Khutbah Idul Adha 1434 H
Refleksi Pengorbanan Nabi Ibrahim AS
Ust
H. Hasbullah Ahmad (081366174429)
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
اللهُ
أكْبَرُ × 9 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ
اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ
إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ
وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
.
الحمد لله الذي فرض علينا الحجّ والعمرة لمن استطاع إليه سبيلاً. أشهد أن لا إله
إلاّ الله وحده، صَدَقَ وعْدَه ونصَر عبْدَه وأعزّ جُنْدَه وهزَم اْلأحْزَابَ
وحدَه، وأشهد أنّ محمداً عبده ورسوله لا نبي بعد، فصلوات الله وسلامُه على هذا
النبي الكريم وعلى آله وأصحابه أجمعين. أمّا بعد، فيا عباد الله أوصي نفسي وإياكم
بتقوى الله، إنه من يتق ويصبر فإن الله لا يضيع أجر المحسنين
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Hari ini
kita berkumpul di tempat ini dengan keinginan yang sama, yaitu menunjukkan rasa
syukur dan taat kita kepada Allah SWT yang telah melimpahkan begitu banyak
nikmat dan karunianya yang tidak akan pernah sanggup kita menghitungnya. Dan
nikmat terbesar yang senantiasa akan kita syukuri adalah nikmat Iman dan Islam.
Tanpa nikmat tersebut, kita takkan berada di jalan lurus ini; jalan
keselamatan, jalan kebahagiaan, dan jalan kemenangan. Tanpa petunjuk dan
bimbingan-Nya, kita tidak akan pernah tahu bagaimana menegakkan syiar agama
melalui sembelihan hewan-hewan qurban, sebagai ungkapan rasa syukur atas segala
nikmat-Nya, sebagaimana yang akan kita tunaikan hari ini dan 3 hari yang akan
datang (ayyamut tasyriq). Shalawat dan salam kita haturkan kepada
junjungan Nabiyullah Muhammad SAW, yang telah menyampaikan syariat berqurban
ini kepada kita sebagai wujud keteladanan atas Nabi Ibrahim as.
Hari
inipun kita diingatkan pada beberapa
peristiwa yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan
Siti Hajar. Ketika orang ini telah membuat
sejarah besar, yang tidak ada bandingannya: Yaitu ketika Nabi Ibrahim
diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi
Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah
yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian
sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu,
apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan
putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di
sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik
Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas
dan penuh tawakkal.
Karena
pentingnya peristiwa tersebut. Allah mengabadikannya dalam Al-Qur’an:
رَبَّنَآ إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي
زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ
أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ
لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya Tuhan
kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati,
Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka
jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah
mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim 37).
Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala
Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak biasa menyusui nabi Ismail, beliau
mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan
Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat jibril membuat mata
air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan.
Lembah yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air
yang melimpah-limpah. Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama para
pedagang ke tempat siti hajar dan nabi ismail, untuk membeli air. Datang rejeki
dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat sekitarnya. Akhirnya lembah itu
hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah, sebuah kota yang aman dan makmur,
berkat do’a Nabi Ibrahim dan berkat kecakapan seorang ibu dalam mengelola kota
dan masyarakat.
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga
“Idul Nahr” artinya hari raya memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya
adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Akibat
dari kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan
cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah”
(kekasih Allah).Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada
Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu.
Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah
berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah,
tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Sebagai realisasi dari firmannya ini, Allah SWT
mengizinkan pada para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata,
kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa
konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor
unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor
ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner.
Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak
sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku.
Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma
ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan
juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan
bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki
oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman
dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya
yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan
ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri.
Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam
Al-Qur’an:
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala
anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar". (QS Asshafat 102).
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah.
Iblis datang menggoda sang ayah, sang anak, dan sang ibu silih berganti. Akan
tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk
rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Mereka tidak terpengaruh
sedikitpun untuk mengurunkan niatnya melaksanakan perintah Allah. Ibrahim
melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi. Dan ini kemudian menjadi salah
satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah.
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Ketika sang
ayah belum juga mengayunkan pisau dileher putranya. Ismail mengira ayahnya
ragu, seraya ia melepaskan tali pengikat tali dan tangannya, agar tidak muncul
suatu kesan atau image dalam sejarah bahwa sang anak menurut untuk dibaringkan
karena dipaksa ia meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya
tidak melihat wajahnya.
Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah
bulat-bulat, seperti ayahnya yang telah tawakkal. Sedetik setelah pisau nyaris
digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan
perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah
meridloi kedua ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan
keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing
sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat
107-110:
وَفَدَيْنَاهُ
بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan
yang besar.”
وَتَرَكْنَا
عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami
abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang
kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى
إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada
Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي
الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya
dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya
suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi
Ibrahim menjawab “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian disambung
oleh Nabi Ismail “Allahu akbar waliLLAHi al Hamd
الله
اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Inilah
sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini. Allah Maha Penyayang.
Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak, baik
kambing, sapi, kerbau maupun lainnya.
Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam
sejarah umat umat manusia itu membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul
yang besar, dan mempunyai arti besar.
Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah
sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah
kering, sejak ribuan tahunan yang silam, sekalipun tiap harinya dikuras berjuta
liter, sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah yaitu
Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail.
Hikmah yang
dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha, bahwa hakikat manusia adalah
sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji,
pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan
dikumpulkan dipadang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.
Di samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil
dari peristiwa tersebut adalah: Pertama, perintah dan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT, harus dilaksanakan
tanpa reserve. Harus disambut dengan tekad sami’na wa ‘ata’na. Nabi
Ibrahim, istri, dan anaknya, telah meninggalkan contoh bahwa bila perlu, jiwa
sendiripun haruslah dikorbankan, demi melaksanakan perintah-perintah Allah.
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
I’tibar kedua yang dapat
kita tarik dari peristiwa tersebut, adalah kegigihan syaitan yang terus menerus
mengganggu manusia, agar membangkang dari ketentuan ilahi. Syaitan senantiasa
terus berusaha menyeret manusia ke jurang kejahatan dan kehancuran. Allah
sendiri mengingatkan kepada kita.
وَلاَ تَتَّبِعُواْ
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: Dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.”
Ketiga, jenis sembelihan berupa bahimah
(binatang ternak), merupakan gambaran bahwa hawa nafsu hawaiyah harus
dihilangkan.
Keempat, bahimah bila dilihat dari unsur
gizinya, mengandung suatu arti bahwa makanan, disamping halal harus yang
diutamakan juga masalah gizinya.
الله اكبر الله اكبر الله اكبرولله الحمد
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Tepatlah
apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah kesedihan kita untuk berkorban
bagi negeri kita tercinta yang saat ini sedang dirundung kesusahan. Krisis ekonomi
yang sudah beberapa tahun berjalan, menambah beban masyarakat ditambah lagi
dengan naiknya harga BBM, tarif listrik, rekening telepon, dan naiknya
harga-harga kebutuhan pokok lainnya, sehingga menjadikan masyarakat kita tidak
memiliki daya beli. Akibatnya, banyak kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terjangkau.
Dalam
kondisi seperti ini sebenarnya kita banyak berharap dan mendoakan mudah-mudahan
para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan
kepentingan pribadi dan kelompoknya, tapi untuk kepentingan bangsa dan negara.
Pengorbanan untuk kepentingan orang banyak tidaklah mudah, berjuang dalam
rangka mensejahterahkan umat memang memerlukan keterlibatan semua pihak. Hanya
orang-orang bertaqwalah yang sanggup melaksanakannya.
Mudah-mudahan
perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk rela berkorban demi
kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.
أعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ.
إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Ust H Hasbullah Ahmad
Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN STS
Jambi
081366174429 eMail : hasbullahdoseniain@gmail.com
Website : www.usthasbullahahmadma.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar