Khutbah Idul Adha 1432 H
Ahad, 10 Zulhijjah 1432 H
06 November 2011 M
Tajuk :
روح البذل و التضحية والمجاهدة
(Spirit Berbagi,
Berkorban dan Berjuang)
Oleh :
Ust H. Hasbullah Ahmad S.Th.I, MA
(Dosen Tafsir Hadis IAIN STS Jambi 081366174429)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اللهُ أكْبَرُ × 9 اللهُ أَكْبَرُ
كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً،
لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ
الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ
وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ
اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
الحمدُ لله
الَّذِي أرْشَدَ الخلقَ إلى أكْملِ الاداب، وفتَحَ لهم من خزائنِ رحمتِهِ وجودِهِ
كُلَّ باب، أنَار بصائرَ المؤمنينَ فأدركوا الحقائقَ وطلبُوا الثَّواب، وأعْمَى
بصائرَ المُعْرِضين عن طاعتِهِ فصار بينهم وبين نوره حجاب، هدى أولئك بفضله ورحمته
وأضلَّ الآخرين بعدله وحكمته، إن في ذلك لذِكْرى لأولى الألبَاب، وأشْهدُ أنْ لا
إِله إِلاَّ الله وحده لا شريكَ له، له الملكُ الْعَزيزُ الوَهَّاب، وأشْهدُ أنَّ
محمداً عبده ورسولهُ المبعوثُ بأجَلِّ العباداتِ وأَكمَلِ الآداب، صلَّى الله عليه
وعلى جميع الالِ والأصْحَاب، وعلى التابعين لَهم بإحْسَانٍ إلى يومَ المَآب أما بعد،
أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ
وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ
حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ
الْغَرُورُ
الله اكبر
الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jama’ah Idul
Adha yang dimuliakan Allah
Pada pagi yang berbahagia ini, sembari bertakbir menyebut Asma
Allah. Takbir bukan hanya
untaian kalimat yang keluar dari mulut namun tanpa makna. Takbir adalah
mengagungkan Allah dengan memperhatikan rumah Nya atas rumah kita. Takbir
adalah mengagungkan Allah dengan membuang sifat kesombongan yang melekat pada
diri kita. Tampaknya takbir kita hanya terbatas pada formalitas acara-acara
tertentu. Kita sering bertakbir bahkan takbir Akbar, namun panggilan Allah
untuk sholat berjamaah selalu kita anggap kecil. Bahkan rumah Allah ( masjid )
kita biarkan roboh, bocor, berdebu, kotor dan tidak terawat sementara
rumah-rumah kita megah mewah dan selalu indah. Al Qur’an hanya kita jadikan
sebagai Syair yang didendangkan ketika ada hajatan dan perlombaan namun Koran
selalu kita jadikan pedoman. Apakah dengan begitu kita pantas disebut sebagai
orang yang telah bertakbir? نعوذ بالله
Padahal Takbir
Pagi ini kita kembali diingatkan oleh Allah untuk meneladani perjuangan dan
ketabahan nabi Ibrahim yang telah diabadikan dalam Al-Qur’an. Sejarah rasul
yang berjuluk kekasih Allah (خليل الله) dan juga Bapaknya Para Nabi (أبو الأنبياء)
ini, ditulis dengan tinta emas di dalam buku-buku sejarah. Sikap tabah dan
teguhnya dalam menjalankan perintah Allah, telah menjadikan nabi Ibrahim
sebagai panutan umat sepanjang zaman.
Pernyataan adanya keteladanan Nabiyullah Ibrahim ini diabadikan oleh Allah
dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan-nya “ (QS. Al-Mumtahanah : 4)
Sementara, tentang keharuman namanya sepanjang zaman, pun Allah telah
menuturkan dalam firman-Nya,
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di
kalangan orang-orang yang datang kemudian. “ (QS. As-Shofat : 108)
Dalam dua ayat ini, sangat jelas bahwa, ternyata Allah sedemikian memuliakan
Nabi Ibrahim. Sehingga Beliaulah yang menjadi bapak para Nabi. Lalu mengapakah
Allah demikian memuliakannya? Apakah karena keturunannya, ataukah karena
hartanya, atau kah karena kekuatannya, keperkasaannya? 0wwh, ternyata bukan.
Rupanya Ibrahim dikenang hingga akhir zaman karena keteguhannya memegang amanah
Allah, dan kerelaannya mengorbankan segala miliknya demi Allah SWT.
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Hadirin
jamaah Idul Adha rahimakumullah
Sejarah
hidup Nabi Ibrahim adalah sejarah manusia yang sukses dalam menjalani hidup,
meski ia berangkat dari nol. Sukses berdakwah dalam kondisi sulit dan sukses
menjaga amanah ketika telah mulai memanen hasil jerih keringat dakwahnya.
Ia memulai Dakwah sebagai seseorang yang harus berhadapan dengan penguasa yang dzalim dan kuat. Harus melewati hukuman yang berat dan tidak memungkinkannya selamat, kecuali atas izin Allah, SWT.
Ia memulai Dakwah sebagai seseorang yang harus berhadapan dengan penguasa yang dzalim dan kuat. Harus melewati hukuman yang berat dan tidak memungkinkannya selamat, kecuali atas izin Allah, SWT.
Setia menjaga isterinya yang sedang mengandung keturunannya, menemaninya hingga ke sebuah tempat yang sangat jauh dari daerahnya semula. Menjalani kehidupan dengan normal dan tetap menyerukan ayat-ayat Allah dengan bijaksana, agar umatnya tak kembali lagi ke jalan yang tak di ridhoi Allah.
Akan tetapi saudara-saudara sekalian, bagi Nabi Ibrahim, cobaan yang demikian rupanya belumlah seberapa………… ternyata, cobaan terberatnya adalah ketika ia harus merelakan putera tercintanya Ismail عليه السلام, untuk dikorbankan, kepada Allah dengan cara disembelih. Putera yang beberapa waktu setelah kelahirannya segera ditinggalkan untuk memenuhi seruan Allah SWT. Kerelaan Nabiyullah Ibrahim untuk menyembelih puteranya inilah yang terus kita peringati hingga sekarang sebagai Idul Adha atau Idul Qurban.
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah.
Dalam konteks sekarang ini, pengorbanan Nabi Ibrahim
tersebut harus tetap kita apresiasikan. Dalam berbagai macam cara seperti menjalankan
haji bagi yang mampu serta berkurban hewan ternak bagi umat Islam yang memiliki
cukup kelebihan harta untuk melaksanakannya. Bahkan Rasulullah saw
memerintahkan berkurban dengan bahasa yang tegas dan lugas bahkan disertai
ancaman. Ancaman untuk tidak dekat-dekat dengan tempat shalat atau dengan
istilah lain tidak diakui menjadi umat Nabi Muhammad SAW.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ
يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلانَا
“Dari Abu
Hurairah ra., nabi Muhammad saw bersabda, “Barang siapa yang mempunyai
kemampuan tetapi ia tidak berkurban, maka janganlah ia menghampiri (mendekati)
tempat shalat kami”. (Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah).
Berkurban tdk
sekedar mengalirkan darah binatang ternak, tdk hanya memotong hewan kurban,
namun lebih dari itu, berkurban berarti ketundukan total terhadap semua perintah
Allah swt & sikap menghindar dari hal-hal yang dilarang-Nya.
Berkurban
adalah berarti wujud ketaatan dan peribadatan seseorang, dan karenanya seluruh
sisi kehidupan seseorang bisa menjadi manifestasi sikap berkurban
Namun demikian, kita juga harus senantiasa menginterpretasikan keteguhan ketaatan dan katabahan dalam kisah nabi Ibrahim tersebut zaman kita hidup saat ini. Ketabahan Ibrahim untuk merelakan puteranya dapat kita wujudkan dalam kerelaan kita untuk berbagi kebahagiaan dengan para tetangga, lingkungan dan saudara-saudara umat Islam lainnya di manapun mereka berada.
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah.
Rasanya akan terhiris hati kita ketika saudara kita sesama muslim tertimpa
musibah, banyak diantara mereka kehilangan orang tercinta dan harta-harta
mereka. seperti terhirisnya hati kita ketika melihat fenomena dua anak yang
berbeda latar belakang, yang satu anak yang kaya lengkap dengan berbagai
kemewahan, ketika hari raya tiba mereka dengan semangat menyampaikan kepada
kedua orang tua mereka ”Pa... belikan sepatu baru”, si ayahpun dengan tegas
menjawab ”nanti ayah belikan” terus kembali lagi meminta kepada ibundanya
”ma... belikan adek baju baru dong” si ibupun menjawab dengan lugas ”ya pasti
mama belikan yang paling bagus”... dan banyak lagi permintaan lain yang
dipintanya semua terkabulkan karena kemewahan dan kekayaan yang mereka miliki.
Sementara disisi
lain seorang anak yatim piatu tanpa ayah dan ibu, ayah dan ibunya meninggal
karena Musibah ketika hari raya tiba mereka hanya bisa menghadiri pusara ayah
dan ibunya dengan semangat sambil membacakan al Fatihah sebagai dedikasi cinta
kepada kedua orang tuanya, sembari mengucapkan diatas pusara ayahnya : ” Yah...
sepatu yang ayah belikan dulu sudah usang dan rusak, maukan ayah belikan adek
sepatu baru... yang diterima hanyalah tiupan angin sepoi-sepoi, lalu berlanjut
ke pusara ibundanya sambil bergumam : ”mak... baju adek sudah jelek mak, maukan
mak belikan adek baju baru, kawan-kawan adek pake baju baru semua” tiada
sedikitpun jawaban yang diterima namun sianak tetap bahagia walau hampa tanpa
jawaban. SubhanaLLAH wa AstaghfiruLLAH. Maka melalui Ibadah Qurban,
Zakat Mal, Infaq, Shadaqah dan bantuan yang telah kita tunaikan bisa menjadi
penyambung silaturahim dan perwujudan nilai kepekaan bagi diri kita dalam
kehidupan bermasyarakat untuk dapat memahami bagaimana susahnya fakir dan
miskin dan orang yang tertimpa musibah melawan jalan kehidupan yang penuh duri
ini.
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
Berkurban juga berarti upaya menyembelih hawa nafsu dan
memotong kemauan syahwat yang selalu menyuruh kepada kemungkaran dan kejahatan.
Seandainya sikap menyembelih hawa nafsu ini dimiliki oleh umat Islam,
subhanallah, umat Islam akan maju dalam segalanya. Betapa tidak, bagi yang
berprofesi sebagai guru, ia berkurban dengan ilmunya. Pengusaha ia berkurban
dengan bisnisnya yang fair dan halal. Politisi ia berkurban demi kemaslahatan
umum dan bukan kelompoknya. Pemimpin ia berkurban untuk kemajuan rakyat dan
bangsanya bukan untuk pribadinya dan begitu seterusnya.
Kita berani menyembelih kemauan pribadi yang bertentangan
dengan kemauan kelompok, atau keinginan pribadi yang bertentangan dengan
syariat. Bahkan kemauan kelompok namun bertentangan dengan perintah Allah swt.
Dengan semangat ini, bentuk-bentuk kejahatan akan bisa diminimalisir bahkan
dihilangkan di bumi pertiwi ini. Karena itu Allah swt menegaskan dalam
firman-Nya
”Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak
dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu
mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira
kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Hajj:37)
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Namun apa
yang kita saksikan dewasa ini. Jiwa pengorbanan pada banyak kalangan telah
digeser oleh semangat atau nafsu mengorbankan orang lain. Bahkan sebetulnya Perhatikan
saja kemelut di layar kaca dirumah kita, Perang terbuka di media massa, baik itu korupsi, tuduh menuduh,
kemaksiatan dan lain-lain makin membuat kita prihatin. Dari kasus ke kasus yang
makin ruwet bagai gulungan benang kusut. Naudzubillah Analisis secara
yuridis dan sosiologis tidak mampu membawa peta masalah makin terang benderang.
Hanya satu pisau analisis yang mampu memposisikan dan memahami masalah yang ada
secara mendasar dan tepat. Yaitu analisis mental dan moral manusia. Secara
mental ada kerusakan yang serius, yaitu hilangnya kejujuran ”الصدق”, dan diputusnya ketertautan
antara apa yang diperbuat di dunia ini dengan kesadaran terhadap negeri
akhirat. Dengan absennya kejujuran maka yang menggantikannya adalah kedustaan ”الكذب”. Kalau sudah begitu, tidak ada
lagi orang yang mau mengakui kesalahan malah justeru menyalahkan pihak lain,
dan ujung-ujungnya mengorbankan pihak lain demi
membela akuisme personal (diri sendiri) atau egoisme lembaga.
Dalam konteks ini Rasulullah saw telah memberikan peringatan dengan sabdanya:
إِيّاكُمْ
وَالكَذِبَ فَإن الكذب يهدى الى الفجور وإن الفجور يهدى الى النار وما يزال الرجل
يكذب ويتحرّى حتّى يكتب عند الله كذّابا
”Hati-hati
dengan dusta, sebab dusta akan membawa pada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa
akan menyeret ke naraka. Seseorang berulang kali berdusta hingga terbentuk
sifat dan dituliskan sebagai pendusta”
(Riwayat Muslim)
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Kini Allah memanggil kita, menuntut ketaatan total kita
kepada-Nya. Ketaatan itu menuntut kita untuk berkorban; mengorbankan apa saja
yang kita miliki demi menggapai ridha-Nya. Hanya dengan pengorbanan demi
ketaatan itulah, kita akan meraih kembali kemuliaan hidup kita, baik di dunia
maupun di akhirat. Inilah saatnya kita berkorban. Tampil ke depan membawa
panji-panji Islam. Berjuang dengan segenap daya dan
kemampuan menyonsong kemengan yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Hari
ini kita diperintahkan berkurban, yang semestinya menjadi عبرة atau
pelajaran, dalam memberikan pengorbanan kita yang lain. Tidak hanya berhenti
pada penyembelihan kambing, sapi, atau unta. Namun pengorbanan harta, waktu,
jiwa dan raga kita demi tegaknya agama Allah di muka bumi. Ingatlah, wahai kaum
Muslim, bahwa untuk itulah Nabi bersumpah tidak akan pernah mundur walau
selangkah, sampai Islam menang atau baginda saw. binasa:
وَاَللّهِ لَوْ وَضَعُوا الشّمْسَ
فِي يَمِينِي، وَالْقَمَرَ فِي يَسَارِي عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الأَمْرَ حَتّى
يُظْهِرَهُ اللّهُ أَوْ أَهْلِكَ فِيهِ مَا تَرَكْتُهُ
”Demi Allah,
andai saja mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di
tangan kiriku, (lalu mereka minta) agar aku meninggalkan urusan (agama) ini,
maka demi Allah, sampai urusan (agama) itu dimenangkan oleh Allah, atau aku
binasa di jalannya, aku tetap tidak akan meninggalkannya.” (Hr. Ibn
Hisyam)
Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah.
Seseorang menjadi besar karena jiwanya besar. Tidak ada jiwa
besar tanpa jiwa yang punya semangat berkorban. Berkat روح البذل و التضحية والمجاهدة (ruhul
badzli wal tadlhiyah wal mujahadah) atau spirit berbagi, berkorban dan
berjuang, ummat ini telah menjadi ummat yang besar, bergengsi dan disegani
dunia dalam sejarahnya. Mari kita kembalikan kebesaran serta gengsi ummat ini
dengan menyemai semangat memberi, berkorban dan mujahadah pada diri dan
keluarga kita.
Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah SWT. semoga Allah mengampuni segala dosa-dosa kita dan
melimpahkan seluruh kasih sayangnya kepada kita sekalian, sehingga tercukupi
segala hajat kita. agar dapat mengabdi dan beribadah kepada Allah secara total dengan
lebih sempurna sebagai wujud refleksi terhadap pengorbanan Nabi Ibrahim Alaihi
Salam. Amin Allahumma Amin
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ
الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
الخطبة الثانية لعيد الأضحى
اللهُ
أكْبَرُ × 7اللهُ
اَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً، لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ
الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ
عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، مِنْ
غَيْرِ الأُمَم، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ
وَاْلإِكْراَمِ. أحمدُهُ على جليلِ الصفاتِ
وجميل الإِنعام، وأشكرُه شكرَ منْ طلب المزيدَ وَرَام، وأشهد أن لا إله إلاَّ الله
الَّذِي لا تحيطُ به العقولُ والأوهام، وأشهد أنَّ محمداً عبدُه ورسولُه أفضَلُ
الأنام، صلَّى الله عليه وعلى سائر آلِهِ وأصحابِه والتابعين لهم بإِحسانٍ على
الدوام، وسلَّم تسليماً كثيرا. أمّا بعد.
فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون
وقال تعالى يَااَيُّهَا
الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ
وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى
رَسُوْلِهِ فَقَالَ إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا
أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ و سلم و بَارِكْ
عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ و سلمت
وبَارَكْتَ عَلَى سَيْدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيْدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فى
العالمين إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مجيب الدعوات ياقاضي الحاجات وياكافي المهمات. اَللَّهُمَّ اجعل
حجّ المسلمين جميعا حجا مبرورا و سعيهم سعيا مشكورا وذنبهم ذنبا مغفورا وعمرتهم
عمرة مقبولا وزيارتهم زيارة مباركا وتجارتهم تجارتا لن تبورا. اللهم اعز الإسلام
والمسلمين وازّل الشرك والمشركين وانصر عبادك الموحدين. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ.
عباد الله... ان الله يأمر بالعدل والإحسان ............ واذكر الله العظيم يذكركم وأسألوه من فضله
يعطيكم ولذكر الله اكبر والله يعلم ماتصنعون
Cempaka Putih, 03 November 2011
Ust H. Hasbullah Ahmad, S.Th.I, MA
Dosen Tafsir
Hadist Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi
081366174429 / blogspot : usthasbullahahmadma.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar