Tema Tausiyah
GLOBAL TV
Shooting Jakarta, 14-15 April 2016
Oleh Ust DR H
Hasbullah Ahmad, MA
Tobat Kunci Pertolongan
Hadir
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian semua wahai
orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.”
(QS. An Nuur: 31)
Keutamaan Taubat
1. Taubat adalah sebab untuk meraih
kecintaan Allah ‘azza wa jalla.
إِنَّ
اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan
diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
2.Taubat merupakan sebab
keberuntungan.
وَتُوبُوا
إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kepada Allah
wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur:
31)
3.Taubat menjadi sebab diterimanya
amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya.
وَهُوَ
الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ
“Dialah Allah yang menerima
taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai kesalahan.” (QS.
Asy Syuura: 25)
Allah ta’ala juga berfirman
وَمَن
تَابَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَاباً
“Dan barang siapa yang
bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.”
(QS. Al Furqaan: 71).
4.Taubat merupakan sebab masuk
surga dan keselamatan dari siksa neraka.
فَخَلَفَ
مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ
يَلْقَوْنَ غَيّاً إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ
يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئاً
“Maka sesudah mereka
(nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam
kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman
serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam
surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59,
60)
5.Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti
dengan berbagai kebaikan.
وَمَن
يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً
فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ
غَفُوراً رَّحِيماً
“Dan barang siapa yang
melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui pembalasannya. Akan
dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya
dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal
saleh maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah
keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun
lagi maha penyayang.” (QS. Al Furqan: 68-70)
6. Taubat menjadi sebab untuk
meraih segala macam kebaikan.
فَإِن
تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ
“Apabila kalian bertaubat maka
sesungguhnya hal itu baik bagi kalian.” (QS. At Taubah: 3)
7.Taubat merupakan sebab turunnya
barakah dari atas langit serta bertambahnya kekuatan.
وَيَا
قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء
عَلَيْكُم مِّدْرَاراً وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ
تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ
“Wahai kaumku, minta ampunlah
kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya niscaya akan dikirimkan
kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat dan akan diberikan
kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang
yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
Pemimpin yang Jujur
يَـٰٓأَيُّہَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّـٰدِقِينَ
Hai orang-orang
yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang benar. (QS al-Taubah 119)
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ
بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَآ إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاَةِ
وَإِيتَآءِ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
Artinya : Kami telah menjadikan
mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami
dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu mengabdi (QS al-Anbiya
73)
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا
صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka
itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka
sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. (QS al-Sajadah
73)
Cukup Allah saja
yang menilai
حَسْبِيَ
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ
الْعَظِيمِ…
…Cukuplah Allah bagiku. Tidak
ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang
memiliki Arsy yang agung.”(At-Taubah : 129)
ثَلَاثٌ
مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga
hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2)
mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub
pada diri sendiri).” (H.R. Abdur Razaq, hadist hasan)
Cukuplah Allah… حسبى
ربى جل الله مافى قلبى غير الله
QS An-Nisa : 6
Wakafa billahi hasiiba (Cukuplah
Allah sebagai Pengawas)
QS An-Nisa : 45
Wakafa billahi waliyyan (Cukuplah
Allah sebagai Pelindung)
QS An-Nisa : 45
Wakafa billahi nashiiran
(Cukuplah Allah sebagai Penolong)
QS An-Nisa : 70
Wakafa billahi 'aliiman (Cukuplah
Allah yang mengetahui)
QS An-Nisa : 79
Wakafa billahi syahiidan (Cukuplah
Allah sebagai Saksi)
Suri Tauladan Nabi Muhammad SAW
“Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yakni bagi orang yang mengharap rahmat
Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (al-Ahzab: 21)
Sungguh telah datang kepadamu
seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin. (at-Taubah: 128)
Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung. (al-Qalam: 4),
Kenapa Rasul kita Tauladani :
1. Akhlak Rasulullah adalah
Al-Qur’an
Ketika Aisyah Radhiyallahu’anha
ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasalam, maka dia
menjawab, “Akhlaknya adalah Al Qur’an.” (HR. Abu Dawud dan Muslim)
2. Nabi Muhammad SAW Diutus
untuk Menyempurnakan Akhlak
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al Bazzaar)
3. Kebaikan itu adalah Akhlak
yang Baik
Rasulullah bersabda: “Kebajikan
ialah akhlak yang baik dan dosa ialah sesuatu yang mengganjal dalam dadamu dan
kamu tidak suka bila diketahui orang lain.” (HR. Muslim)
4. Rasulullah adalah orang yang
paling dermawan
Anas Radhiyallahu’anhu berkata,
“Rasulullah adalah orang yang paling baik, paling dermawan (murah tangan), dan
paling berani”. (HR. Ahmad)
5. Nabi Muhammad Selalu
Ramah Pada Siapapun, Bahkan pada Maula (Pembantu Rumah
Tangga Beliau).
Anas RA, pembantu rumah tangga Nabi
Muhammad SAW berkata, “Aku membantu rumah tangga Nabi SAW sepuluh tahun
lamanya, dan belum pernah beliau mengeluh “Ah” terhadapku dan belum pernah
beliau menegur, “kenapa kamu lakukan ini atau kenapa tidak kau lakukan ini.” (HR.
Ahmad)
Allah SWT Tempat bersandar
Menyandarkan hati kepada Allah SWT
adalah termasuk ibadah yang sangat diperintahkan dalam Islam. Hal itu karena
seorang hamba selalu memerlukan Rabb-nya dalam setiap keadaan.
Allah SWT sendiri telah menyifati
diri-Nya dengan Dzat yang menjadi tempat bergantungnya segala sesuatu,
sebagaimana firman-Nya:
الله الصمد
Allah adalah Rabb yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. (QS. al-Ikhlâsh: 2)
Ibrahim berkata: ”ash-Shamad artinya
Dzat yang menjadi tempat bergantungnya para hamba dalam
kebutuhan-kebutuhannya”. (ad-Durr al-Mantsūr, jilid 15, hlm. 782)
Dan
barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta". (QS. Thaha 124)
Do’a Rasulullah SAW tersebut adalah
sebagaimana dijelaskan dalam hadits Anas RA berikut, ia berkata: Rasulullah SAW
berkata kepada Fatimah RAH
مَا يَمْنَعُكِ أَنْ تَسْمَعِيْ مَا
أُوْصِيْكِ بِهِ ؟ أَنْ تَقُوْلِيْ إِذَا أَصْبَحْتِ وَإِذَا أَمْسَيْتِ
Apa yang menghalangimu dari
mendengarkan wasiatku kepadamu ? Hendaklah engkau membaca (doa ini) apabila
berada di waktu pagi hari dan sore hari:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ،
بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، وَلاَ تَكِلْنِيْ
إِلىَ نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا
Wahai Dzat Yang Maha Hidup Kekal,
Wahai Dzat Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu aku memohon
pertolongan, perbaikilah semua urusanku dan janganlah Engkau serahkan aku
kepada diriku walaupun hanya sekejap mata”.
Tawaddhu Rendah Hati
Tawaddhu adalah sikap merendahkan
hati kepada yang berhak yaitu Allah yang Maha Suci lagi Maha Tinggi, juga
kepada orang-orang yang Allah SWT
perintahkan kita untuk bersikap tawadhu pada mereka seperti kepada para nabi
dan imam, Qiyadah, hakim, ulama dan orang tua. Anjuran al-Qur’an
untuk rendah hati :
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ
الْمُؤْمِنِين
Yang artinya :
“Dan Rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman (QS Asy Su’ara: 215)
Sempurnakan Hidup dengan تقوى “ Ta-Qaf-Waw dan Ya”
Ta : Tawaddhu Qaf : Qana’ah
Waw : Wara’ Ya : Yakin
Tingkatan
Keyakinan Tabir Hati
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ
الْيَقِينِ(5)لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ(6)ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
“Janganlah begitu, jika kamu mengetahui
dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka
Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin.”
(QS. At-Takatsur 5-7)
إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ
Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.” (QS. Al-Waqi’ah 95)
Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.” (QS. Al-Waqi’ah 95)
Maka ada tiga tingkatan derajat keyakinan
tabir hati yaitu :
1. Ilmul yaqin. Arinya menerima
apa pun yang tampak dari Allah dan menerima apa yang tidak tampak dari Allah
sereta berada pada apa yang ditegakkan Allah.
2. Ainul yaqin. Artinya yang
membutuhkan kesaksian dari suatu kesaksian, yang membutuhkan pandangan dari
mata telanjang dari suatu pengabaran dan kesaksian yang menyibak tabir ilmu.
3. Haqqul yaqin. Artinya
mengobarkan cahaya penyingkapan, membebaskan diri dari beban yaqin dan melebur
dalam haqqul yaqin.
Generasi Unggul dalam Islam
Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An-Nisa:9)
Generasi Unggul harus tumbuh
menjadi kelompok :
إنهم فتية آمنوا بربهم وزدناهم هدى
Merekalah para pemuda yang
penuh dengan keimanan kepada Allah dan Allah lengkapkan mereka lagi dengan
hidayah. (QS.al Kahfi).
Generasi Unggul memiliki akal budi
yang jernih, sehingga berkemampuan menghadapi berbagai tantangan global. Mereka
memiliki jati diri sesuai fitrah anugerah Allah, yakni Beriman
serta selalu mengajak kepada kebaikan serta melarang dari kemungkaran.
Potensi dasar
yang dimiliki setiap manusia; jasmani, otak, dan kalbu. Ketiga potensi itu
merupakan sumber munculnya nilai-nilai dasar yang menyebabkan seseorang menjadi
besar dan unggul, yaitu
1) kemampuan
berpikir yang luar biasa,
2) mentalitas
yang baik,
3) karakter
yang seimbang, dan
4) kondisi
fisik yang mendukung.
Tiga yang
disebut pertama (berpikir, mentalitas, dan karakter) bersandar pada otak dan
kalbu, yang dua diantaranya (mentalitas dan karakter) merupakan nilai spiritual
yang khusus bersandar pada kalbu.
Kekuatan yang
harus ditumbuhkan dalam generasi unggul :
1.
سليم
العقيدة
2.
صحيح
العبادة
3.
متين
الخلق
4.
ثقيف
العلم
5.
قوي
الجسم
Pahala Menafkahi Keluarga
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
« إِذَا
أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ نَفَقَةً يَحْتَسِبُهَا فَهِيَ لَهُ صَدَقَةٌ ».
Artinya: “Apabila seorang lelaki
(ayah atau suami) menafkahi keluarganya dengan niat mencari pahala (dari
Allah), maka nafkahnya itu dihitung sebagai shodaqoh baginya.” (HR Bukhari &
Muslim)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى
اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى
الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا
وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak boleh hasad (ghibtoh)
kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu
ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al
Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Memberi nafkah kepada keluarga
(anak dan isteri) adalah kewajiban di pundak seorang ayah atau suami. Hal ini berdasarkan firman Allah:
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا
Artinya: “…Dan kewajiban ayah
menanggung nafkah & pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak
dibebani lebih dari kesanggupannya.”. (QS. Al-Baqarah: 233).
اليدالعليا افضل من اليدالسفلئ وابداءبمن تعول اُمك، واباك،واُختك، واخاك، واَدناك، فاَدناك
Tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah,dan mulailah
dari orang yang telah merawatmu: ibumu,ayahmu,saudara perempuanmu, saudara
laki-laki mu,kerabat dekatmu,dan kerabatmu
من بات متعوبا فئ طلب معاش أولاده بات
مغفوراله
Barang siapa yang bermalam-malaman
dalam mencari nafkah untuk anak-anaknya maka ia akan di ampuni oleh Allah
selama waktu itu.
Keutamaan mencari nafkah :
1.
Nafkah kepada keluarga
lebih afdhol dari sedekah tathowwu’ (Sunnah) Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda,
أَعْظَمُهَا أَجْرًا
الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“….yang engkau nafkahkan untuk
keluargamu maka pahalanya lebih besar” (HR. Muslim).
2.
Jika mencari nafkah
dengan ikhlas, akan menuai pahala besar serta Memberi nafkah termasuk sedekah. Dari
Al Miqdam bin Ma’dikarib, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
مَا أَطْعَمْتَ
نَفْسَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ وَلَدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ
وَمَا أَطْعَمْتَ زَوْجَتَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ خَادِمَكَ
فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Harta yang dikeluarkan sebagai
makanan untukmu dinilai sebagai sedekah untukmu. Begitu pula makanan yang
engkau beri pada anakmu, itu pun dinilai sedekah. Begitu juga makanan yang
engkau beri pada istrimu, itu pun bernilai sedekah untukmu. Juga makanan yang
engkau beri pada pembantumu, itu juga termasuk sedekah” (HR. Ahmad).
3.
Harta yang dinafkahi
semakin barokah dan akan diberi ganti
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ أَعْطِ
مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفً
“Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang
senang berinfak.” Yang lain mengatakan, “Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada
orang yang pelit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
4.
Setiap orang akan
dimintai pertanggungjawaban apakah ia benar memperhatikan nafkah untuk
keluarganya. Dari Anas bin Malik, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ سَائِلٌ
كُلَّ رَاعٍ عَمَّا اسْتَرْعَاهُ
“Allah akan bertanya pada
setiap pemimpin atas apa yang ia pimpin” (HR. Tirmidzi)
5.
Memperhatikan nafkah
keluarga akan mendapat penghalang dari siksa neraka. ‘Adi bin Hatim berkata,
اتَّقُوا النَّارَ
وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Selamatkanlah diri kalian dari
neraka walau hanya melalui sedekah dengan sebelah kurma” (HR. Bukhari)
Akhlaq Mulia
dalam Rumah Tangga
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6).
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6).
Bagi para suami
hendaknya pula memerhatikan pergaulan dengan istrinya karena Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. At-Tirmidzi)
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. At-Tirmidzi)
Rasulullah
bersabda kepada kita sebagai upaya menanamkan Akhlaq dalam setiap segmentasi
kehidupan kita khususnya dalam keluarga :
إتق الله حيث ما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحوها وخالق الناس بخلق حسن
“bertaqwalah kepada Allah SWT dimana kita saja kita berada,
Iringi setiap kejahatan dengan kebaikan dan berakhlaqlah sesama manusia dengan
akhlaq yang baik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar