Senin, 16 April 2012

Materi Takhrij al-Hadits. Jur : TH VI Ushuluddin


Oleh Ust H Hasbullah Ahmad Dosen Tafsir Hadits IAIN STS Jambi
(Materi Kuliah Pertemuan 2 dan 3 pada Mahasiswa TH VI Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi)

A. Sekilas Tentang Takhrij Al-Hadis
Secara etimologis kata takhri>j berasal dari kata kharraja yang berarti al-z}uhu>r (tampak) dan al-buru>z (jelas). Ia juga bisa berarti al-istinba>t} (menyimpulkan), al-tadri>b (meneliti) dan al-tauji>h (menerangkan). Sedangkan menurut Mah}mu>d T}ah}h}a>n takhri>j berarti ijtima>’ amrayn muta>d}idayn fi syay’in wa>h}id (kumpulan dua perkara yang saling berlawanan dalam satu masalah.

Adapun secara terminologis, takhri>j adalah menunjukkan tempat hadis pada sumber-sumber aslinya, di mana hadis tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajadnya jika diperlukan. Dalam istilah ahli hadis, takhri>j dimaknai dengan:

a. Mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan periwayatnya dengan sanad lengkap serta dengan penyebutan metode yang mereka tempuh. Inilah yang dilakukan oleh para penghimpun dan penyusun kitab hadis, seperti al-Bukha>ri yang menyusun S}ah}i>h} al-Bukha>ri, Muslim yang menyusun S}ah}i>h} Muslim dan yang lainnya.

b. Ulama hadis mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh para guru hadis atau berbagai kitab yang susunannya dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri atau para gurunya atau temannya atau orang lain dengan menerangkan siapa periwayatnya dari para penyusun kitab ataupun karya yang dijadikan sumber acuan. Kegiatan ini seperti yang dilakukan oleh al-Bayhaqi yang banyak mengambil hadis dari kitab al-Sunan karya Abu> H}asan al-Bas}ri> al-Safar, lalu al-Bayhaqi mengemukakan sanadnya sendiri.

c. Menunjukkan asal-usul hadis dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab yang disusun mukharrijnya langsung. Kegiatan seperti ini salah satunya dilakukan oleh para Ibn H}ajar al-Asqala>ni> yang menyusun kitab Bulu>g} al-Mara>m.

d. Mengemukakan hadis berdasarkan kitab tertentu dengan disertai metode periwayatan dan sanadnya serta penjelasan keadaan para periwayatnya serta kualitas hadisnya. Pengertian takhrij seperti ini seperti yang dilakukan oleh Zainud al-Di>n Abd al-Rah}ma>n ibn al-H}usayn al-Ira>qi yang melakukan takhri>j terhadap hadis-hadis dalam kitab Ihya>’ Ulu>m al-Di>n karya al-Gazali dengan judul bukunya Ikhba>r al-Ih}ya>’ bi Akhba>r al-Ihya>’.

e. Mengemukakan letak asal suatu hadis dari sumbernya yang asli, yakni berbagai sumber kitab hadis dengan dikemukakan sanadnya secara lengkap untuk kemudian dilakukan penelitian terhadap kualitas hadis yang bersangkutan. Pengertian hadis yang kelima ini nampaknya yang paling tepat dalam konteks penelitian hadis yang banyak dilakukan di zaman sekarang.

Adapun manfaat dari kegiatan takhrij hadis ini sangatlah banyak, antara lain:

a. Memperkenalkan sumber-sumber hadis, kitab-kitab asal di mana suatu hadis berada beserta ulama yang meriwayatkannya.

b. Dapat menambah perbendaharaan sanad hadis melalui kitab-kitab yang dirujuknya. Semakin banyak kitab asal yang memuat sebuah hadis, maka semakin banyak pula perbendahaaran sanad yang dapat diketahui.

c. Dapat memperjelas keadaan sanad. Dengan membandingkan riwayat-riwayat hadis yang banyak, maka dapat diketahui apakah riwayat suatu hadis itu munqati’, mu’dal dan lain sebagainya. Demikian pula dapat diketahui apakah status periwayatannya itu sahih, hasan atau da’if.

d. Dapat memperjelas kualitas suatu hadis dengan banyaknya riwayat. Suatu hadis yang da’if kadang diperoleh melalui suatu riwayat, namun takhrij memungkinkan akan menemukan riwayat lain yang sahih. Hadis yang sahih itu akan mengangkat kualitas hadis yang da’if tersebut ke derajat yang lebih tinggi.

e. Dapat diketahui penilaian para ulama mengenai kualitas suatu hadis.

f. Dapat memperjelas periwayat hadis yang samar. Dengan adanya takhri>j kemungkinan dapat diketahui nama periwayat yang sebenarnya secara legkap dan tepat.

g. Dapat memperjelas periwayat hadis yang namanya tidak diketahui, yaitu melalui perbandingan sanad yang ada.

h. Dapat menafikan pemakaian lambing periwayatan “’an” dalam periwayatan hadis oleh seorang mudallis.

i. Dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran riwayat.

j. Dapat menjelaskan nama periwayat yang sebenarnya.

k. Dapat memperkenalkan periwayatan yang tidak terdapat dalam satu sanad.

l. Dapat memperjelas arti kalimat asing yang terdapat dalam satu sanad.

m. Dapat menghilangkan unsur sya>z.

n. Dapat membedakan hadis yang mudraj.

o. Dapat menghilangkan keragu-raguan dan kekeliruan yang dilakukan oleh periwayat.

p. Dapat membedakan antara periwayatan secara lafaz dan periwayatan secara makna.

q. Dapat menjelaskan waktu dan tempat turunnya hadis, dan lain-lain.
Dengan demikian, melalui kegiatan takhri>j al-hadis peneliti dapat mengakses berbagai sanad dari sebuah hadis sera dapat mengumpulkan berbagai redaksi dari hadis tersebut.

B. Takhrij Al-Hadis Secara Konvensional
Dalam kegiatan takhri>j al-hadis secara konvensional ada lima metode yang biasa digunakan oleh para ahli, yaitu:

a. Dengan cara mengetahui nama rawi hadis tingkat pertama (ma’rifat al-ra>wi al-a’la>), yakni Sahabat jika hadis tersebut muttasil dan tabi’in jika hadis tersebut mursal.
Metode ini membutuhkan perangkat alat bantu berupa tiga jenis kitab hadis, yaitu:

1) Al-Masa>nid, yaitu kitab-kitab hadis yang disusun pengarangnya berdasarkan nama-nama sahabat atau kitab-kitab yang menghimpun hadis para sahabat.
Adapun model penyebutan nama-nama sahabat dalam kitab-kitab musnad (al-masa>nid) tidaklah seragam antara satu kitab dengan yang lainnya. Ada yang diurutkan berdasarkan urutan alfabetis, diurutkan berdasarkan keutamaan sahabat, lebih dahulu masuk Islam, berdasarkan kabilah atau berdasarkan wilayah dimana sahabat tinggal. Dari beberapa model penyebutan nama sabahat tersebut, pengurutan berdasarkan alfabetis nampaknya lebih mudah dan banyak dipilih untuk proses pelacakan hadis.
Di antara kitab-kitab musnad yang sering digunakan dalam kegiatan takhri>j al-hadis adalah:
a) Musnad Ah}mad ibn H}anbal. Kitab ini berisi 40.000 hadis dan memuat 904 nama sahabat. Urutan nama sahabat di dalam kitab ini tidak disusun secara alfabetis melainkan berdasarkan: 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga, 4 sahabat yaitu ’Abdurrah}ma>n, Zaid, Haris dan Sa’d, Ahl Bayt, sahabat-sahabat yang masyhur, sahabat yang berdomisili di Makkah, Syam, Kuffah, Bashrah, orang-orang Anshar dan para sahabat wanita.
b) Musnad Abi> Bakr ’Abdulla>h ibn al-Zubayr al-H}umaydi. Kitab ini berisi 13.000 hadis dan memuat 180 nama sahabat. Pengurutan nama sahabat dalam kitab ini berdasarkah: khalifah empat (Abu Bakr, Umar, Uthman, Ali), 10 sahabat yang dijamin masuk surga, sahabat yang lebih dahulu masuk Islam, ummaha>t al-mu’mini>n, sahabat-sahabat wanita serta orang-orang anshar.
c) Musnad Abi> Da>wud Sulayma>n ibn Da>wud al-T}aya>lisy
d) Musnad al-Syafi’i
e) Musnad Abi> Ish}a>q Ibra>him ibn Nas}r
f) Musnad Asad ibn Mu>sa> al-Umawi
g) Musnad Yah}ya> ibn Abd al-Humayd al-H}amami
h) Musnad Abi> Khaysamah Zuhair ibn H}arb
i) Musnad Musaddad ibn Musarhad al-Asadi al-Bas}ri
j) Musnad Abi> Ya’la> Ah}mad ibn ’Ali> al-Musani al-Maus}ili
k) Musnad ’Ayd ibn H}umayd
l) Musnad ’Ubaydilla>h ibn Mu>sa> al-’Aysi
m) Musnad Nu’aym ibn H}amma>d, dan sebagainya.


2) Al-Ma’a>jim, yaitu kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat, guru-gunya, tempat tinggal atau yang lainnya berdasarkan urutan alfabetis. Di antara kitab-kitab mu’jam tersebut adalah:
a) Al-Mu’jam al-Kabir karya Abu> Qa>sim Sulaima>n ibn Ah}mad al-T}abarani (w.360 H)
b) Al-Mu’jam al-Awsat} karya Abu> Qa>sim Sulaima>n ibn Ah}mad al-T}abarani (w.360 H)
c) Al-Mu’jam al-S}agir karya Abu> Qa>sim Sulaima>n ibn Ah}mad al-T}abarani (w.360 H)
d) Mu’jam al-S}ah}abah karya Ah}mad ibn ’Ali> ibn Lali> al-H}amdani> (w. 398 H).
e) Mu’jam al-S}ah}abah karya Abu} Ya’la> Ah}mad ibn ’Ali> al-Mausilli> (w.308 H).

3) Al-At}ra>f, yaitu kitab yang di dalamnya di sebut sebagian saja dari suatu lafadz hadis dan diisyaratkan kelanjutannya dan diterangkan sanadnya baik seluruhnya atau sebagian besarnya. Urutan didasarkan pada nama-nama sahabat berdasarkan alfabetis. Di antara kitab-kitab At}ra>f yang masyhur antara adalah:
a) At}ra>f al-S}ah}ih}ayn karya Abu> Mas’u>d Ibra>him ibn Muh}ammad al-Dimasyqi> (w.410 H).
b) At}ra>f al-S}ah}ih}ayn karya Abu> Muh}ammad Khalla>f ibn Muh}ammad al-Wa>siti> (w.410 H).
c) Al-Asyra>f ’ala> Ma’rifati al-At}ra>f karya Abu> al-Qa>sim’Ali> ibn Al-H}asan yang terkenal dengan nama Ibn ’Asa>kir al-Dimasyqi> (w.571 H).
d) Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma’rifat al-A’ra>f karya Abu >al-H}ajja>j Yu>su>f ibn Abd al-Rah}ma>n al-Ma>zi> (w.742 H).
e) At}ra>f al-Masa>nid al-Asyra>h karya Abu> al-’Abba>s Ah}mad ibn Muh}ammad al-Busyairi (w.840 H).
f) It}a>f al-Mahrah bi At}ra>f al-Asyra>h karya Ah}mad ibn ’Ali> ibn H}ajar al-’Asqala>ni (w.852 H).
g) Zakha>ir al-Mawa>ris fi al-Dila>lah al-Mawa>d}i’ al-Hadis karya ’Abd al-Ghani> al-Nabilisi (w.1143 H).

Kelebihan dari metode penelusuran nama-nama sahabat atau tabi’in melalui ketiga jenis kitab di atas adalah:
1. Dapat diketahui semua hadis yang diriwayatkan sahabat tertentu dengan sanad dan matannya secara lengkap.
2. Ditemukannya banyak jalan periwayatan untuk matan yang sama.
3. Memudahkan untuk menghafal dan mengingat hadis yang diriwayatkan sahabat tertentu.

Adapun kelemahan dari metode tersebut adalah:
1. Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menemukan sahabat tertentu dengan hadisnya (khususnya untuk kitab-kitab yang disusun tidak secara alfabetis).
2. Membuthkan waktu yang relatif lama untuk menemukan hadis tertentu dari seorang sahabat. Karena biasanya sahabat tidak meriwayatkan satu atau dua hadis saja.
3. Bervariasinya kualitas hadis yang terkumpul karena tanpa penyeleksian sehingga ada yang s}ah}i>h}, h}asan dan d}a’i>f.

b. Dengan mengetahui lafaz pertama suatu matan hadis (ma’rifati mat}la’i al-hadi>s). Untuk mencari hadis dengan metode ini, diperlukan beberapa kitab dengan kualifikasi sebagai berikut:
1) Kitab-kitab yang memuat hadis-hadis masyhur di masyarakat, antara lain:
a) Al-Tazkirah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Badr al-Din Muhammad ibn Abdullah al-Zakarsyi (w.975 H).
b) Al-La’a>li al-Mansu>rah fi al-Ah}a>dis al-Musytahirah karya Ibn H}ajar al-Asqalani (w.852 H).
c) Al-Maqa>sid al-Hasanah fi Baya>n Kasi>r min al-Ah}a>dis al-Musytahirah ’ala Alsinah karya al-Skha>wi (w.902 H).
d) Tamyi>z al-Tayyib min al-Khabi>s fi ma> Yadu>ru ’ala Alsinah al-Na>s min al-Hadi>s karya Abdurrahma>n ibn Ali> ibn al-Diba>’ al-Syaiba>ni (w. 944 H).
e) Al-Durar al-Muntasirah fi al-Aha>dis al-Musytahirah karya Jala>luddin Abdurrrah}ma>n al-Suyu>t}i> (w.911 H).

2) Kitab-kitab yang disusun berdasarkan alfabetis, antara lain:
a) Al-Ja>mi’ al-S}agi>r min Hadi>s al-Basyi>r al-Nazi>r dan Al-Ja>mi’ al-Kabi>r karya Jala>luddin Abdurrrah}ma>n al-Suyu>t}i> (w.911 H).
b) Al-Fath} al-Kabi>r fi D}amm al-Ziya>dah ila> Ja>mi’ al-Sagi>r karya Yusuf al-Nabhani.
c) Al-Ja>mi’ al-Azha>r min al-Hadis al-Nabi al-Anwa>r karya al-Manawi (w.1031 H).

3) Kitab (kamus) yang disusun oleh pengarangnya untuk kitab hadis tertentu, antara lain:
a) Untuk s}ah}i>h} al-Bukha>ri>, yaitu Ha>dy al-Ba>ri> ila> Tarti>b Ah}a>dis al-Bukha>ri.
b) Untuk s}ahi>h Muslim, yaitu Mu’jam al-Alfa>z} wa la> Siyyama al-Gari>b minha>.
c) Untuk S}ah}i>hayn, yaitu Mifta>h} al-Sah}i>hayn
d) Untuk al-Muwat}t}a’, yaitu Mifta>h} al-Muwat}t}a’
e) Untuk Sunan ibn Ma>jah, yaitu Mifta>h} Sunan ibn Ma>jah
f) Untuk Ta>ri>kh al-Bagda>di, yaitu Mifta>h} al-Tarti>b li Ah}a>dis Ta>ri>kh al-Khat}i>b
Kelebihan dari metode ma’rifati mat}la’i al-hadis adalah dapat diketahuinya sumber asli, sanad dan matan suatu hadis. Namun demikian metode ini mengharuskan peneliti untuk bekerja keras mengingat tidak dicantumkannya nomor halaman atau bab dari hadis tersebut pada kitab tertentu.

c. Dengan mengetahui sebagian dari lafaz suatu hadis, baik di awal, tengah maupun akhir (ma’rifah lafz}in min alfa}z}i al-hadi>s)
Kitab yang paling representatif untuk metode ini adalah karya Arnold John Wensinck al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazi al-Hadis al-Nabawi al-Nabawi yang diterjemahkan oleh Muhammad Abdul Baqi. Kitab ini merupakan kitab kamus bagi 9 kitab hadis yang populer (sahih Bukha>ri dan Muslim, Sunan al-Tirmi>zi>, Sunan al-Nasa>’i, Sunan Abu> Da>wud, Sunan Ibn Ma>jah, Sunan al-Da>rimi, al-Muwat}t}a’ Imam Ma>lik dan Musnad Ah}mad ibn H}anbal).

Kelebihan dari metode ini adalah peneliti dapat dengan cepat mengetahui sumber asli sebuah hadis hanya dengan menggunakan sebagian lafaz hadis (ism atau fi’il). Dalam kamus ini kitab rujukan dilengkapi dengan nama bab, nomor bab atau nomor hadis serta nomor juz dan halamannya. Metode ini juga memudahkan peneliti untuk mencari hadis-hadis dan sumbernya yang memiliki matan sama atau hampir sama.
Adapun kelemahan dari metode ini adalah peneliti harus mengetahui kata dasar dari dari lafaz yang digunakan pedoman pencarian. Selain itu kamus tersebut hanya memuat 9 kitab hadis populer, sehingga jika matan hadis dimaksud tidak terdapat dalam 9 kitab tersebut maka kamus tidak dapat melacaknya. Kelemahan lainnya adalah kata kunci yang digunakan harus berupa kata benda (ism) atau kata kerja (fi’il) yang tidak sering digunakan. Apabila pencarian menggunakan huruf, kata ganti (d}amir), nama orang atau kata kerja yang sering digunakan, maka kamus tidak bisa melacaknya.

d. Dengan mengetahui tema hadis (ma’rifati maud}u>’i al-hadi>s)
Kitab-kitab yang bisa digunakan untuk metode ini ada beberapa klategori, yaitu:

1) Al-Jawa>mi’, antara lain:
a) Al-Ja>mi’ al-S}ah}i>h} karya Abu> Abdilla>h Muh}ammad ibn Isma>’il al-Bukha>ri.
b) Al-Ja>mi’ bayna al-S}ahi>hayn karya Isma>’il ibn Ah}mad.
c) Al-Ja>mi’ al-S}ah}i>h karya Imam Muslim.
d) Al-Ja>mi’ bayna al-S}ahi>hayn karya Muhammad ibn Abi> Nas}r al-Humaydi.

2) Kitab-kitab Mustakhraj, antara lain:
a) Mustakhraj S}ah}i>h} al-Bukha>ri karya al-Git}rifi>
b) Mustakhraj S}ah}i>h} Muslim karya Abu> ’Awa>nah ibn al-Isfara>yini.
c) Mustakhraj S{ah}i>hayn karya Abu> Nu’aim al-Is}biha>ni>.

3) Al-Majami’, antara lain:
a) Al-Jam’ bayn al-S{ah}i>h}ayn, karya al-Sagani al-Hasan ibn Muhammad.
b) Al-Jam’ bayn al-S{ah}i>h}ayn, karya Abu> Abdilla>h ibn Abi> Nas}r Futu>h} al-H}umaydi.
c) Al-Jam’ bayn al-Us}u>l al-Sittah, karya Ibn al-Asi>r.

4) Al-Mustadraka>t, antara lain:
a) Al-Mustadrak, karya al-H}a>kim.
b) Al-Mustadrak, karya Abi> Zarr al-H}ara>wi.

5) Al-Zawa>’id, antara lain:
a) Mis}ba>h} al-Zuja>jah fi Zawa>’id ibn Ma>jah, karya al-Busayri>.
b) Fawa>’id al-Muntaqa> li Zawa>’id al-Bayhaqi>, karya al-Busayri>.
c) Ittih}a>f al-Sa’a>dah al-Mahrah al-Khayrah bi Zawa>’id al-Masa>nid al-’Asyrah, karya al-Busayri>.

6) Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah
Kitab ini disusun oleh A.J. Wensinck dan telah dialih bahasakan ke dalam Bahasa Arab oleh Muhammad Abdul Baqi. Jumlah kitab yang dijadikan rujukan sebanyak 14 kitab yaitu sahih Bukha>ri dan Muslim, Sunan al-Tirmi>zi>, Sunan al-Nasa>’i, Sunan Abu> Da>wud, Sunan Ibn Ma>jah, Sunan al-Da>rimi, al-Muwat}t}a’ Imam Ma>lik, Musnad Ah}mad ibn H}anbal, Musnad Abi Dawud al-Tayalisi, Musnad Zayd ibn Ali, Sirah ibn Hisyam, Magazi al-Waqidi dan Tabaqat ibn Sa’d.

Kelebihan dari metode tematik ini adalah banyaknya hadis yang bisa ditemukan berdasarkan tema tertentu. Adapun kelemahannya adalah sulitnya menentukan suatu potongan matan hadis atau suatu matan hadis masuk dalam tema apa karena bisa jadi ada perbedaan persepsi antara penyusun kitab dan peneliti (penelusur hadis).

e. Dengan mengamati secara mendalam keadaan sanad dan matan
Yang dilakukan dalam metode ini adalah melihat petunjuk dari sanad, matan atau sanad dan matan secara bersamaan. Petunjuk dari matan misalnya adanya kerusakan pada makna hadis, menyalahi al-Qur’an atau petunjuk yang menyatakan hadis tersebut palsu dan lain sebagainya. Kitab-kitab yang bisa menjadi rujukan antara lain:
1) Al-Maud}u>’a>t al-Sug}ra> karya Ali> al-Qa>ri (w.1014 H).
2) Tanzi>h al-Syari>’ah al-Marfu>’ah an al-Ah}a>dis al-Syani>’ah al-Maud}u>’ah, karya al-Kina>ni (w.963 H).

Petunjuk lain dari matan yaitu bila dikatahui matan tersebut adalah matan hadis qudsi. Kitab yang dapat dijadikan rujukan dalam hal ini adalah:
1) Misyka>t al-Anwa>r, karya Muh}y al-Di>n Muh}ammad ibn Ali> ibn al-Arabi al-Kha>timi (w.638 H).
2) Al-Ittih}a>fa>t al-Saniyyah bi al-Ah}a>dis al-Qudsiyyah, karya Abd al-Ra’u>f al-Muna>wi (w. 1031 H).

Petunjuk dari sanad misalnya sanad yang rawinya meriwayatkan hadis dari anaknya. Kitab yang menjadi rujukan antara lain Riwa>yah al-Aba>’ an al-Aba>’ karya Abu> Bakar Ah}mad ibn Ali> al-Bagda>di. Keadaan sanad yang musalsal, dengan rujukan kitab antara lain: al-Musalsal al-Kubra> karya al-Suyu>t}i>, atau keadaan sanad yang mursal dengan kitab rujukan al-Mara>sil karya Abu> Da>wud al-Sijista>ni dan karya al-Ra>zi.

Petunjuk dari sanad dan matan secara bersamaan dapat dirujuk pada kitab:
1) Ilal al-Hadis karya Ibn Abi> H}a>tim al-Ra>zi.
2) Al-Asma>’ al-Mubhamah fi anba>’ al-Muh}kamah, karya al-Kha>t}ib al-Bagda>di.
3) Al-Mustafa>d min Mubhama>t al-Matan wa al-Isna>d, karya Abu> Zurah Ah}mad ibn Abd Rahi>m al-Ira>qi.

Kelebihan dari metode kelima ini adalah ditemukannya hadis yang dicari dalam kitab rujukan dengan adanya penjelasan tambahan dari penyusunnya. Adapun kekurangannya adalah perlunya pengetahuan yang mendalam bagi penelusur hadis untuk mengetahui keadaan sanad dan matan hadis.

Contoh Penelusuran Hadis Konvensional
Dalam contoh ini penelusuran hadis akan dilakukan menggunakan kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfa>zi al-Hadi>s karya AJ. Wensinck. Penelusuran didasarkan pada lafaz yang terdapat dalam matan hadis. Sebelum melakukan penelusuran, terlebih dahulu akan dijelaskan secara ringkas mengenai kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfa>zi al-Hadi>s.
Kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfa>zi al-Hadi>s hanya memuat 9 kitab hadis populer, sehingga apabila terdapat riwayat yang sama dalam kitab lain (selain 9 kitab tersebut) maka tidak dapat diakses. Untuk mempermudah pencarian, kata yang digunakan sebagai kata kunci pencarian harus berupa kata yang jarang digunakan. Metode ini oleh Mah}mu>d al-Taha>n disebut dengan metode takhri>j ’an t}ari>qi kalimat yaqillu dawra>tuhu.
Kitab al-Mu’jam disusun menurut urutan huruf hijaiyyah (alfabetis) dengan mengambil unsur dari kalimat tersebut dan pada setiap lafaz diawali dari bentuk fi’il ma>d}i, mud}a>ri’, amr, ism fa>’il dan ism maf’u>l. Untuk mempermudah penggunaan, perlu diperhatikan
kode-kode yang terdapat dalam al-mu’jam, antara lain:
1. Kode mukharrij : (
خ ) untuk kitab sahih al-Bukhari ( م ) sahih muslim ( ت ) Sunan al-Tirmizi ( د ) Sunan Abi Dawud ( ن ) Sunan al-Nasa’i ( جه ) Sunan Ibn Majah ( ص ) Sunan al-Darimi ( ط) al-Muwatta’ dan ( حم) Musnad Ahmad ibn Hanbal.
2. Setelah kode tersebut diikuti nama ”kitab”misalnya:
م الإيمان: 3 2 kode ini menunjukkan bahwa hadis yang dicari berada pada kitab sahih muslim bab ”al-Iman”. Nomor setalah penyebutan bab menunjukkah nomor urut hadis (untuk sahih al-Bukhari dan Muslim) dan menunjukkan nomor bab untuk kitab selain sahih al-Bukhari dan Muslim. Adapun khusus untuk kitab Musnad Ahmad ibn Hanbal menggunakan angka tebal dan tipis. Angka tebal untuk menunjukkan jilid kitab, sementara angka tipis untuk menunjukkan halaman kitab.
3. Dalam al-Mu’jam terkadang juga terdapat tanda (**) setelah kode seperti pada point 2 di atas. Ini menunjukkan bahwa lafaz pada hadis yang ditunjuk oleh point 2 tersebut memiliki pengulangan.
Untuk lebih jelasnya, mari perhatikan contoh pencarian hadis di bawah ini:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ليس فى النوم تفريط إنما التفريط فى اليقظة أن تؤخر صلاة حتى بدخل وقت أخرى
Berdasarkan penelusuran melalui kata tafri>t}, terdapat tiga model yang digunakan di dalamnya, sekaligus kitab rujukan yang memuat matan hadis yang dimaksud, antara lain:
ليس فى النوم تفريط- تفريط فى النوم – إنما التفريط فى اليقظة
د صلاة 1 1, ت: مواقت 6 1, ن: مواقت 3 5, جه: صلاة 0 1, حم: 5, 5 0 3
ليس فى النوم تفريط- إنما التفريط على من لم يصلى الصلاة حتى يجئ وقت الصلاة الأخرى
م: مساجد 1 1 3
لاتفريط فى النوم (إنما التفريط فى اليقظة)
د: صلاة 1 1, حم: 5, 8 9 2
Berdasarkan panduan al-Mu’jam tersebut penelusuran hadis dilakukan pada kitab-kitab hadis yang ditunjuk, dan kesemuanya dapat ditemukan meskipun penomoran tidak mesti sama dengan yang tertera dalam al-Mu’jam, kecuali untuk Musnad Ahmad yang sama persis dengan penomoran al-Mu’jam. Hal ini bisa terjadi karena kitab rujukan yang digunakan peneliti dengan kitab yang digunakan pengarang al-Mu’jam berbeda penerbit maupun tahun terbitan, sehingga menyebabkan pergeseran halaman atau bab yang tidak terlalu jauh.

Dari petunjuk di atas dapat dipahami bahwa matan hadis tersebut dapat dilacak dalam Sunan Abi Dawud bab “shalat”, Sunan al-Tirmizi bab “mawa>qit”, Sunan ibn Ma>jah bab “shalat”, Musnad Ahmad ibn Hanbal jilid 5 halaman 305 dan 298. Adapun redaksi lengkap dari matan hadis di atas dalam kitab-kitab aslinya adalah sebagai berikut:
1. Redaksi Abu Dawud melalui jalur sanad al-Abbas:
ليس فى النوم تفريط إنما التفريط فى اليقظة أن تؤخر صلاة حتى يدخل وقت أخرى
2. Redaksi Abu> Da>wud melalui jalur Mu>sa> ibn Isma>’il:
إنه لا تفريط فى النوم إنما التفريط فى اليقظة فإذاسها أحدكم عن صلاة فليصلها حين يذكرها ومن الغد للوقت
3. Redaksi Muslim:
أما إنه ليس فى النوم تفريط إنما التفريط على من لم يصل الصلاة حتى يجئ وقت الصلاة الأخري فمن فعل ذلك فليصلها حين ينتبه لها فإذا كان الغد فليصلها عند وقتها
4. Redaksi al-Tirmi>zi:
إنه ليس فى النوم تفريط إنما التفريط فى اليقظة فإذا نسي أحدكم صلاة أو نام عنها فليصلها إذا ذكر
5. Redaksi al-Nasa>’i dari jalur Qutaybah:
إنه ليس فى النوم تفريط إنما التفريط فى اليقظة فإذا نسي أحدكم صلاة أو نام عنها فليصلها إذا ذكر
6. Redaksi al-Nasa>’i dari jalur Suwaid:
إنه ليس فى النوم تفريط إنما التفريط فيمن لم يصل الصلاة حتى يجئ وقت الصلاة الأخري حين ينتبه لها
7. Redaksi Ibn Ma>jah:
ليس فى النوم تفريط إنما التفريط فى اليقظة فإذا نسي أحدكم صلاة أو نام عنها فليصلها إذا ذكرها ولوقتها من الغد
8. Redaksi Ahmad ibn Hanbal dari jalur Hasyim:
ليس التفريط فى النوم إنما التفريط فى اليقظة
9. Redaksi Ahmad dari jalur Ya>zid:
لاتفريط فى النوم إنما التفريط فى اليقظة فإذا كان ذلك فصلوها ومن الغد وقتها


C. Takhrij Al-Hadis Menggunakan Perangkat Computer (Digital)

Melakukan takhrij hadis secara konvensional adalah sangat baik, namun demikian ia membutuhkan waktu yang relatif lama. Untuk mempercepat proses penelusuran dan pencarian hadis, jasa computer dengan program Mausu’ah al-Hadis al-Syarif al-Kutub al-Tis’ah dapat digunakan. Program ini merupakan software computer yang tersimpan dalam compact disk read only memory (CD-ROM) yang diproduksi oleh Sakhr tahun 1991 edisi 1.2.

Program ini memuat seluruh hadis yang terdapat dalam 9 kitab hadis (al-kutub al-tis’ah) yaitu: Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmizi, Sunan al-Nasa’i, Sunan ibn Majah, Musnad Ahman ibn Hanbal, Muwatta’ Malik

Dari ini lengkap dengan sanad dan matannya. Di samping itu, program ini juga mengandung data-data tentang biografi, daftar guru dan murid, al-jarh wa al-ta’dil, dan semua periwayat hadis yang ada di dalam al-kutub al-tis’ah. Program ini juga dapat menampilkan skema sanad , baik satu jalur maupun semua jalur periwayatannya.
Secara umum, penelitian hadis yang bisa dilakukan melalui CD program tersebut mencakup lima aspek, yaitu:

1. Takhrij al-hadis (pelacakan hadis pada 9 kitab hadis lengkap dengan sanad dan matannya.

2. I’tibar al-Sanad, yaitu pembeberan seluruh jalur sanad pada sebuah hadis atau berita dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana tingkat hadis tersebut ditinjau dari aspek kualitas rawinya.

3. Naqd al-sanad, yaitu kiritik sanad atau tinjauan aspek kualitas dan persambungan (ittisal) mata rantai sanad yang dimiliki oleh suatu hadis, guna mengetahui sisi kualitas hadis dilihat dari aspek wurud al-hadis.

4. Naqd al-matan, yaitu kritik matan atau tinjauan redaksional maupun substansial dari sebuah berita atau hadis yang telah diketahui secara pasti orisinalitas dan otentisitas hadis tersebut dalam tinjauan sanad.

5. Natijah, yaitu kesimpulan akhir dari sebuah penelitian tentang hadis tertentu baik nilai sanad maupun nilai matannya.

Dari kelima aspek di atas, hanya tiga aspek yang bisa diakses secara lengkap dan jelas melalui program CD hadis. Semantara dua aspek yang lain membutuhkan perangkat yang lain di luar CD hadis, yaitu kekuatan analisis peneliti dalam meneliti hadis baik dari aspek “tersurat” maupun “tersirat” dari hadis yang diteliti, di samping tentunya kemampuan peneliti dalam menerapkan berbagai kaidah yang berlaku dalam penelitian hadis. Kedua aspek ini adalah naqd al-matan dan natijah. Sementara tiga aspek yang dimungkinkan penelitiannya secara capat dan lengkap melalui CD hadis adalah takhrij al-hadis, i’tibar al-sanad dan naqd al-sanad.

Untuk menelusuri dan mencari hadis dengan program ini, ada 8 cara yang bisa ditempuh, yaitu:
a. Dengan memilih lafadz yang terdapat dalam daftar lafaz yang sesuai dengan hadis yang dicari.
b. Dengan mengetik salah satu lafaz dalam matan hadis.
c. Berdasarkan tema hadis.
d. Berdasarkan kitab dan bab yang sesuai dengan kitab aslinya.
e. Berdasarkan nomor urut hadis.
f. Berdasarkan pada periwayat hadis.
g. Berdasarkan aspek tertentu pada hadis.
h. Berdasarkan takhrij hadis.

D. Penutup
Demikian Materi Takhrij al-Hadis ini Ust Sampaikan, Semoga bermanfaat dan kita akan kuliah tatap muka, menjelaskan materi ini secara verbal dan lisan pada Hari Rabu tanggal 2 Mei 2012 dengan harapan sesemua mahasiswa hadir.


Dosen Pengampu Mata Kuliah

Ust H Hasbullah Ahmad
081366174429

Tidak ada komentar:

Posting Komentar