Khutbah Idul Adha
1435 H
Masjid Nurul Ikhlas
Kotabaru
Ust H Hasbullah
Ahmad
(Pendiri Pesantren
Terpadu Dar al-Masaleh Jambi,
Owner Qur’an Integrated School dan Qur’an Hadist
Kids;
Dosen Tafsir Hadits Fakultas IAIN STS Jambi)
(Belajar Spirit Berbagi, Berkorban dan Berjuang
dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail)
dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail)
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
اللهُ أكْبَرُ
× 9 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ
بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ
إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
الحمدُ لله
الَّذِي أرْشَدَ الخلقَ إلى أكْملِ الاداب، وفتَحَ لهم من خزائنِ رحمتِهِ وجودِهِ
كُلَّ باب، أنَار بصائرَ المؤمنينَ فأدركوا الحقائقَ وطلبُوا الثَّواب، وأعْمَى
بصائرَ المُعْرِضين عن طاعتِهِ فصار بينهم وبين نوره حجاب، هدى أولئك بفضله ورحمته
وأضلَّ الآخرين بعدله وحكمته، إن في ذلك لذِكْرى لأولى الألبَاب، وأشْهدُ أنْ لا
إِله إِلاَّ الله وحده لا شريكَ له، له الملكُ الْعَزيزُ الوَهَّاب، وأشْهدُ أنَّ
محمداً عبده ورسولهُ المبعوثُ بأجَلِّ العباداتِ وأَكمَلِ الآداب، صلَّى الله عليه
وعلى جميع الالِ والأصْحَاب، وعلى التابعين لَهم بإحْسَانٍ إلى يومَ المَآب أما
بعد، أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ
عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ
اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ
بِاللهِ الْغَرُورُ
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Hadirin jamaah Idul Adha Saudaraku
rahimakumullah
Sejarah hidup Nabi Ibrahim adalah
sejarah manusia yang sukses dalam menjalani hidup, meski ia berangkat dari nol.
Sukses berdakwah dalam kondisi sulit dan sukses menjaga amanah ketika telah
mulai memanen hasil jerih keringat dakwahnya. Ia memulai Dakwah sebagai
seseorang yang harus berhadapan dengan penguasa yang dzalim dan kuat. Harus melewati hukuman yang sangat berat dan
tidak memungkinkannya selamat, kecuali atas izin Allah, SWT.
Dalam
kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki
kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain
mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah
yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu
hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka
dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah
menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta
anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan
Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah
yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi
Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu
masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya
dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat
mengerikan! Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam Al-Qur’an:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ
قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا
تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللهُ مِنَ
الصَّابِرِينَ
Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa
Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS Asshafat 102).
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang
menggoda sang ayah, sang anak, dan sang ibu silih berganti. Akan tetapi Nabi
Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang
menggoda agar membatalkan niatnya. Mereka tidak terpengaruh sedikitpun untuk
mengurunkan niatnya melaksanakan perintah Allah. Ibrahim melempar iblis dengan
batu, mengusirnya pergi. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah
haji yakni melempar jumrah.
الله اكبر الله اكبر الله
اكبرولله الحمد
Jamaah Idul Adha Saudaraku yang dirahmati Allah.
Dalam konteks sekarang ini, pengorbanan Nabi Ibrahim tersebut harus tetap
kita apresiasikan. Dalam berbagai macam cara seperti menunaikan haji bagi yang
mampu serta berkurban hewan ternak bagi umat Islam yang memiliki cukup kelebihan
harta untuk melaksanakannya. Berkurban tdk sekedar mengalirkan darah binatang
ternak, tdk hanya memotong hewan kurban, namun lebih dari itu, berkurban berarti
ketundukan total terhadap semua perintah Allah swt & sikap menghindar dari
hal-hal yang dilarang-Nya. Berkurban adalah berarti wujud ketaatan
dan peribadatan seseorang, dan karenanya seluruh sisi kehidupan seseorang bisa
menjadi manifestasi sikap berkurban.
Berkurban juga berarti upaya menyembelih hawa nafsu dan
memotong kemauan syahwat yang selalu menyuruh kepada kemungkaran dan kejahatan.
Seandainya sikap menyembelih hawa nafsu ini dimiliki oleh umat Islam,
subhanallah, umat Islam akan maju dalam segalanya. Betapa tidak, bagi yang
berprofesi sebagai guru, ia berkurban dengan ilmunya. Pengusaha ia berkurban
dengan bisnisnya yang fair dan halal. Politisi ia berkurban demi kemaslahatan
umum dan bukan kelompoknya. Pemimpin ia berkurban untuk kemajuan rakyat dan
bangsanya bukan untuk pribadinya dan begitu seterusnya. Dengan semangat ini,
bentuk-bentuk kejahatan akan bisa diminimalisir bahkan dihilangkan di bumi
pertiwi ini. Karena itu Allah swt menegaskan dalam firman-Nya QS Al-Hajj:37
لَن يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا
وَلاَدِمَآؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ
”Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak
dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya.
الله اكبر الله اكبر الله
اكبرولله الحمد
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah.
Sebuah Kisah Inspiratif, yang bisa menyentuh
hati kita... seorang tukang ojek berpenghasilan pas-pasan rela berkorban dengan
kambing Otawa yang terbaik disetiap tahunnya, ketika ditanyakan perihal itu,
dengan haru dia menjawab ”Untung Allah SWT hanya menyuruh saya mengorbankan
kambing, saya tidak sekuat nabi Ibrahim yang rela mengurbankan anaknya untuk
Allah SWT, dan saya tidak kuat kalau anak saya yang dikurbankan” SubhanaLLAH,
dan dengan berbagi melalui Ibadah Qurban juga akan memberikan kegembiraan,
kebahagiaan dan kesenangan bagi saudara-saudara kita yang tidak mampu, Rasanya miris
hati kita ketika saudara kita sesama muslim tertimpa musibah, banyak diantara
mereka kehilangan orang tercinta dan harta-harta mereka. seperti mirisnya hati
kita ketika melihat fenomena dua anak yang berbeda latar belakang, yang satu
anak yang kaya lengkap dengan berbagai kemewahan, ketika hari raya tiba mereka
dengan semangat menyampaikan kepada kedua orang tua mereka ”Pa... Adek mau
makan daging”, si ayahpun dengan tegas menjawab ”nanti ayah belikan daging yang
paling okay” terus kembali lagi meminta kepada ibundanya ”ma... belikan adek
baju baru dong” si ibupun menjawab dengan lugas ”ya pasti mama belikan yang
paling bagus”... dan banyak lagi permintaan lain yang dipintanya semua
terkabulkan karena kemewahan dan kekayaan yang mereka miliki.
Sementara disisi lain
seorang anak yatim piatu tanpa ayah dan ibu, ayah dan ibunya meninggal karena
Musibah ketika hari raya tiba mereka hanya bisa menghadiri pusara ayah dan
ibunya dengan semangat sambil membacakan al Fatihah sebagai dedikasi cinta
kepada kedua orang tuanya, sembari mengucapkan diatas pusara ayahnya : ” Yah...
kawan-kawan sekarang lagi asik dengan lebaran, makan sate daging, pizza dan
lain-lain maukan ayah belikan adek juga... yang diterima hanyalah tiupan angin
sepoi-sepoi, lalu berlanjut ke pusara ibundanya sambil bergumam : ”mak... baju
adek sudah jelek mak, maukan mak belikan adek baju baru, kawan-kawan adek pake
baju baru semua” tiada sedikitpun jawaban yang diterima namun si-anak tetap
bahagia walau hampa tanpa jawaban. SubhanaLLAH wa AstaghfiruLLAH. Maka
melalui Ibadah Qurban yang kita bagikan, Zakat Mal, Infaq, Shadaqah dan bantuan
yang telah kita tunaikan bisa menjadi penyambung silaturahim dan perwujudan
nilai kepekaan bagi diri kita dalam kehidupan bermasyarakat untuk dapat
memahami bagaimana susahnya anak yatim, fakir dan miskin dan orang yang
tertimpa musibah melawan jalan kehidupan yang penuh duri ini.
الله اكبر الله اكبر الله
اكبرولله الحمد
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
Namun apa yang kita
saksikan dewasa ini. Jiwa pengorbanan pada banyak kalangan telah
digeser oleh semangat atau nafsu mengorbankan orang lain. Perhatikan saja
kemelut di layar kaca dirumah kita, Perang terbuka di media massa, baik itu korupsi, tuduh menuduh,
kemaksiatan dan lain-lain makin membuat kita prihatin. Dari kasus ke kasus yang
makin ruwet bagai gulungan benang kusut. Naudzubillah Analisis secara
yuridis dan sosiologis tidak mampu membawa peta masalah makin terang benderang.
Hanya satu pisau analisis yang mampu memposisikan dan memahami masalah yang ada
secara mendasar dan tepat. Yaitu analisis mental dan moral manusia. Secara
mental ada kerusakan yang serius, yaitu hilangnya kejujuran ”الصدق”, dan diputusnya ketertautan antara apa yang
diperbuat di dunia ini dengan kesadaran terhadap negeri akhirat. Dengan
absennya kejujuran maka yang menggantikannya adalah kedustaan ”الكذب”. Kalau sudah begitu, tidak ada lagi orang yang mau
mengakui kesalahan malah justeru menyalahkan pihak lain, dan ujung-ujungnya
mengorbankan pihak lain demi membela akuisme
personal (diri sendiri) atau egoisme lembaga. Dalam konteks ini
Rasulullah saw telah memberikan peringatan dengan sabdanya:
إِيّاكُمْ وَالكَذِبَ فَإن الكذب يهدى الى الفجور وإن
الفجور يهدى الى النار وما يزال الرجل يكذب ويتحرّى حتّى يكتب عند الله كذّابا
”Hati-hati dengan dusta,
sebab dusta akan membawa pada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa akan menyeret
ke naraka. Seseorang berulang kali berdusta hingga terbentuk sifat dan dituliskan sebagai pendusta” (Riwayat
Muslim)
Egoisme personal atau sektoral jika
dikembangkan akan mengemuka dalam tiga sikap yang destruktif, sebagaimana
disebutkan dalam oleh Umar bin Khatthab. Yaitu: شخ
مطاع “syukhkhun
mutha’un” sikap pelit yang menggerus rasa empati terhadap sesama; هوىً متبع ”hawan muttaba’un” yakni hawa nafsu selera rendah yang
diikuti sehingga makin jauh dari idealisme bahkan kewajaran sekalipun; dan
ketiga دنيا مأثرة ”dunyan mu’tsaratun” yaitu kepentingan duniawi yang terus
dikejar. Dalam konteks itu semua bukan lagi nilai yang menjadi acuan atau norma
yang jadi rujukan, melainkan إعجاب ذى الرأي بالرأيه ”i’jabu
dzirra’yi bira’yihi”
kepongahan orang dalam mempertahankan/membela pendapatnya sendiri.
Konsultasi diabaikan dan musyawarah dilecehkan dengan teknik-teknik
manipulatif. Naudzu biLLAH.
Faktor-faktor itu oleh sahabat Umar
disebut المهلكات ”al muhlikat”
yakni faktor-faktor penghancur dalam kehidupan masyarakat. Kalau satu
dari empat penyakit mental dan moral tersebut sudah merusak, bagaimana jika
keempat-empatnya sekaligus telah menimpa kalangan masyarakat kita.
Di bawah selimut awan pekat egoisme dan pelbagai bentuk rekayasa dan
kebohongan, pesimisme di tengah-tengah masyarakat terus menyeruak melontarkan
tanda tanya: masih adakah harapan akan keadilan, kejujuran dan ruang ASA bagi
sebuah masa depan yang lebih baik ?
الله اكبر الله اكبر الله
اكبرولله الحمد
Jamaah Idul Adha Saudaraku Rahimakumullah
Kini Allah memanggil kita, menuntut ketaatan total kita kepada-Nya.
Ketaatan itu menuntut kita untuk berkorban; mengorbankan apa saja yang kita
miliki demi menggapai ridha-Nya. Hanya dengan pengorbanan demi ketaatan itulah,
kita akan meraih kembali kemuliaan hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat.
Ingatlah, wahai kaum Muslim, bahwa untuk
itulah Nabi bersumpah tidak akan pernah mundur walau selangkah, sampai Islam
menang atau baginda saw. binasa:
وَاَللّهِ لَوْ وَضَعُوا
الشّمْسَ فِي يَمِينِي، وَالْقَمَرَ فِي يَسَارِي عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا
الأَمْرَ حَتّى يُظْهِرَهُ اللّهُ أَوْ أَهْلِكَ فِيهِ مَا تَرَكْتُهُ
”Demi Allah, andai saja mereka bisa meletakkan
matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, (lalu mereka minta)
agar aku meninggalkan urusan (agama) ini, maka demi Allah, sampai urusan
(agama) itu dimenangkan oleh Allah, atau aku binasa di jalannya, aku tetap
tidak akan meninggalkannya.” (Hr. Ibn Hisyam)
Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah. Seseorang menjadi besar
karena jiwanya besar. Tidak ada jiwa besar tanpa jiwa yang punya
semangat berkorban. Berkat روح البذل و التضحية والمجاهدة (ruhul badzli wal tadlhiyah wal
mujahadah) atau spirit berbagi, berkorban dan berjuang, ummat ini telah
menjadi ummat yang besar, bergengsi dan disegani dunia dalam sejarahnya. Mari
kita kembalikan kebesaran serta gengsi ummat ini dengan menyemai semangat
memberi, berkorban dan mujahadah pada diri, keluarga dan masyarakat kita. Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosa kita
dan melimpahkan seluruh kasih sayangnya kepada kita sekalian, sehingga
tercukupi segala hajat kita. agar dapat mengabdi dan beribadah kepada Allah secara
total dengan lebih sempurna sebagai wujud refleksi terhadap pengorbanan Nabi
Ibrahim Alaihi Salam. serta mewujudkan JAMBI yaitu Jadikan Alqur’an Membangun
Bangsa Indonesia Amin Allahumma Amin
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Ust H Hasbullah Ahmad
Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi
Website : www.usthasbullahahmadma.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar