DALIL-DALIL TENTANG
BERTETANGGA
Ust H Hasbullah Ahmad
081366174429
Firman
Allah tentang Hak Tetangga
Allah
berpesan dalam Alquran,
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي
الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي
الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ
السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ
اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Beribadahlah
kepada Allah dan jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan berbuat
baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin,
tetangga atau kerabat dekat, tetangga atau kerabat jauh, rekan di perjalanan,
Ibnu Sabil, dan kepada budak yang kalian miliki. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang sombong dan membanggakan apa yang dia miliki.” (QS.
An-Nisa: 36).
Setelah
menjelaskan banyak hal tentang ayat ini, al-Qurthubi mengatakan,
“Oleh
karena itu, bersikap baik kepada tetangga adalah satu hal yang diperintahkan
dan ditekankan, baik dia muslim maupun kafir, dan itulah pendapat yang benar.”
(Tafsir al-Qurthubi, 5:184)
Hadis-hadis
Tentang Bertetangga
Larangan
keras mengganggu tetangga
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Tidak
akan masuk surga, orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.”
(HR. Bukhari 6016 dan Muslim 46).
Berikan
jaminan bahwa tetangga Anda merasa nyaman dengan keberadaan Anda sebagai
tetangganya. Hati-hati, jangan sampai menjadi tukang gosip tetangga, sehingga
membuat tetangga Anda selalu tidak nyaman ketika bertindak di hadapan Anda,
karena takut digosipin.
Wasiat
Jibril untuk memperhatikan tetangga
Dari
A’isyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan,
مَا
زَالَ يُوصِينِي جِبْرِيلُ بِالْجَارِ، حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
“Jibril
selalu berpesan kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai aku
mengira, tetangga akan ditetapkan menjadi ahli warisnya.” (HR. Bukhari 6014 dan
Muslim 2624).
Pesan
yang sangat penting, diberikan oleh Malaikat (Jibril ‘alaihis salam) terbaik
kepada manusia terbaik (Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Mengganggu
tetangga halal untuk dilaknat
Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
Ada seorang yang mengadu kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kezaliman yang dilakukan tetangganya.
Setiap kali orang ini mengadu, selalu dinasehatkan oleh beliau untuk bersabar.
Ini dilakukan sampai tiga kali. Sampai pengaduan yang keempat, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memberikan solusi,
اطْرَحْ
مَتَاعَكَ فِي الطَّرِيقِ
“Letakkan
semua isi rumahmu di pinggir jalan.”
Orang
inipun melakukannya. Setiap ada orang yang melewati orang ini, mereka bertanya:
“Apa yang terjadi denganmu. (sampai kamu keluarkan isi rumahmu).” Dia menjawab:
“Tetanggaku menggangguku.” Mendengar jawaban ini, setiap orang yang lewat pun
mengucapkan: “Semoga Allah melaknatnya!” sampai akhirnya tetangga pengganggu
itu datang, dia mengiba: “Masukkan kembali barangmu. Demi Allah, saya tidak
akan mengganggumu selamanya.” (HR. Ibnu Hibban 520, Syuaib al-Arnauth
menyatakan: Sanadnya kuat).
Menumbuhkan
semangat berbagi dengan tetangga
Abu Dzar
radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Sesungguhnya kekasihku (Rasulullah),
mewasiatkan kepadaku,
إِذَا
طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ، ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ
جِيرَانِكَ، فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوفٍ
“Apabila
kamu memasak, perbanyaklah kuahnya. Kemudian perhatian penghuni rumah
tetanggamu, dan berikan sebagian masakan itu kepada mereka dengan baik.” (HR.
Muslim)
Tidak
mengganggu tetangga bagian dari iman
Dari Abu
Hurairah, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِي جَارَهُ
“Siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah dia mengganggu
saudaranya.” (HR. Bukhari 5185 dan Muslim 47).
Tidak
ada istilah sedikit dalam mengganggu tetangga
Dari
Abdah bin Abi Lubabah rahimahullah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لَا
قَلِيلَ مِن أَذَى الجَار
“Tidak
ada istilah sedikit dalam mengganggu tetangga.” (HR. Ibn Abi Syaibah dengan
sanad shahih namun mursal. Dan dalam riwayat thabrani secara mausul dari Umu
Salamah. Syaikh Ali al-Halabi mengatakan, “Hadis ini Hasan”).
Tetangga
yang baik akan menjadi lambang kebahagiaan atau kesengsaraan
Dari
Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
أَرْبَعٌ مِنَ
السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ
الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ،
وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: الْجَارُ السُّوءُ، وَالْمَرْأَةُ
السوء، والمسكن الضيق، والمركب السوء
“Empat
hal yang menjadi sumber kebahagiaa: Istri solihah, tempat tinggal yang luas,
tetangga yang baik, dan tunggangan yang nyaman. Empat hal sumber kesengsaraan:
tetangga yang buruk, istri yang durhaka, tempat tinggal yang sempit, dan
kendaraan yang tidak nyaman.” (HR. Ibn Hibban 4032 dan sanadnya dinilai sahih
oleh Syuaib al-Arnauth).
Menyakiti
tetangga lebih besar dosanya
Dari
Miqdad bin Aswad radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
لَأَنْ يَزْنِيَ
الرَّجُلُ بِعَشْرَةِ نِسْوَةٍ، أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَزْنِيَ بِامْرَأَةِ
جَارِهِ
لَأَنْ يَسْرِقَ
الرَّجُلُ مِنْ عَشْرَةِ أَبْيَاتٍ، أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَسْرِقَ مِنْ
جَارِهِ
“Seseorang
yang berzina dengan 10 wanita, dosanya lebih ringan dibandingkan dia berzina
dengan satu orang istri tetangganya… seseorang yang mencuri 10 rumah, dosanya
lebih besar dibandingkan dia mencuri satu rumah tetangganya.” Naudzu biLLAH (HR.
Ahmad 23854 dan dinyatakan Syuaib Al-Arnauth, sanadnya bagus).
Bersikap
baik kepada tetangga, tanda muslim sejati
Dari Abu
hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan,
كُنْ وَرِعًا،
تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَكُنْ قَنِعًا، تَكُنْ
أَشْكَرَ النَّاسِ، وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ، تَكُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ
جَاوَرَكَ، تَكُنْ مُسْلِمًا…
“Jadilah
orang yang wara’, kamu akan menjadi manusia ahli ibadah. Jadilah orang yang
qanaah, kamu akan menjadi orang yang paling rajin bersyukur. Berikanlah yang
terbaik untuk orang lain, sebagaimana kamu memberikan yang terbaik untuk dirimu,
niscaya kamu menjadi mukmin sejati. Bersikaplah yang baik kepada tetangga, kamu
akan menjadi muslim sejati…” (HR. Ibn Majah 4217 dan dishahihkan al-Albani)
Jangan
tinggalkan tetangga Anda kelaparan
Dari
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
لَيْسَ
الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ
“Bukanlah
mukmin sejati, orang yang kenyang, sementara tetangga di sampingnya kelaparan.”
(HR. Abu Ya’la dalam Musnadnya, dan sanadnya dinilai hasan oleh Husain Salim
Asad)
Sedangkan
Syekh Al-Albani mengatakan,
وفي الحديث دليل
واضح على أنه يحرم على الجار الغني أن يدع جيرانه
جائعين، فيجب عليه أن يقدم إليهم ما يدفعون به الجوع، وكذلك ما يكتسون به إن
كانوا عراة، ونحو ذلك من الضروريات
Dalam
hadis ini terdapat dalil yang tegas, bahwa haram bagi orang yang kaya untuk
membiarkan tetangganya dalam kondisi lapar. Karena itu, dia wajib memberikan makanan
tetangganya yang cukup untuk mengenyangkannya. Demikian pula dia wajib
memberikan pakaian kepada tetangganya jika mereka tidak punya pakaian, dan
seterusnya, berlaku untuk semua kebutuhan pokok tetangga. (Silsilah
As-Shahihah, 1:280)
Larangan
meremehkan pemberian tetangga, meskipun kelihatannya kurang berarti.
Pesan
ini pernah disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya,
terutama kaum perempuan. Mungkin, karena merekalah yang umumnya memiliki sikap
seperti itu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
يَا نِسَاءَ
المُسْلِمَاتِ، لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا، وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
“Wahai
para wanita muslimah, janganlah satu tetangga meremehkan pemberian tetangga
yang lainnya, meskipun hanya kikil yang tak berdaging.” (HR. Bukhari 2566 dan
Muslim 1030).
Paling
dekat pintunnya, paling berhak mendapat lebih banyak
Dari
A’isyah radhiyallahu ‘anha, beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Wahai Rasulullah, saya memiliki dua tetangga dekat. Kemanakah saya
akan memberikan hadiah?” beliau menjawab,
إِلَى
أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا
“Ke
rumah yang paling dekat pintunya denganmu.” (HR. Bukhari 2259)
Berlindung
dari tetangga yang buruk
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita memohon perlindungan
kepada Allah dari tetangga yang buruk. Ini menunjukkan betapa bahayanya
tetangga yang buruk, sampai manusia terbaik menyarankan doa ini dilantunkan.
Dari Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berpesan,
تَعَوَّذُوا
بِاللَّهِ، مِنْ جَارِ السَّوْءِ فِي دَارِ الْمُقَامِ، فَإِنَّ جَارَ
الْبَادِيَةِ يَتَحَوَّلُ عَنْكَ
“Mintalah
perlindungan kepada Allah dari tetangga yang buruk di tempat tinggal menetap,
karena tetangga yang tidak menetap akan berpindah dari kampungmu.” (HR. Nasa’i
5502 dan dinilai al-Albani sebagai hadis hasan shahih).
Sengketa
tetangga, sengketa pertama di akhirat
Dari
uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَوَّلُ
خَصْمَيْنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ جَارَانِ
“Sengketa
pertama pada hari kiamat adalah sengketa antar tetangga.” (HR. Ahmad 17372 dan
dinilai hasan oleh Syuaib al-Arnauth)
Al-Munawi
mengatakan,
أي أول خصمين
يقضى بينهما يوم القيامة جاران آذى أحدهما صاحبه اهتماماً بشأن حق الجوار الذي حث
الشرع على رعايته
“Maksud
hadis, sengketa antara dua orang yang pertama diputuskan pada hari kiamat
adalah sengketa dua orang bertetangga. Yang satu menyakiti lainnya. Sebagai
bentuk perhatian besar tentang hak tetangga, yang dimotivasi oleh syariat untuk
diperhatikan.” (At-Taisir bi Syarh al-Jami’ ash-Shaghir, 1:791).
Berusaha
bersabar dengan gangguan tetangga
Dari Abu
Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثَةٌ
يُحِبُّهُمُ اللهُ… وَالرَّجُلُ يَكُونُ لَهُ الْجَارُ
يُؤْذِيهِ جِوَارُهُ، فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ حَتَّى يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أَوْ ظَعْنٌ
“Tiga
orang yang Allah cintai…., orang yang memiliki tetangga, dan tetangganya suka
menyakitinya. Diapun bersabar terhadap gangguannya sampai dipisahkan dengan
kematian atau safar.” (HR. Ahmad dan dinilai shahih oleh Syuaib al-Arnauth).
Tetangga
menjadi saksi
Merekalah
manusia yang paling banyak menyaksikan aktivitas kita. sehingga penilaian
mereka bisa mewakili kepribadian dan perilaku kita. dari Ibn mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “bagaimana saya bisa mengetahui, apakah saya orang baik
ataukah orang jahat?” beliau menjawab,
إِذَا قَالَ
جِيرَانُكَ: قَدْ أَحْسَنْتَ، فَقَدْ أَحْسَنْتَ، وَإِذَا قَالُوا: إِنَّكَ قَدْ
أَسَأْتَ، فَقَدْ أَسَأْتَ
“Jika
tetanggamu berkomentar, kamu orang baik maka berarti engkau orang baik.
Sementara jika mereka berkomentar, engkau orang tidak baik, berarti kamu tidak
baik.” (HR. Ahmad 3808, Ibn Majah 4223 dan dishahihkan al-Albani)
*diambil
dari berbagai buku tentang حق الجوار yang mengumpulkan
hadis-hadis tentang bertetangga :) semoga bermanfaat….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar