l-Qur'an menjadi
inspirator dan pemandu gerakan dinamika umat Islam yang memiliki nilai-nilai
universal[1]. Maka penelitian
dan kajian terhadap al-Qur’an akan selalu
mengalami perkembangan yang sangat dinamis seiring dengan akselerasi
perkembangan kondisi sosial budaya dan
peradaban manusia. Hal ini terbukti dengan banyak munculnya tafsir-tafsir dengan beraneka ragam corak, metodologi
hingga pendekatan, baik itu masa klasik hingga ke era modern dengan tujuan
untuk memahami al-Qur’an secara
kritis, dialektis, reformatif, dan transformatif sehingga produk penafsiran
mampu menjawab tantangan dan problematika yang dihadapi umat manusia.[2]
Keinginan umat Islam untuk selalu
mendialogkan al-Qur’an sebagai teks dengan
problem kehidupan sosial dan
kemanusiaan yang tidak terbatas merupakan spirit tersendiri bagi dinamika
kajian tafsir al-Qur’an. Hal ini karena al-Qur’an meskipun
diturunkan di masa lalu, dengan konteks dan lokalitas budaya tertentu
namun ia mengandung nilai-nilai universal yang akan selalu relevan untuk setiap
zaman dan tempat.[3]
[1]Masykuri Abdillah, Islam dan
Dinamika Politik di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011),
xv lihat juga dalam Hasan Hanafi, al-Yami>n wa al- Yasa>r fi> al-Fikr al-Di>ni> (Kairo :
Madlu>bi,1989), 7.
[2]Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta
: PT LKIS Yogyakarta, 2010), 4. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh
Abdullah Saeed, Reading the Qur’an in the
Twenty First Century, (London: Routledge, 2014) yang menyatakan bahwa
nilai-nilai universalisme dengan menampilkan metodologi penafsiran kontekstual,
menemukan bahwa praktek penafsiran kontekstual tujuan dan sprit dasar al-Qur’an akan menjadi
relevan dengan kondisi umat saat ini.
[3]Memelihara al-Qur’an sebagai
dasar keimanan, pemahaman dan tingkah laku moral adalah hal yang esensial,
al-Qur’an tetap harus dijadikan sebagai buku bimbingan
bagi seluruh umat manusia dan bahkan perlu memandangnya secara kritis sebagai
kesatuan dalam kaca mata keilmuan modern, dengan memahami ideal moral dan
mengambil darinya ajaran-ajaran yang sesuai dan cocok dalam waktu dan tempat
tertentu; lihat: Fazlur Rahman, The Impact of Modernity dalam Islamic
Studies, (Jilid V, 1996), 121. begitu juga dalam buku yang berjudul Dira>sat
Isla>miyyah menyatakan bahwa الوحي
ليس خارج الزمان ثابتا لايتغير بل داخل الزمان يتطور بتطوره (wahyu
bukanlah sesuatu yang berada diluar konteks yang kokoh tak berubah, melainkan
berada dalam konteks yang mengalami perubahan demi perubahan) Hasan Hanafi, Dira>sat Isla>miyyah (Kairo:
Maktabah al-Anjalu al-Mis{riyyah, 2000}, 71.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar