Indahnya Makna
Cinta dalam Islam
Oleh Ust H Hasbullah
Ahmad
Dosen Tetap Tafsir
Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN STS
Jambi,
Penulis Buku Mewujudkan Ketenangan Jiwa, GP Press Jakarta dan Nikmatnya Sholat Sunnah Referensi Jakarta
Seorang peneliti dari Researchers
at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya
yang begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui
titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat
kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Menurutnya, rasa
tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan
pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin,
feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia,
berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan
terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu
berkurang lalu menghilang. Naudzu biLLAH…
Kita tidak ingin cinta
palsu itu menyelimuti kita dan keluarga kita, tapi kita berharap lahir cinta
murni yang hakiki dan tak akan putus hingga akhir hidup ini sampai akhirat
nanti. Tapi jangan Khawatir Jalaluddin Rumi seorang ahli sufi pernah
mengatakan cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya
tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan.
Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh
menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi
nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi,
menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan
padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya cinta. SubhanaLLAH.
Namun hati-hati juga
dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang
gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja
menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta palsu. Cinta yang
tidak dilandasi kepada Allah. Itulah para pecinta dunia, harta dan wanita. Dia
lupa akan cinta Allah, cinta yang begitu agung, cinta yang murni.
Cinta Allah cinta yang
tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan
Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, tak ada tatapan kuyu.
Yang ada adalah tatapan optimis menghadapi segala cobaan, dan rintangan dalam
hidup ini. Tubuh yang kuat dalam beribadah dan melangkah menggapai cita-cita
tertinggi yakni syahid di jalan-Nya. Firman Allah QS. Ali ‘Imran 3:31: “
Katakanlah : ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku,
niscaya, Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Allah maha
pengampun lagi maha penyayang”
Cinta adalah perasaan
jiwa, getaran hati, pancaran naluri. Dan terpautnya hati orang yang mencintai
terhadap orang yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang
selalu ceria. Cinta dalam pengertian seperti ini adalah merupakan perasaan
mendasar dalam diri manusia yang tidak dapat terlepas. Dalam banyak hal, cinta
untuk mengontrol keinginan kearah yang lebih baik dan positif. Hal ini dapat
terjadi jika seseorang yang mencintai menjadikan cintanya sebagai sarana untuk
meraih hasil yang baik dan mulia guna meraih kehidupan, sebagaimana kehidupan
orang-orang pilihan dan suci dan orang –orang yang bertaqwa yang selalu berbuat
baik.
Dalam al-Qur'an diajarkan
bahwa perasaan cinta ditujukan semata-mata kepada sang Pencipta, sehingga cinta
kepada-Nya jauh melebihi cinta pada sesama makhluknya. Justru, cinta pada
makhluknya dicurahkan semata-mata karena mencintai-Nya. firman Allah SWT dalam
QS Al Baqarah, 2:165 “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada
Allah.”
Indikator perasaan cinta
kepada Allah merupakan pembeda dan garis pemisah antara orang-orang yang
beriman dengan yang tidak beriman. Orang yang beriman akan memberikan porsi,
intensitas, dan kedalaman cintanya yang jauh lebih besar pada Allah. Sedangkan
orang yang tidak beriman akan memberikannya justru kepada selain Allah, yaitu
pada makhluk, harta, atau kekuasaan.
Cinta dalam al-Qur'an
terbagi dalam tingkatan-tingkatan, Adapun dasar tentang tingkatan cinta dalam
Islam, adalah firman Allah QS At Taubah
9:24 “Jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, pasangan-pasangan, dan kaum keluarga kalian, harta
kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya,
dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, lebih kalian cintai daripada
Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik”
Tak
jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang mengatakan mencintai
Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa ada bukti
yang diberikan. Di saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkanya dari apa
yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya.
Di saat Allah memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis
itu langsung lemah dan terbaring sakit. Bahkan seorang pejabat dari jabatannya,
Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suami pun
tak punya gairah dalam hidup. Di saat harta yang dimiliki hangus terbakar,
banyak orang yang hijrah kerumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari
Allah, karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya pada-Nya.
Allah menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya,
justru sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil
nikmat yang dicurahkan-Nya. Ingat Firman Allah QS al-Ankabut, 29: 2 "Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang
mereka tidak diuji lagi?... WaLLAHu 'Alam.. Iyadzu biLLAH. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar