Senin, 01 April 2013

قواعد فى التفسير القران Kaidah-Kaidah Penafsiran al-Qur'an


قواعد فى التفسير القران
الموضوعات المتعلقة بالبحث
كتبه استاذ الحاج حسب الله أحمد
         Penjelasan Lingkup Kajian dan Sistematika Kuliah & Evaluasi Pertemuan 1
         Pedoman Umum Penafsiran al-Qur’an Pertemuan 2 & 3
         Kaidah Penafsiran yang terkait dengan bahasa Pertemuan 3, 4 dan 5
         Kaidah Penafsiran yang terkait dengan Hukum pertemuan 6, 7 dan 8
         Kaidah Penafsiran yang terkait dengan Ilmu-ilmu al-Qur’an pertemuan 9, 10 dan 11
         Kaidah Penafsiran yang terkait dengan Tauhid pertemuan 12, 13 dan 14
         Kaidah Penafsiran yang terkait dengan Pedoman Hidup pertemuan 15 dan 16

Pertemuan Pertama
Sistematika Perkuliahan
Penjelasan Lingkup Kajian Kaidah-kaidah Penafsiran al-Qur'an
Sistematika Evaluasi atau Penilaian

Pertemuan Kedua dan Ketiga
Pedoman Umum Penafsiran al-Qur'an
1.       Tata Cara Menafsirkan al-Qur'an
      Dalam mencapai Penafsiran yang Profesional dan Proforsional maka, diperlukan langkah yang strategis dalam mencapai harapan tersebut, dengan mengikuti pagar-pagar metodologi yang normatif, sebagaimana yang diingatkan Allah SWT dalam al-Qur'an وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ "Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung"[1]
      Al-Qur'an memberikan petunjuk terbaik dalam hidup kita[2], maka untuk mencapai petunjuk dengan maksimal kita harus mengkaji, menafsirkan dan mendalami al-Qur'an sebagaimana Rasulullah dan Para Sahabat menemukan makna-maknanya yang universal secara sistematik. Umar ibn Khattab dan para sahabat lain mempunyai kebiasaan yaitu berhenti terlebih dahulu setiap kali mereka membaca lebih kurang 10 ayat al-Qur'an, berhenti untuk memahami, mendalami dan juga mengaplikasikan keuniversalan maknanya baik yang berhubungan dengan Iman, Ilmu dan Amal.
      Metode yang ditempuh dalam dalam mewujudkan penafsiran yang baik adalah pertama Meyakini dan mengimani segi-segi Akidah dan Informasi yang ada dalam al-Qur'an dan yang kedua Mematuhi perintah dan menjauhi larangan secara maksimal serta mengimplementasikannya dalam aktivitas hidup. Sebagaimana informasi yang disampaikan Aisyah RA bahwa ternyata Rasul Akhlaqnya adalah al-Qur'an وكان رسول الله خلقه القران konsep inilah yang sepatutnya kita aplikasikan dalam menafsirkan al-Qur'an.
2.      Kewajiban memperhatikan Konskwensi Makna redaksi al-Qur'an
      Memahami dan memperhatikan redaksi ayat haruslah dengan konskwensi makna yang relevan, yang tujuannya adalah merangsang ketajaman berfikir, mencerahkan prespektif normatif, meluaskan khazanah dan juga mengkonsistensikan tujuan kita dalam menafsirkan redaksi makna dalam al-Qur'an.
      Maka memahami pengertian ayat, lalu memikirkan masalah yang berkaitan dengannya, kemudian mengembangkannya, lalu melakukan perenungan secara kontinyu yang Insya Allah sampai akhirnya akan lahir kepekaan dalam menyelami makna yang sukar untuk dipahami, semua itu efektif dilakukan dengan Iman dan Ilmu. Diantara Misal terhadap kaidah ini adalah :
1. Realisasi Makna al-Asma' al-Husna.
Semua Asma al-Husna memaknai sifat Allah SWT yang Maha Segala-Galanya dan tidak ada seorangpun yang mampu untuk memiliki sifat kesempurnaan Allah SWT. seperti Al-Rahman dan al-Rahim. Dengan memahami sifat tersebut maka akan timbul dalam diri kita bahwa Allah adalah Maha sedangkan kita adalah kecil, maka dengan metode ini akan melahirkan harmonisasi kita kepada Allah حبل من الله  dan Juga Interaksi baik dengan sesama حبل من الناس
2. Memaknai Amanah dan Adil
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil."[3]
Maka konskwensi memaknai ayat ini adalah wajib hukumnya memelihara dan menjaga amanah, jangan menganggap remeh amanah apalagi mengkhianatinya karena tidak akan mungkin mencapai Ridha Allah tanpa memelihara dan menjaga Amanah. Begitu juga dalam perintah berlaku adil apalagi dalam menetapkan hukum, maka untuk mencapai keadilan dalam hukum seorang hakim mesti memiliki kualifikasi dan kapabilitas tentang hukum, tidak memutuskan mengikut nafsu.
3. Memaknai Jihad dengan benar
Banyak ayat al-Qur'an yang memerintahkan kita untuk berjihad yang dibarengi dengan kesiapan yang matang dan normatif, sebagaimana firman Allah :
وَأَعِدُّوا لَهُم مَّااسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi"[4]
Konskwensi yang lahir dari redaksi ayat ini adalah dalam berjuang dijalan Allah untuk mencapai keridhaannya maka kita wajib mempersiapkan segala sesuatu dengan maksimal agar perintah itu dalam terlaksana dengan baik, apapun profesi dan kerja kita baik itu fisik maupun materi.
3.      Tidak ada ayat al-Qur'an yang saling bertentangan
      Ta'arudh (pertentangan) yang terjadi dalam al-Qur'an adalah merupakan anggapan orang yang tak berilmu, karena al-Qur'an harus dipahami secara universal sesuai konteks pembicaraannya. Maka yang harus ditempuh dalam merealisasikan kaidah ini adalah adalah membutuhkan kejelian dalam memahami redaksi ayat al-Qur'an secara komprehensif. Misal ayat yang dianggap ta'arudh :
1. Hubungan darah di Akhirat
QS Abasa 80 : 34-35
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ  وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ  وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ 
"Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya."
QS al-Syu'ara 26: 88-89
يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ  إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
Seolah-olah bertentangan dengan QS al-Thur 52 : 21
وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآأَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ
Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.
Padahal ayat ini dikompromikan bahwa yang tidak ada hubungan diakhirat adalah karena suasana dan keadaan yang berbeda yang satu mukmin dan yang lain kafir tau yang satu di syurga dan yang lain di neraka.
2. Interaksi dengan orang Kafir
Seolah ada Kontradiksi antara QS al-Tawbah 9 : 23 yang melarang berinteraksi dengan orang kafir
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَتَّخِذُوا ءَابَآءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَآءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى اْلإِيمَانِ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu,jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa yang di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Sedangkan Allah SWT membolehkan kita berinteraksi dengan orang kafir sebagaimana QS al-Mumtahanah 60 : 8
لاَيَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
4.      Petunjuk al-Qur'an tetap relevan setiap ruang dan waktu
Petunjuk dan Ketentuan dalam al-Qur'an yang berkaitan dengan adat kebiasaan yang baik (al-'urf) tetap sejalan dan seirama dengan dinamika waktu, tempat dan keadaan. Istilah yang sering ditawarkan dalam kaidah ini adalah القران صالح فى كل مكان وزمان (al-Qur'an relevan disetiap ruang dan waktu), seperti tentang berbuat baik, al-'Amr bi al-Ma'ruf dan al-Nahy bi al-Munkar dan lain-lain.
5.      Pengertian yang Samar dirujuk kepada yang jelas
Menafsirkan al-Qur'an terhadap masalah-masalah yang samar atau meragukan, maka mesti dirujuk kepada permasalahan yang sudah jelas statusnya. Sebagaimana dirumuskan dalam kaidah ushul :
الموهوم لايدفع المعلوم : Sesuatu yang meragukan tidak dapat mengeyampingkan sesuatu yang meyakinkan. Begitu juga dengan المجهول لا يعارض المحقق : Sesuatu yang tidak diketahui tidak dapat mengimbangi suatu yang telah jelas. Sebagaimana dirumuskan dalam QS ali-Imran 3 : 7
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتُُ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتُُ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغُُ فَيَتَّبِعُونَ مَاتَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَآءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِ وَمَايَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِ كُلُُّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَايَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (al-Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Rabb kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
6.      Semua ayat yang menimbulkan keraguan ada penjelasannya
Terkadang dalam menafsirkan dan memahami al-Qur'an timbul keraguan tentang makna redaksi ayat al-Qur'an, tapi bila kita kaji dengan komprehensif kita akan menemukan penjelasannya pada ayat yang lain yang semakna dengannya, maka tak satupun hukum dan Informasi Allah yang menimbulkan keraguan yang tidak disertai dengan penjelasan. Misal dalam kaidah ini diantaranya adalah :
QS al-Naml 27 : 91
إِنَّمَآ أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya suci
Dalam ayat ini yang disebut hanya Mekkah, yang meragukan adalah : Apakah Sifat Rububiyyah khusus untuk orang mekkah?, maka keraguan itu terhapuskan oleh penegasan pada lanjutan ayat tersebut :
QS al-Naml 27 : 91
وَلَهُ كُلُّ شَىْءٍ
Dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu
7.      Merujuk ayat Mutashabih kepada ayat yang Muhkam
Ayat al-Qur'an bersifat Muhkam yang maksudnya adalah jelas, tegas, mudah dipahami dan terperinci maksudnya, dan juga bersifat Mutashabih yaitu serupa, samar, perlu penjelasan dan tidak mudah dipahami. Misal dari kaidah ini diantaranya adalah :
QS Fathir 35 : 8
فَإِنَّ اللهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِي مَن يَشَآءُ
Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya;
Apabila kita hanya membaca ayat tersebut dalam menafsirkan al-Qur'an, seolah-olah Allah memberi petunjuk atau menyesatkan hambanya secara acak dan tanpa sebab yang jelas, dugaan tersebut dapat dihapuskan dengan ayat-ayat lain yang menjelaskan bahwa petunjuk Allah diberikan melalui sebab-sebab yang dilakukan oleh orang yang mendapatkan petunjuk itu dan menjadi prediket dirinya. QS al-Ma'idah 5 : 16
يَهْدِي بِهِ اللهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلاَمْ وَيُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengankitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengankitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.


 

                                                                  Jambi, 2 April 2013
                                                                  Selamat Menafsirkan al-Qur'an
                                                                  Dosen Pengampu Ust H Hasbullah Ahmad
                                                                  1979121220091015 / 081366174429


[1] QS al-Baqarah 2 : 198
[2] Lihat Juga dalam QS al-Isra 17:9 ان هذا القرن يهدي للتى هى أقوم Sesungguhnya al-Qur'an memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus.
[3] QS al-Nisa 4:58
[4] QS al-Anfal 8 : 60

Tidak ada komentar:

Posting Komentar