk mengukur kelayakan seseorang menjadi pemimpin dalam semua levelnya, baik pemimpin dalam skala lokal maupun nasional.. Sehingga seorang sahabat yang sangat Zuhud dan Profesional dalam memimpin yaitu Umar bin Khattab sangat selektif dalam memilih atau mengangkat pejabat yang akan membantunya dalam mensukseskan kepemimpinanya secara kolektif. Beliau hanya akan mengangkat pejabat yang dikenal kebaikannya secara umum. Bahkan Umar pernah marah kepada sahabat yang mengangkat pejabat dari orang yang tidak dikenalnya. Umar bertanya memastikan pengenalannya terhadap seseorang yang diangkatnya: “Sudahkah kamu pergi bersamanya? Sudahkah kamu bersilaturahim ke rumahnya? Sudahkah kamu berbisnis dengannya? Dan sederetan pertanyaan lain yang membuka sosok pejabat yang akan dilantiknya tersebut”[11].SubhanaLLAH.

Jama'ah Jumat yang dirahmati Allah SWT.
Maka membangun kebaikan sebuah masyarakat atau bangsa harus diawali dengan menciptakan para pemimpin yang حراسة الدين (memelihara dan mempertahankan ajaran agama) dan سياسة الدنيا (merancang strategi untuk kebaikan duniawi)dalam seluruh levelnya yang shalih dan profesional yang akan menyebarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat mereka dalam mewujudkan kesejahteraan.[12]

Maka Pemimpin yang profesional dan proporsional adalah faktor penting dalam kehidupan bermasyarakat. Jika pemimpin itu jujur, baik, cerdas dan amanah, niscaya membuahkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur, korup, serta menzalimi rakyatnya, niscaya rakyatnya pun akan sengsara. Iyadzu biLLAH

Islam memberikan pedoman dalam memilih pemimpin yang baik Dalam Al Qur’an, Allah SWT memerintahkan ummat Islam untuk memilih pemimpin yang baik dan beriman. Selain beriman, seorang pemimpin juga harus adil:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ للهِ شُهَدَآءَ بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرُُ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmuterhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akamu kerjakan.” (Q.s. Al-Maidah 5: 8)

Keadilan yang diserukan al-Qur’an pada dasarnya mencakup keadilan di bidang ekonomi, sosial, dan bidang hukum yang merupakan sumber kesejahteraan ummat.[13] Seorang pemimpin yang adil, indikasinya adalah selalu menegakkan supremasi hukum; memandang dan memperlakukan semua manusia sama di depan hukum, tanpa pandang bulu. Hal inilah yang telah diperintahkan al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah ketika bertekad untuk menegakkan hukum (dalam konteks pencurian), walaupun pelakunya adalah putri beliau sendiri, Fatimah, sebagaimana sabdanya :
إنّما هلك الذين من قبلكم أنهم كانوا إذا سرق فيهم الشريف تركوه، وإذا سرق فيهم الضعيف أقاموا عليه الحدَّ، وايم اللّه لو أنَّ فاطمة بنت محمَّدٍ سرقت لقطعت يدها".
"Sesungguhnya telah binasa umat sebelum kalian, karena bila yang mencuri adalah orang kaya atau berpengaruh mereka diamkan dan tinggalkan, akan tetapi bila yang mencuri adalah orang yang lemah meraka menghukumnya dengan keras. Nabi setelah menyampaikan hal tersebut langsung mengatakan "Aku bersumpah atas Nama Allah apabilaAnakku Fathimah mencuri aku sendiri yang akan memotong tangannya". (HR Mutaffaqun 'Alaihi)[14]

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT.
Maka Pilih pemimpin yang mau mencegah dan memberantas kemungkaran seperti korupsi, nepotisme, manipulasi, Pilih pemimpin yang bisa mempersatukan ummat, bukan yang fanatik terhadap kelompoknya sendiri. Pilih pemimpin yang amanah, sehingga dia benar-benar berusaha mensejahterakan rakyatnya. Pilih pemimpin yang cerdas, sehingga dia tidak bisa ditipu oleh anak buahnya atau kelompok lain sehingga merugikan masyarakat. Pemimpin yang cerdas punya visi dan misi yang jelas untuk memajukan dan mensejahterakan rakyatnya. Semoga Allah terus melimpahkan berkah dan rahmatnya untuk Jambi  yang artinya Jadikan Al-Qur'an Membangun Bangsa Indonesia.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.





[1] Dosen Tetap Ilmu-Ilmu al-Qur'an dan Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi dan Narasumber Tetap Dialog Interaktif Khazanah Islam Jambi TV dan RRI Jambi, Pembimbing Manasik Haji Nidaurrahman Jambi
[2] Haron Din, Manusia dan Agama, (Malaysia: National University of  Malaysia Press, 1997 : 191 lihat juga dalam Said Aqil Husin al-Munawwar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur'ani, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), 154
[3] 'A<li 'Abd al-H{ali>m Mah{mu>d, al-Tarbiyyah al-Ijtima>'iyyah al-Isla>miyyah, (Qa>hirah : Da>r al-Tawzi>' wa al-Nashr al-Isla>miyyah, 2001) , 124.
[4] al-Ima>m al-Jalil al-Ha>fiz{ 'Ima>d al-Dyn Abi> al-Fida>'I Isma>'i>l Ibn Kathi>r al-Dimashqi>, Tafsir al-Qur'an al-Adhim, Juz 2, (Mesir : Da>r al-Fikr, tth.) 224
[5] Umar Shihab, Kontekstulisasi al-Qur'an, (Jakarta : Penamadani, 2003), 87 
[6] al-Ima>m al-Jalil al-Ha>fiz{ 'Ima>d al-Dyn Abi> al-Fida>'I Isma>'i>l Ibn Kathi>r al-Dimashqi>, Tafsir al-Qur'an al-Adhim, Juz 3, (Mesir : Da>r al-Fikr, tth.) 165
[7] Wahbah al-Zuh{ayli, Tafsi>r al-Muni>r,  juz 17 (Lubnan: Da>r al-Fikr, 1992). 129 lihat juga dalam Muhammad Ibrahim Ismail, al-Qur'an wa I'Ja>zuhu al Tashri', (ttp: Da>r al Fikr al-'Arabi, 1978) 210 bandingkan dengan M Dawam Rahardjo, "Taqwa dan Pembentukan Masyarakat Egalitarian", Ensiklopedi al-Qur'an Tafsir Sosial berdasarkan konsep-konsep kunci, (Jakarta : Paramadina, 2002), 340 
[8] Ima>m al-Shawkani, Tafsi>r Fath al-Qadir, jilid 2 (Mesir, Da>r al Kutub, tth), 175
[9] M Quraish Shihab "Potret Masyarakat Qur'ani" dalam Masyarakat Qur'ani Hasan M Noer (ed), (Jakarta: Penamadani, 2010), 91.
[10] Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, Sirah al-Nabawiyyah wa al-Khulafa'a al Rashidin, (Damasqus, Dar al-Fikr, 2000), 133, bandingkan juga dengan membaca dalam buku Afzalurrahman, Muhammad as Millitary Leader, (Lahore Pakistan:  Islamic Publication,  1990).
[11] Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, Sirah al-Nabawiyyah wa al-Khulafa'a al Rashidin, (Damasqus, Dar al-Fikr, 2000), 254 lihat juga dalam Abdurrahman Raf'at al-Basha, Shuwar min Hayati al-Shahabah, (Mesir:Dar al-Fikr, 1998), 57
[12] Wahbah al-Zuhayli, Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari'ah wa al-Manhaj, jilid 8, (Damaskus : Da>r al-Fikr, 2007), 378 lihat juga dalam Abu Hasan al-Mawardi, al-Ahka>m al-Sult}a>niyyah, (Mesir, Da>r al-Thawa>b, tth), 249.
[13] Wahbah al-Zuhayli, Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari'ah wa al-Manhaj, jilid 9, (Damaskus : Da>r al-Fikr, 2007), 322 
[14] Abi> 'Abdillah Muhammad ibn Isma>'il bin Ibra>him al-Bukha>ri>, S{ahih al-Bukha>ri, (Qahirah, Da>r al-Jawziyah, 2010) 577.

Senin, 01 April 2013

Jadual Interaktif Khazanah Islami April 2013


Jadual Interaktif  Khazanah Islami
Bulan April 2013
Setiap Hari Jam 15.30-16.30 JAMBI TV
No
Tgl
Hari
Hijriyah
Nara Sumber
Thema Bahasan
Presenter
1
1
Senin
20 Jmd Awal
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Motivasi
Dila
2
2
Selasa
21 Jmd Awal
Ust H Umar, Lc
Kajian Akhlaq
Dian
3
3
 Rabu
22 Jmd Awal
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Tafsir
Adeni
4
4
 Kamis
23 Jmd Awal
Ust H Sholeh Kiyani, Lc
Kajian Fiqh Praktis
Dian
5
5
 Jum’at
24 Jmd Awal
Ust H Amran Nasution, MA. Ph.D
Kajian Hadis
Dila
6
6
Sabtu
25 Jmd Awal
Ust Sofyan Ramli, M.Ag
Kajian al-Qur'an
Adeni
7
7
Minggu
26 Jmd Awal



8
8
Senin
27 Jmd Awal
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Motivasi
Dila
9
9
Selasa
28 Jmd Awal
Ust H Umar, Lc
Kajian Akhlaq
Dian
10
10
 Rabu
29 Jmd Awal
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Tafsir
Adeni
11
11
 Kamis
30 Jmd Awal
Ust H Sholeh Kiyani, Lc
Kajian Fiqh Praktis
Dian
12
12
 Jum’at
1 Jmd Tsani
Ust H Amran Nasution, MA. Ph.D
Kajian Hadis
Dila
13
13
Sabtu
2 Jmd Tsani
Ust Sofyan Ramli, M.Ag
Kajian al-Qur'an
Adeni
14
14
Minggu
3 Jmd Tsani



15
15
Senin
4 Jmd Tsani
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Motivasi
Dila
16
16
Selasa
5 Jmd Tsani
Ust H Umar, Lc
Kajian Akhlaq
Dian
17
17
 Rabu
6 Jmd Tsani
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Tafsir
Adeni
18
18
 Kamis
7 Jmd Tsani
Ust H Sholeh Kiyani, Lc
Kajian Fiqh Praktis
Dian
19
19
 Jum’at
8 Jmd Tsani
Ust H Amran Nasution, MA. Ph.D
Kajian Hadis
Dila
20
20
Sabtu
9 Jmd Tsani
Ust Sofyan Ramli, M.Ag
Kajian al-Qur'an
Adeni
21
21
Minggu
10 Jmd Tsani



22
22
Senin
11 Jmd Tsani
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Motivasi
Dila
23
23
Selasa
12 Jmd Tsani
Ust H Umar, Lc
Kajian Akhlaq
Dian
24
24
 Rabu
13 Jmd Tsani
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Tafsir
Adeni
25
25
 Kamis
14 Jmd Tsani
Ust H Sholeh Kiyani, Lc
Kajian Fiqh Praktis
Dian
26
26
 Jum’at
15 Jmd Tsani
Ust H Amran Nasution, MA. Ph.D
Kajian Hadis
Dila
27
27
Sabtu
16 Jmd Tsani
Ust Sofyan Ramli, M.Ag
Kajian al-Qur'an
Adeni
28
28
Minggu
17 Jmd Tsani



29
29
Senin
18 Jmd Tsani
Ust H Hasbullah Ahmad, MA
Kajian Motivasi
Dila
30
30
Selasa
19 Jmd Tsani
Ust H Umar, Lc
Kajian Akhlaq
Dian